EPILOGUE

41 1 0
                                    

🌹🌹🌹

"If you're brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello."

_Qiarani Mahali_

🌹🌹🌹

Xander dan Gitta sedang berada di cafe. Keduanya memesan kopi dan menghabiskan akhir pekan bersama.

"Aku bangga padamu. Kau bisa meyakinkan pemerintah pusat untuk membuka pusat sejarah keluarga kita," ucap Xander.

Gitta tersenyum. "Itu juga berkat dirimu dan tim kita. Aku sangat berterima kasih pada kalian. Perjuangan kita semua mendapatkan imbalan yang sesuai. Marco bisa hidup tenang di rumah barunya dengan identitas baru. Royce dan Rizal mendapatkan posisi yang lebih tinggi, Rafa menjadi kepala bagian IT. Pak Rudi tidak menginginkan imbalan apa-apa. Dan kau... apa yang kau minta sebagai imbalan? Aku tidak tahu."

Xander tersenyum. "Aku sudah mendapatkan bagianku. Aku sangat senang."

Gitta tampak berpikir kemudian mengangguk tanpa menanyakan lebih lanjut.

"Aku ingin mengatakan sesuatu," kata Xander serius.

Gitta tampak berpikir kemudian mengangguk. "Katakanlah."

"Emmm...." Xander tampak berpikir.

Gitta menatap Xander dengan serius. "Iya?"

"Apa kau mau ikut bersamaku ke Korea Selatan?" Tanya Xander.

"Ke-kenapa?" Gitta tampak bingung.

"Kita tidak akan lama di sana. Aku hanya ingin lukamu segera sembuh." Pandangan Xander tertuju pada lengan Gitta yang tertutup lengan baju.

"Ah? Maksudmu luka bakar ini?"

"Iya, jika kau tidak keberatan. Aku mengenal dokter terbaik di sana," ucap Xander. "Aku mengenalnya saat misi dulu."

Gitta tersenyum. "Aku akan memikirkannya nanti."

Xander tersenyum. "Hubungi aku jika kau sudah memutuskan."

Gitta mengangguk.

"Devan berhenti dari pekerjaannya," ucap Xander tiba-tiba.

"Oh, dia memang berniat berhenti setelah misi penangkapan Vionna berakhir," ucap Gitta.

"Pak Rudi dan tim AKPT sedang mengawasinya. Mereka tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Devan setelah misi terakhirnya," ucap Xander.

"Dia pasti baik-baik saja. Devan pasti sudah memikirkan keputusannya dengan matang," ujar Gitta.

"Apa kau tidak mengkhawatirkannya?" Tanya Xander pelan.

Gitta menunduk. "Aku sangat mengkhawatirkannya. Bukankah kau tahu itu."

Xander tampak berpikir. "Ya... awalnya aku berpikir begitu."

Gitta mengangguk. "Kau benar. Awalnya aku sangat mengkhawatirkan Devan. Aku sangat mencintainya. Aku hampir terbunuh beberapa kali saat ingin menyelamatkannya dari Vionna. Tapi setelah melihatnya berubah, aku rasa aku sudah salah."

Xander mengernyit. "Bukankah dia sudah bilang, kalau yang dia lakukan adalah bagian dari misi? Dia juga tidak melakukan hubungan intim dengan Vionna."

Gitta menatap Xander. "Apa kau melihat tatapannya saat aku ingin menembak kepala Vionna? Devan mencintai Vionna. Jika dia tidak memiliki perasaan apa pun, dia tidak akan menghalangiku menembak wanita itu. Padahal dia sudah tahu rencana Pak Rudi dan dia juga tahu kita bisa menembaknya saat itu juga."

Xander tidak menyanggah ucapan Gitta. Ucapan gadis itu ada benarnya.

Tiba-tiba Gitta terdiam. Dia menatap Xander. "Jangan-jangan... Devan meminta imbalan pada pemerintah pusat agar Vionna tidak dibunuh?"

Xander tampak berpikir. "Aku rasa itu tidak mungkin. Hukum tidak bisa dirubah sembarangan. Bukankah kita sudah tahu kalau mereka mengizinkan kita membunuh tersangka di tempat artinya dia akan dihukum mati?"

"Aku rasa tidak semua kasus seperti itu." Gitta tampak berpikir.

Sementara itu, Vionna yang memakai pakaian tahanan tampak duduk menatap lurus di dalam selnya.

H-12 : C A T C H

T H E    E N D

🌹🌹🌹

18.39 | 15 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah

H-12 : CATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang