H12 - 29

20 1 0
                                    

Vionna tersenyum. "Selamat tinggal."

Gitta menatap mobil polisi yang melaju membawa Vionna pergi. Devan menghampirinya.

"Dia akan dihukum sesuai peraturan yang berlaku. Kau tidak perlu khawatir. Selain apa yang sudah dia lakukan selama menjadi gangster, dia juga bertanggung jawab atas ledakkan yang menyebabkanmu terluka," kata Devan.

Gitta melirik Devan. Dia melihat cincin tunangan miliknya berada di jari kelingking pria itu. Gitta tentunya ingat saat dia membuang cincin tersebut di markas Vionna sewaktu di New York.

Xander menatap punggung Devan dan Gitta. Dia tersenyum tipis kemudian berlalu dan masuk ke mobilnya. Pria itu menghela napas berat kemudian menghidupkan mobil.

"Tunggu!" Tiba-tiba Gitta mengetuk kaca mobilnya.

Xander menurunkan kaca mobil dan mengeluarkan kepalanya. "Gitta."

Dengan kedua pipi yang sudah memerah, Gitta berkata, "Apa kita tidak akan ke cafe untuk minum kopi seperti waktu itu?"

Xander terdiam sesaat kemudian dia tertawa kecil. "Aku kira kau akan bersama Devan."

Gitta tersenyum kemudian menggeleng. Mereka pun pergi, sementara Rizal memperhatikan Devan yang masih berdiri di tempat semula.

Pria itu memegang alat komunikasi di telinganya. "Pak, aku rasa kita harus mengawasi Devan lebih ketat lagi. Sepertinya emosi Devan sedang campur aduk setelah menjadi mata-mata ganda."

"Terima kasih, Pak." Rizal berlalu pergi.

Setelah misi itu berhasil, pemerintah pusat menepati janjinya membuka lokasi sejarah milik keluarga San ke publik. Gitta menyumbangkan biaya perbaikan pada pusat sejarah keluarga San tersebut.

Di lokasi sejarah, Gitta melihat semua keluarga San yang merupakan pengelola, sibuk mengurus perubahan ini. Mereka tampak bangga dan semangat. Berkat Gitta lokasi sejarah tersebut bisa dibuka untuk umum dan diakui negara sebagai salah satu pusat sejarah milik Indonesia.

Namun, pemerintah pusat tidak memberitahukan siapa orang yang berhasil meyakinkan pemerintah pusat untuk membuka lokasi sejarah tersebut, mengingat Gitta adalah seorang agen mata-mata yang namanya tidak bisa dipublikasikan. Sehingga tidak ada orang yang tahu, kecuali Xander, Royce, dan Rudi.

Gitta bergumam, "Kak Zega, aku sudah melakukannya. Aku membuka pusat sejarah ini dan aku juga tidak mati."

Tempat sejarah tersebut sekarang dikenal dengan nama "Sejarah San yang Terlupakan".

Tidak akan ada lagi anak dari keluarga San yang malu membawa nama belakang mereka, hanya karena sejarah masa lalu yang buruk. Mereka akan bangga memiliki nama San/La.

Meskipun begitu, stigma negatif masyarakat tidak sepenuhnya berubah. Ada beberapa pihak yang kurang senang dengan keputusan pemerintah pusat membuka tempat bersejarah itu. Pihak-pihak itu menganggap jika lokasi bersejarah itu lebih baik hanya diperuntukkan bagi keluarga San saja.

Namun, pemerintah pusat tetap membukanya.

Para keluarga San sangat berterima kasih dengan perjuangan agen mata-mata yang berhasil menyelesaikan misi besar sehingga bisa mengajukan permintaan agat tempat bersejarah mereka diperlihatkan pada publik. Para keluarga besar San juga menyumbangkan dana untuk perbaikan dan pembangunan yang lebih lanjut terhadap bangunan tersebut.

Gitta menepati janjinya pada Alan selaku pengacara San Reino untuk berhenti menjadi agen mata-mata negara. Selain itu, dua juga menjadi salah satu pengurus tempat bersejarah. Dia juga mengurus panti asuhan San milik Zega.

Dia memasang foto Hera, ibunya, di ruangan khusus. Selain foto ibunya, terdapat juga foto kakek dan neneknya. Setelah mencari flashdisk yang berisi foto Zega dan Yesinta, Gitta juga memasang foto kedua perempuan itu.

🌹🌹🌹

09.10 | 15 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah

H-12 : CATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang