H12 - 26 - Fight

15 1 0
                                    

🌹🌹🌹

"When everything feels complex, make it simple. Break it down, think it through, and make it happen."

🌹🌹🌹

Devan menatap langit yang mendung lewat jendela. Tiba-tiba terdengar suara ledakkan. Pria itu segera keluar dan melihatnya. Ledakkan terjadi di dua sisi yaitu sebelah Utara dan Timur markas Vionna. Para bodyguard pria pun bergegas mencari tahu apa yang terjadi. Keamanan diperketat.

"Sebenarnya apa rencana Pak Rudi?" Gumam Devan. Dia kembali ke markas dan melihat Vionna sedang duduk sambil menghisap rokok shisha.

Wanita itu menoleh pada Devan. "Kau mencemaskan sesuatu?"

"Mereka menyerang dan kau tampak biasa saja," ucap Devan.

Vionna tersenyum. "Kau bersamaku, aku merasa aman."

Devan tidak merespon.

Tiba-tiba seorang bodyguard pria menyeret dua orang ke depan Vionna. Mereka berdua adalah Gitta dan Xander.

Devan mengernyit.

Vionna tertawa. "Apa-apaan ini?"

"Mereka yang meledakkan dua menara perbatasan kita. Kedua orang ini mencoba masuk lewat jalur bawah tanah," kata bodyguard.

"ARN tidak punya mata-mata lain, ya? Kenapa kalian terus yang dikirim kemari?" Vionna beranjak dari tempat duduknya.

Devan menatap Gitta yang dari tadi diam. Gadis itu tidak melihat padanya sedikit pun.

"Kulihat kau baik-baik saja, Gitta?" Vionna memandang tubuh Gitta.

Gitta mendongkak menatap tajam ke arah Vionna. "Kau melukai anjingku. Kau tidak tahu seberapa terlukanya Biggy karenamu."

Devan terkejut mendengar itu. Dia tidak tahu Biggy menjadi korban juga dalam ledakkan tersebut. Devan juga menyayangi Biggy seperti hewan peliharaannya sendiri.

"Biggy menjadi trauma. Keempat kakinya harus diamputasi. Itu karenamu. Jika kau melukaiku, aku terima, tapi kau melukai hewan malang yang bahkan tidak pernah melakukan kejahatan," kata Gitta dengan emosi yang meluap-luap.

Vionna mendecih sambil tertawa. "Kau mengkhawatirkan seekor anjing dibandingkan dengan dirimu sendiri?"

"Lebih baik memiliki teman seekor anjing daripada memiliki teman manusia yang kelakuannya lebih rendah dari anjing," ucap Gitta.

"Perkataanmu sangat ekstrim, ya. Sepertinya kau begitu kesepian sehingga tidak memiliki teman manusia." Vionna menatap Gitta dengan tatapan penuh.

Gitta juga menatap wanita itu.

"Bodyguard, bawa dia ke penjara bawah tanah," suruh Vionna.

Saat bodyguard itu menyeret Gitta dan Xander, Vionna berubah pikiran.  "Tidak, tidak... Dev, bawa mereka ke penjara bawah tanah."

Devan menyeret Gitta dan Xander pergi dari hadapan Vionna. Gitta meringis kecil saat Devan menarik lengan kanannya. Sehingga Xander berinisiatif untuk bertukar posisi dengan Gitta agar Devan menarik lengan kanan Xander dan lengan kiri Gitta.

Sempat-sempatnya mereka bertukar posisi. Untung Devan yang membawa mereka. 🙄😒

Sesampainya di ruang bawah tanah, Devan memasukkan Gitta dan Xander ke sel. Devan tidak bisa menahan rindunya.

Dia berjongkok di depan Gitta yang duduk. Mereka saling menatap. Xander memutar bola matanya kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Gitta." Devan mendekatkan wajahnya ingin mencium Gitta.

Gadis itu menatap Devan yang wajahnya semakin dekat. Pria itu menatap bibir Gitta yang sedikit terbuka.

Tiba-tiba Gitta menghantam dahi Devan dengan dahinya. Gadis itu juga menendang perut Devan sampai jatuh terduduk.

"Kau mau menciumku setelah berciuman dengan perempuan itu? Kau pikir aku mau memakai barang bekas?" Gitta terlihat masih sangat kesal.

Xander menahan tawa melihat itu.

"Aku melakukan ini demi misi, bukankah Pak Rudi sudah memberitahumu?" Devan terlihat kesal juga.

Gitta mendecih. "Bersetubuh dengan wanita itu? Apa itu juga bagian dari misi? Kau menikmatinya juga, kan?"

"Apa kau percaya dengan semua ucapan Vionna? Aku tidak pernah tidur dengan wanita mana pun," kata Devan.

"Apa aku harus memercayaimu? Kau juga berciuman dengannya di depanku. Tampaknya kau menikmati ciuman itu." Gitta mendengus kesal.

"Lalu bagaimana denganmu? Kau juga berciuman dengan pria itu." Devan menunjuk Xander.

"Hei, Bung. Dia menolak ciumanku meskipun ciumanku lebih panas dibandingkan dirimu," ucap Xander.

Devan menunjuk wajah Xander. "Diam, kau!"

Devan bangkit kemudian mengusap rambut Gitta dan mencium keningnya. "Kita akan segera mengakhiri misi ini."

Setelah berkata demikian, Devan berlalu meninggalkan kedua orang itu di penjara bawah tanah. Dia mengunci selnya. "Kalian pasti bisa membukanya, kan?"

🌹🌹🌹

17.06 | 14 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah

H-12 : CATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang