Setelah melewati masa sulit, akhirnya Biggy menyerah. Dia mati di rumah sakit hewan. Di saat-saat terakhirnya, Biggy mengenali Gitta anjing itu menggonggong dan sangat antusias ketika melihat Gitta. Hal tersebut membuat Gitta menangis.
Karena tidak ingin jauh dari Biggy, Gitta menguburkan anjingnya di halaman belakang dan diberikan nisan.
Keesokan harinya, Gitta mendatangi rumah keluarga Royce. Dia mengetuk pintu.
Ibunya Royce yang membuka pintu. "Gitta? Oh, Gitta... aku turut bersedih dengan kematian Biggy."
Gitta tersenyum sendu. "Terima kasih, Bu."
"Mari masuk." Ibunya Royce mempersilakan Gitta untuk masuk.
Tidak seperti biasanya. Dia pun masuk bersama ibunya Royce.
"Rey, Key, jangan lari-lari." Ibunya Royce membereskan mainan anak kembarnya yang merupakan adiknya Royce.
"Memiliki anak kembar memang membutuhkan tenaga ekstra," kata wanita paruh baya itu.
Gitta tersenyum kemudian membantu membereskan mainan-mainan yang bergeletakan di lantai.
"Gitta, kau tidak perlu membantu, Sayang. Duduklah," ucap ibunya Royce.
"Tidak apa-apa, Bu. Aku akan membantu." Gitta dan ibunya Royce selesai membereskan mainan Key dan Rey.
Sementara Royce baru keluar dari markas ARN. Dia sudah berganti pakaian kemudian melajukan motornya meninggalkan gedung besar tersebut. Saat sampai di rumahnya, Royce terkejut melihat Gitta berada di dapur sedang memasak bersama ibunya.
"Gitta, kau di sini?" Tanya Royce.
Gitta menoleh kemudian tersenyum. "Kau sudah pulang?"
Royce terkekeh kecil. "Pekerjaan di toko sudah selesai."
"Lihatlah, Royce. Gitta membawa banyak bahan makanan dan daging. Dia suka merepotkan dirinya sendiri," kata ibunya Royce.
Royce melihat banyak bahan makanan di meja. "Kau berlebihan, Gitta. Kau tidak perlu membawa banyak makanan seperti ini."
"Kita bukan tetangga lagi, aku rasa kita akan jarang bertemu sekarang. Jadi, kupikir aku mau mengadakan pesta makan dengan keluargamu," kata Gitta.
"Meskipun dulu kita bertetangga, kau tidak pernah datang ke rumahku," ucap Royce.
Gitta terkekeh. "Aku hanya tidak enak dan takut merepotkan."
"Dia memang suka bicara seperti itu," kata ibunya Royce.
Gitta dan Royce tertawa.
Setelah makanannya matang, mereka semua makan bersama.
Malam harinya, mereka memanggang steak di halaman belakang. Gitta dan Royce yang bertugas memanggang. Ayahnya Royce yang memotong daging. Sementara ibu dan adiknya Royce sibuk mengejar si kembar Key dan Rey yang rusuh.
"Aku tidak menyangka kau akan berhenti dari pekerjaanmu," kata Royce.
"Aku sudah berjanji pada pengacara kakekku untuk berhenti dari pekerjaanku dan mengelola keuangan keluarga," ucap Gitta.
Royce mengangguk mengerti. "Aku senang kau datang kemari dan makan bersama kami. Ini pertama kalinya. Aku harap kau sering datang."
Gitta tersenyum. Dia masih ingat saat kecil dulu dia hanya melihat dari luar kehangatan keluarga Royce. Sebenarnya mereka sering mengajak Gitta, tapi gadis itu selalu menolak.
"Aku masih heran, bagaimana bisa kau dan Xander keluar dari bangunan yang meledak itu. Kulihat kalian berjalan menembus api," ucap Royce.
"Waktu di markas Vionna?" Tanya Gitta sambil mengingat-ingat kembali.
"Apa kau dan Xander benar-benar kebal terhadap api? Apa itu karena kalian benar-benar terlahir sebagai anak keluarga San?" Tanya Royce penasaran.
Gitta tertawa. "Jika aku kebal terhadap api, lengan kananku tidak akan seperti ini."
Royce melihat lengan Gitta yang masih diperban.
"Aku dan Xander mengguyur tubuh kami dengan air mancur di dalam gedung itu kemudian kami nekat menerobos api. Sudah diguyur air pun rasanya masih sangat panas," ucap Gitta.
Royce tersenyum kaku. "Setidaknya sekarang aku mengerti setelah mendengar alasan yang masuk akal darimu."
"Aku lebih kagum lagi terhadapmu. Kau mengalahkan puluhan bodyguard wanita di kantin hanya dengan sepasang sumpit. Kau memang sangat terlatih. Tidak heran, sih. Kau seniorku." Gitta merangkul Royce.
Royce tersenyum. "Kau membuatku malu."
Gitta tersenyum.
🌹🌹🌹
15.37 | 15 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
H-12 : CATCH
ActionDevan dan Gitta diperintahkan ARN untuk menangkap penjahat internasional yang berkewarganegaraan Indonesia di New York, yaitu seorang gangster yang terkenal berbahaya. Mereka terjebak dalam situasi yang sulit. Di mana Devan mengorbankan dirinya unt...