H12 - 18

12 1 0
                                    

Xander dan Royce duduk bersebelahan di kursi ruang tunggu. Ibu dan adiknya Royce juga masih berada di sana. Mereka duduk di kursi yang berbeda.

"Apa keluargamu tahu tentang pekerjaanmu?" Bisik Xander.

"Tidak, pekerjaan ini harus dirahasiakan dari siapa pun, karena ini kode etik kita," jawab Royce pelan.

"Apa kau tidak bekerja?" Tanya Xander.

"Komputerku diretas, aku tidak bisa melakukan apa pun. Orang-orang IT sedang mengurusnya. Ini pasti perbuatan Vionna. Semua data kita dicuri dan hilang. Gara-gara itu, Pak Rudi menonaktifkan semua anggota agar tidak terjadi kesalahan komunikasi," jawab Royce.

"Dia benar-benar berbahaya," gumam Xander.

"Apa kau menyukai Gitta?" Tanya Royce tiba-tiba.

Xander terkejut dengan pertanyaan dadakan dari seniornya itu. Kedua pipinya memerah dia jadi salah tingkah.

Royce tertawa. Meskipun Xander tidak menjawab, dia sudah tahu lewat sikap pria itu.

"Mungkin aku tidak terlalu dekat dengan Gitta, tapi aku cukup mengenalnya. Dia gadis yang sedikit bar-bar, tapi dia baik. Perlakuan kasar ayahnya membuat Gitta mengalami luka yang begitu mendalam, apalagi kemarin Devan berpihak pada Vionna, itu akan membuat hatinya semakin hancur. Aku harap kau bisa menjaganya dengan baik," kata Royce.

"Tapi, bagaimana bisa kau tahu kalau aku menyukai Gitta?" Tanya Xander penasaran.

Royce mengalihkan pandangannya. "Seharusnya kau mematikan alat komunikasimu sebelum berciuman dengan seorang gadis."

Xander membeku. Dia ingat kejadian waktu di tempat persembunyian saat dirinya mencium Gitta. Mengingat kejadian tersebut wajahnya semakin memerah seperti kepiting rebus. Jadi, alat komunikasinya masih menyala. Otomatis Royce mendengar apa yang mereka lakukan.

"Jika Gitta tidak menyukaimu, dia tidak akan membalas ciumanmu," ujar Royce dengan polosnya.

"Iya juga, sih." Xander menyandarkan punggungnya ke kursi.

Dokter keluar dari ruangan tersebut. Ibunya Royce menghampiri dokter. "Bagaimana keadaannya, Dok?"

"Pasien mengalami luka bakar yang cukup serius di tubuhnya terutama lengannya. Kami akan segera melakukan operasi. Apa diantara kalian ada pihak keluarganya?" Jawab dokter diakhiri dengan pertanyaan.

Royce dan ibunya saling pandang. Mereka bukan keluarganya Gitta, tapi mereka mau bertanggung jawab untuk keselamatan Gitta. Ibunya pun berkata, "Gitta hidup sebatang kara, kami akan mengurus semuanya."

"Kalian bukan keluarganya?" Tanya Dokter.

"Kami tetangganya."

Dokter tampak berpikir.

Xander menghampiri dokter. "Saya keluarganya, kami sama-sama keluarga San. Saya yang akan mengurus semuanya."

"Baiklah, ikut saya." Dokter berlalu. Xander mengikutinya sambil menganggukkan kepala pada Royce. Royce melakukan hal yang sama.

Ibunya Royce menghela napas lega. "Beruntung ada pria itu, apa dia pacarnya?"

Royce tampak berpikir. "Emm, ya."

"Yang Ibu tahu, pacarnya Gitta itu Devan."

"Mungkin mereka sudah putus," ucap Royce.

Tiba-tiba alat komunikasinya terhubung dengan IT yang mengurus komputernya. "Nona Roycelyn, komputernya sudah kembali dipulihkan dan berhasil diakses. Ada sinyal yang masuk."

"Ibu, aku harus segera pergi," kata Royce.

"Mau kemana, Kak? Kak Gitta sedang kritis," tanya adiknya.

"Bosku akan marah jika aku meninggalkan toko terlalu lama. Aku titip Gitta, ya." Royce segera berangkat ke markas besar ARN.

Rafa kebingungan melihat Royce yang memakai pakaian rumahan. Gadis itu duduk di samping Rafa. Royce menekan sinyal yang tiba-tiba muncul itu. Ternyata titik merah yang berupa lokasi.

"Lokasi siapa ini? Siapa yang mengirimkannya?" Gumam Royce.

Rafa tampaknya juga bingung. "Seseorang menanam alat pelacak dan mengirimkannya ke sistem kita. Dia sepertinya mata-mata kita."

"Tapi, Pak Rudi sedang menonaktifkan semua anggota, karena sistem kita yang rusak tidak memungkinkan untuk misi mereka," ucap Royce.

Tiba-tiba alat komunikasi Royce terhubung dengan seseorang. Kedua matanya terbelalak mendengar suara pria dari seberang sana.

"Ini aku, Devan. Terus lacak keberadaanku, aku tidak bisa memberikan informasi terlalu banyak pada kalian, karena Vionna memperketat keamanan. Tidak ada pilihan lain selain menjadi mata-mata ganda," ucap Devan yang terlihat serius mengotak-atik komputer.

"Aku mengerti," jawab Royce.

"Informasi yang mereka curi akan aku kembalikan, tapi tidak bisa aku hapus di sini," ucap Devan.

"Baiklah, akan aku kunci pelacakmu, tetap tenang dan lakukan sesuai instruksi," kata Royce.

"Tidak, aku tidak bisa melakukan sesuai instruksi. Aku harus berimprovisasi. Vionna adalah orang yang tidak bisa ditebak," ujar Devan.  Berakhirnya kalimat tersebut, komunikasi pun terputus.

"Semua datanya sudah pulih, dia benar-benar mengembalikan data yang hilang," ucap Rafa.

Royce melacak lokasi yang dikirimkan Devan. Kedua matanya terbelalak melihat Devan sedang berada di Indonesia.

"Pak Rudi." Royce segera bangkit dari tempat duduknya dan mencari Rudi.

Rudi yang sedang berbicara dengan Andriawan Septo, ketua AKPT. Kedua pria itu menoleh pada Royce yang datang secara tiba-tiba.

"Maaf mengganggu, tapi lokasi Devan sudah ditemukan dan dia berada di Indonesia."

Mendengar ucapan Royce, Rudi sangat terkejut. "Sebenarnya apa yang terjadi?"

🌹🌹🌹

08.50 | 13 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah

H-12 : CATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang