H12 - 20

13 1 0
                                    

Saat Gitta mengejar bodyguard yang membunuh Gloria, bodyguard itu menghubungi Vionna dan menunjukkan lokasinya agar segera datang untuk melacaknya.

"Nona, sekarang agen itu di wilayah utara."

Vionna segera memasuki mobilnya. Tiba-tiba Devan menghampirinya. "Aku harus ikut denganmu."

Mereka pun pergi ke wilayah utara di mana gedung terbengkalai itu berada. Tengah terjadi baku tembak antara Xander+Gitta dan bodyguard Vionna. Ledakkan terjadi di mana-mana.

Devan sedang khawatir dalam diam. Dia berharap mata-mata itu bukan Gitta. Sesampainya di gedung terbengkalai, Vionna memasuki tempat tersebut yang merupakan salah satu markasnya di wilayah utara.

"Gloria berhasil memancing mereka kemari," ucap Vionna sambil menghisap cerutunya. "Habisi mereka."

Devan tidak bisa melihat dua orang agen mata-mata yang sedang beradu tembak melawan puluhan bodyguard Vionna. Karena mereka berdua bersembunyi di balik dinding.

"Bagaimana pun juga mereka berada di posisi yang kurang menguntungkan. Bodyguard Vionna berada di atas gedung dan mereka di bawah," gumam Devan.

Beruntung Xander dan Gitta berhasil lolos.

Di ruangan Vionna, Devan menggunakan komputer wanita itu untuk melacak cincin tunangan milik Gitta dengan akses yang sama seperti cincin tunangan yang dia pakai. Devan terbelalak saat menemukan lokasi tunangannya. Lokasi Gitta berada di New York. Saat itu juga Devan yakin, jika mata-mata yang dikirimkan ARN adalah Gitta.

Devan segera menghafal lokasi tersebut yang tidak lain adalah tempat persembunyian Xander dan Gitta. Setelah dia menghafalnya, dia segera menghapus lokasi itu dari komputer Vionna.

Sementara itu, Vionna melihat dua foto di depannya. Yang satu foto Andini Sumawan yang dia dapat dari Elina, anak dari bodyguard pamannya dan yang satunya foto Brigitta Alyora yang dia dapatkan dari Gloria. Vionna mengambil spidol dan menggambar rambut serta kacamata di wajah Gitta menyerupai Dini.

"Mereka orang yang sama." Vionna tersenyum sinis. "Penyamaran yang bagus."

Keesokan harinya, Vionna mendatangi universitas di mana Gitta belajar. Wanita itu mengajak Devan untuk menemaninya seperti biasa.

Devan tidak tahu jika Vionna sedang menemui Gitta untuk mencari bekas luka tembakan semalam. Beberapa menit kemudian, Vionna kembali.

Saat Vionna membuka mobil, Devan mendongkak menatap ke lantai 5 tepat di mana Gitta berada. Tatapan mereka bertemu. Meskipun saat itu Gitta sedang menyamar, Devan tahu itu adalah Gitta, tunangannya.

"Jalan." Vionna menutup pintu mobilnya.

Devan mengalihkan pandangannya dengan air mata berlinang. Dia sangat merindukan gadis itu.

Beberapa hari kemudian, Devan meyakinkan dirinya untuk menemui Gitta di lokasi yang dia temukan. Dia akan menyuruh gadis itu kembali ke Indonesia.

Namun, saat tiba di lokasi persembunyian Xander dan Gitta, Devan melihat keduanya berciuman. Tentu itu membuat hatinya terluka. Tapi, dia tidak segera pergi dari tempat itu. Dia menguping pembicaraan mereka.

""Maafkan aku, Xander. Ada hati yang kujaga saat ini."

Mendengar kalimat yang diucapkan Gitta, Devan tahu Gitta setia dan tetap mencintainya, tapi ciuman Xander dan Gitta tidak bisa dia lupakan. Ciuman mereka selalu terbayang dalam kepalanya. Dia sangat marah dan cemburu tentunya.

Saat kembali ke markas Vionna, Devan terkejut melihat Vionna sudah berada di kamarnya. "Kau dari mana?"

"Aku... mencari udara segar."

Vionna mengulurkan tangannya. Devan memberikan tangannya. Vionna menggeleng. "Tangan yang satunya."

Devan memberikan tangan satunya. Ternyata Vionna mengambil cincin tunangan miliknya wanita itu menghancurkan cincin tersebut menggunakan palu. Devan tidak menunjukkan ekspresi apa pun padahal dalam hati dia memaki.

"Mereka menemukan keberadaanmu lewat alat pelacak di cincinmu. Sepertinya pacarmu yang melakukannya. Apa kau senang?" Tanya Vionna.

Devan berakting. "Kau benar, pacarku sudah berpaling dengan pria lain. Aku telah salah menilainya."

Vionna tersenyum. Dia menangkup wajah Devan. "Kau menyadarinya, sekarang? Kau milikmu Devan, aku milikmu."

Devan mengangguk. Vionna mengecup bibir Devan. Pria itu membalas ciumannya.

"Besok aku akan menobatkan diriku sebagai ketua geng api. Pacarmu pasti di sana. Aku akan membunuhnya." Vionna menatap Devan penuh keyakinan.

"Aku sendiri yang akan membunuhnya," kata Devan kemudian mencium bibir Vionna.

Ponsel Vionna berdering. Wanita itu menghentikan aktivitasnya kemudian mengambil ponselnya. "Aku harus pergi sebentar."

Devan menghela napas lega karena lolos dari wanita cantik itu.

Keesokan harinya, Devan ikut ke aula bersama Vionna. Seperti biasa, dia tidak turun dari mobil. Pria itu melihat beberapa bodyguard Vionna mulai berjatuhan satu persatu. Devan mengernyit. Dia keluar dari mobil dan memeriksa salah satu bodyguard yang tergeletak dengan busa yang keluar dari mulutnya.

"Ramuan ini." Devan ingat saat dirinya mengajarkan Gitta membuat ramuan penyembuh dan ramuan racun. "Gitta."

Devan segera masuk ke dalam aula. Dia tidak melihat keberadaan Vionna. Yang ada para bodyguard di ruangan tersebut tergeletak di mana-mana dengan busa yang keluar dari mulut mereka. Dia segera menghubungi anggota geng api agar datang ke lokasi.

Devan mendengar suara perkelahian dari ruang bawah tanah. Dia pun memasang bom di setiap sudut ruangan untuk mengantisipasi keadaan lalu dia mencoba mencari jalan masuk ke ruang bawah tanah, tapi tidak ada.

Devan meledakkan salah satu bom dan ledakan kecil tersebut berhasil membuat lubang menuju ke bawah tanah. Dia segera masuk ke lubang tersebut dan menemukan Vionna yang sedang berkelahi dengan Gitta. Dia juga melihat Xander yang menodongkan pistolnya ke arah Vionna.

Tanpa pikir panjang, Devan menembak dada Xander. Karena pernah melihat Xander berciuman dengan Gitta, Devan sekarang sangat marah. Dia menembak pinggang Xander.

Gitta berlari menghalangi Xander dari Devan. Otomatis mereka berdua berdiri berhadapan saat ini.

Vionna tertawa dan menghampiri mereka kemudian dia mencium bibir Devan. Ya, mereka berciuman di depan Xander dan Gitta.

"Kau tidak bisa membayangkan apa saja yang selama ini kami lakukan. Mungkin kau tidak pernah melakukannya dengan Devan, iya, kan?" Vionna meledek Gitta. 

Gitta menatap Devan dengan tatapan nanar.

🌹🌹🌹

18.29 | 14 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah

H-12 : CATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang