Sebenarnya apa yang terjadi?
** Flashback **
"Aku akan kembali, aku berjanji akan kembali," kata Devan dengan air mata berlinang.
Dor!
Dor!
Dor!
Vionna menembak punggung Devan. Darah mengalir dari mulutnya. Pria itu mendorong Gitta keluar lewat jendela. Devan terkapar ke lantai. Vionna menghampirinya. Wanita itu menatap wajah tampan Devan yang sekarat.
"Tanam peledak pada Simon dan lemparkan ke bawah!" Suruh Vionna.
Bodyguard Vionna menusuk perut mayat Simon dengan dua peluru bom dan melemparkannya keluar jendela. Devan tampak panik. Dia khawatir bom itu meledakkan Gitta di bawah.
Terdengar suara ledakkan.
"Kalian berpacaran, ya?" Tanya Vionna.
Pandangan Devan semakin kabur. Pria itu pun tak sadarkan diri. Vionna dan para bodyguard-nya membawa Devan ke luar kota untuk dirawat di salah satu rumah sakit.
Devan yang setengah sadar mengaktifkan kembali alat pelacak di cincin tunangannya agar para anggota ARN bisa melacak lokasinya.
Sesampainya di rumah sakit, Devan segera mendapatkan pertolongan.
Vionna berbicara dengan dokter. "Bagaimana keadaan pria itu?"
"Dia kehilangan banyak darah."
"Darah apa yang dia butuhkan? Aku punya semua jenis golongan darah. Bahkan jika dia kehilangan 4 jantung pun, aku punya," kata Vionna.
Dokter terdiam seketika.
Saat Devan siuman, Vionna menemuinya. Dia bertanya menggunakan bahasa Indonesia, "Kau agen mata-mata dari ARN atau BIN? Atau ada yang lain?"
Devan tidak menjawab.
"Kau hampir membunuhku, tapi aku menyelamatkanmu. Aku mau kau bergabung denganku. Gajimu akan aku naikkan 11 kali lipat, asalkan kau bekerja padaku." Vionna memberikan penawaran.
"Kau tidak menyelamatkanku, kau menembakku dan menangkapku," sanggah Devan.
Vionna tersenyum. "Selain wajahmu yang tampan, suaramu juga indah. Ikutlah bersamaku, aku tidak akan melukaimu, jika kau tidak melukaiku."
Bodyguard Vionna bersuara, "Jika kau tidak mau ikut dengan Nona Vionna, kau akan berakhir seperti rekanmu yang mati dilindas truk."
"Kau beruntung, karena Nona Vionna tidak membunuhmu," ucap bodyguard yang lain.
Devan tahu, yang dia maksud adalah Rizwan. Pria itu tidak bisa pergi kemana pun dengan keadaannya yang sekarang. Jika dia tidak menerima tawaran Vionna, wanita itu pasti akan membunuhnya.
Setelah memikirkannya dengan matang, akhirnya Devan bersedia menjadi anggota geng api.
Vionna menyuruh pria itu melepaskan semua alat-alat ARN yang ada di tubuh Devan tanpa terkecuali. Karena kemungkinan besar alat-alat itu bisa dilacak.
Pandangan Vionna tertuju pada cincin di jari manis Devan. "Lepaskan itu juga."
"Ini cincin tunanganku," kata Devan.
Vionna mengulurkan tangannya meminta cincin tersebut. Devan terpaksa memberikannya. Vionna melihat cincin tersebut untuk beberapa saat. Devan sedikit khawatir, karena ada alat pelacak yang kecil di dalam permata cincinnya.
Namun, Vionna mengembalikan cincin tersebut pada Devan. "Gadis itu beruntung sekali."
Setelah Devan sembuh total, Vionna membawanya kembali ke New York.
Selama di dalam markas, Devan mendapatkan banyak sekali informasi termasuk data-data penting penjualan senjata ilegal dan penjualan organ tubuh manusia. Tapi, dia tidak bisa mengirimkannya pada markas besar ARN, karena keamanan sistem di markas geng api jauh lebih ketat dibandingkan ARN.
Vionna sering membawa Devan ke pertemuan-pertemuan pentingnya.
"Kau memelihara agen mata-mata?" Ledek ketua geng lain.
Vionna menggandeng lengan Devan. "Dia bukan anjing peliharaan, dia pacarku."
Pria itu tertawa meledek. "Kau benar-benar gila dan tidak bisa ditebak, ya. Kasihan Simon, dia membangun geng api mati-matian, tapi wakilnya malah sibuk bercinta dengan pria yang membunuhnya."
Vionna marah. "Jaga lidahmu atau aku akan memotongnya dan menjual organ tubuhmu di pasar gelap."
"Jangan merasa hebat, yang kuat dan berkuasa itu Simon, bukan dirimu."
Vionna akan memaki, tapi Devan menariknya agar tidak berurusan dengan geng lain. "Dia punya pasukan khusus, kau akan berada dalam masalah jika bertengkar dengannya."
Vionna menatap Devan kemudian tersenyum. Dia meletakkan kepalanya ke bahu pria itu.
Mereka pun kembali ke markas.
Devan terbelalak kaget melihat keberadaan Gloria. Begitu pun sebaliknya. Gloria tidak mengira Devan masih hidup dan memilih berpihak pada Vionna.
"Ada informasi baru?" Tanya Vionna pada Gloria.
"ARN mengirim agen lagi," jawab Gloria.
Devan menatap Gloria dengan tatapan tidak percaya. Wanita itu sekarang menjadi mata-mata ganda antara ARN dan geng api.
Vionna menatap curiga pada Devan. "Apa mungkin mereka tahu, kalau kau masih hidup?"
Devan tidak menjawab. Dia memasang ekspresi tidak tahu. Gloria menatap padanya.
"Kita harus waspada sekarang. Mereka pasti memiliki rencana yang lebih matang. Aku tidak mau acara pergantian ketuaku terganggu oleh orang-orang ARN itu," ujar Vionna.
Setelah rapat, Devan masuk ke kamarnya. Pria itu mengusap kasar wajahnya. Dia mengkhawatirkan Gitta. Bagaimana jika salah satu dari kedua agen mata-mata yang dikirim ARN itu adalah Gitta?
Terdengar suara pintu dibuka. Devan menoleh, ternyata Vionna. Wanita itu menutup pintu dan menghampirinya.
"Devan." Vionna tiba-tiba mencium bibir Devan. Wanita itu mendorongnya ke ranjang dan menindihnya lalu kembali menciumnya.
Devan tidak melakukan apa pun. Dia hanya diam. Vionna menatap pria di bawahnya dengan tatapan penuh hasrat.
"Kau tidak menginginkanku?" Tanya Vionna.
"Maafkan aku, Nona." Devan mengalihkan pandangannya. "Ada hati yang harus aku jaga."
Vionna tersenyum sinis. "Aku akan membunuhnya dan memilikimu."
Devan mencengkram kedua lengan Vionna. "Jangan lakukan itu."
"Gadismu tidak tahu kau masih hidup. Dia pasti punya penggantimu."
🌹🌹🌹
16.05 | 13 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
H-12 : CATCH
ActionDevan dan Gitta diperintahkan ARN untuk menangkap penjahat internasional yang berkewarganegaraan Indonesia di New York, yaitu seorang gangster yang terkenal berbahaya. Mereka terjebak dalam situasi yang sulit. Di mana Devan mengorbankan dirinya unt...