H12 - 15

12 0 0
                                    

** Flashback **

Brigitta Alyora La Reino, dia adalah putri dari seorang ibu San dan ayahnya dari kalangan orang biasa.

Ayahnya Gitta menikahi ibunya atas dasar harta. Hera, yaitu ibunya Gitta memang putri tunggal dari keluarga San Reino. Oleh karena itu, Bagas mendekati Hera. Wanita itu mencintai Bagas.

Namun, San Reino menentang hubungan Hera dengan Bagas, karena Bagas adalah pria berandalan. San Reino tentunya tahu niat buruk Bagas yang ingin meraup harta melalui putrinya.

Tidak kehilangan akal, Bagas dan Hera memutuskan untuk kawin lari. San Reino kecewa dengan keputusan putrinya sehingga dia menarik semua akses yang sudah dia berikan pada Hera.

Bagas dan Hera pun jatuh miskin. Dan sejak saat itu, sifat asli Bagas keluar. Dia memaki dan memukul istrinya bahkan saat wanita itu sedang hamil.

"San apanya, kenapa aku hidup miskin begini setelah menikahimu? Seharusnya aku kaya dan hidup enak, karena ayahmu San Reino, tapi malah ini yang aku dapatkan. Aku menyesal menikahimu!"

Karena Hera sudah terlanjur mencintai Bagas, dia tetap bertahan bersama pria itu. Ya, mungkin kebucinan Hera menurun pada Gitta.

Hingga Gitta lahir, kehidupan mereka semakin berantakan. Bagas berselingkuh dengan wanita-wanita kaya untuk mendapatkan uang. Dia pulang kalau sedang sial dan melampiaskan kemarahannya dengan memukuli Hera dan Gitta.

Karena hal itu, mental Gitta menjadi lemah. Dia sering murung dan takut pada siapa pun, termasuk ayahnya.

Namun, beruntung dia bertemu Zega. Gadis itu yang membuatnya menjadi sangat kuat seperti saat ini.

Zega dan Gitta terkejut mendengar suara keributan di rumah Gitta.

"Aku duluan." Gitta segera memasuki rumahnya. Gadis kecil itu melihat ayahnya sedang memukul dan menendang ibunya.

"Ayah! Jangan memukuli Ibu!" Tangis Gitta sambil menarik ayahnya agar berhenti menyakiti ibunya.

Bagas menampar Gitta dan mendorong kepalanya berkali-kali lalu memukul punggungnya.

"Keluarga San apanya?! Ibu dan anak sama-sama bodoh!" Bentak Bagas.

Pria itu melepaskan gespernya dan mencambuk Gitta. Gadis kecil itu hanya bisa menangis dalam diam. Hera menghentikan suaminya.

"Hentikan! Kau boleh memukulku dan membunuhku, tapi tidak dengan putrimu!" Teriak Hera.

Zega melihat itu semua. Dia melaporkan kejadian tersebut pada polisi. Bagas pun ditangkap.

Gitta berterima kasih pada Zega.

"Sebenarnya aku juga putri dari keluarga San," kata Zega.

Gitta terkejut. "Benarkah?"

Zega tersenyum. "Ayahku San Bima, kalau kau?"

"Kakek dari ibuku San Reino," jawab Gitta.

"Mau bermain bersamaku?" Tanya Zega.

"Bermain kemana, Kak?"

"Kita bermain ke tempat yang seru." Zega mengajak Gitta pergi ke pusat sejarah keluarga San yang dicekal pemerintah.

"Tempat ini tidak dibuka untuk umum. Hanya kita yang bisa datang dan melihatnya," ucap Zega.

"Waahh." Gitta kecil terpesona dengan peninggalan sejarah keluarga San di tempat tersebut.

"Aku ingin suatu hari nanti tempat ini diakui negara sebagai bagian dari sejarah." Zega memandang lurus.

Gitta tersenyum. "Mari kita lakukan."

Saat Gitta duduk di bangku SMA, Bagas melarikan diri dari penjara. Dia datang ke rumah Hera dan membunuh wanita itu dengan mencekiknya menggunakan kabel.

Gitta yang baru pulang dari sekolah terkejut melihat ibunya sudah terbujur kaku di dapur. Tiba-tiba seseorang mencekiknya dari belakang menggunakan kabel. Tak lain itu adalah ayahnya.

Gitta tidak tinggal diam. Kali ini dia melawan. Gadis itu memukul ayahnya berkali-kali hingga tersungkur ke lantai.

"Ayah! Kenapa Ayah membunuh Ibu?!" Tangis Gitta sambil memeluk ibunya.

"Hei, jangan panggil aku Ayah, aku tidak pernah menganggap kalian keluargaku. Karena kalian, kehidupanku menjadi seperti ini. Kalian pembawa sial. Dasar San terkutuk. Kalian pantas mati!" Bagas berlari ke arah Gitta dengan pisau di tangannya siap membunuh putrinya sendiri.

Gitta bergerak lebih cepat. Dia membanting ayahnya dan menusuk perut serta paha pria itu.

"Kau tahu? Aku calon polisi. Mulai sekarang kau akan berurusan denganku, Ayah," ucap Gitta.

Bagas menendang perut Gitta kemudian dia berlari kabur.

Gitta menangis sambil memeluk jenazah ibunya. San Reino langsung jatuh sakit setelah mendengar kematian putrinya. Dia memberikan seluruh hartanya pada Gitta sebelum dirinya menyusul Hera.

Dengan uang itu, Gitta memperbaiki rumah ibunya yang sekarang menjadi tempat tinggalnya. Dia tidak ingin tinggal di mansion. Lalu dia juga berkuliah dan berhasil menjadi seorang polisi.

Zega yang merupakan seniornya di kepolisian tersenyum bangga melihat Gitta mengenakan seragam polisi untuk pertama kalinya. Mereka berpelukan.

Selama menjadi polisi, Gitta berhasil memecahkan banyak kasus, sehingga ARN dan BIN meminta kepolisian untuk melepaskan Gitta dan menjadikannya agen di sana, tapi kepolisian menolak. Mereka juga tidak memberitahu Gitta.

Hingga suatu hari, Gitta melihat Zega mengakhiri hidupnya di depan matanya. Itu membuat Gitta merasa sangat terpukul. Untuk kedua kalinya dia kehilangan seseorang yang paling dekat dengannya.

Setelah bertemu Devan di tempat misi, ARN mengutus Devan ke kepolisian untuk merekrut Gitta menjadi anggota ARN. Saat itulah Gitta menerima tawaran tersebut.

** End Flashback **

🌹🌹🌹

18.29 | 13 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah

H-12 : CATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang