Keesokan harinya, Gitta masuk kampus seperti biasa. Gadis itu melihat lewat jendela koridor. Ada Vionna yang datang bersama beberapa bodyguard-nya.
Wanita itu memasuki ruang kelas. Pandangannya tertuju pada Gitta. Dia tersenyum kecil. Ternyata bocah itu masuk kelas. Dia tangguh juga setelah tertembak bom pistol kemarin.
"Baiklah, kalian semua tinggalkan ruangan ini, kecuali kau." Vionna menunjuk Gitta.
Semua mahasiswi beserta dosen yang mengajar pergi ke luar. Elina menoleh pada Gitta kemudian tersenyum mengejek.
Bocah kunyuk itu, batin Gitta.
Vionna menepuk bahu Elina. "Kerja bagus, Sayang."
Kini tinggal Gitta di ruangan tersebut bersama Vionna dan dua bodyguard-nya.
"Buka bajumu," kata Vionna.
Gitta terkejut dalam diam. Dia menunduk berpura-pura ketakutan. "Ta-tapi, Nona... ke-kenapa aku harus membuka baju di sini?"
"Kau hanya perlu membuka bajumu. Tidak dengan celana dalam dan BRA," kata Vionna.
Gitta melepaskan satu persatu kancing kemejanya. Vionna dan kedua bodyguard wanita di belakangnya memperhatikan Gitta.
Kemeja itu lolos dari tubuhnya. Menyisakan BRA hitam berenda.
Vionna berjalan mengelilingi tubuh Gitta. Dia menyentuh tengkuk gadis itu. "Kau memiliki tubuh yang bagus untuk ukuran anak kuliahan."
Sebenarnya Vionna mencari bekas luka di lengan Gitta, tapi dia tidak menemukan luka baru di tubuh gadis itu. Ada banyak bekas luka lama di tubuhnya.
"Kau mendapatkan bekas luka ini di mana? Ada bekas sayatan, bekas peluru, bekas bacokan." Vionna menyentuh luka berbentuk bulat kecil di dada Gitta.
"Ini bekas sundutan rokok waktu aku kecil. Yang lainnya bekas cambukan dan sayatan olehnya. Dia tidak menginginkan kehadiranku dan berusaha membunuhku berkali-kali," ucap Gitta meniru kalimat yang pernah diucapkan oleh Xander semalam.
"Dia? Dia siapa?" Tanya Vionna.
Dengan suara bergetar dan berlinangan air mata, Gitta menjawab, "Ayah."
Tanpa diduga, Vionna menangkup wajah Gitta lalu mencium keningnya. "Akan lebih baik jika dunia ini tanpa seorang pria."
Gitta membeku seketika, karena perlakuan Vionna yang menggelikan.
"Ayo." Vionna pergi diikuti kedua bodyguard-nya.
Saat melewati pintu, serbuk misterius jatuh ke kepalanya. Gitta bersorak dalam hati, bagus! Sesuai dengan rencanaku.
Gitta menyentuh dahinya sambil bergidik geli. Dia segera memakai kemejanya kemudian keluar dan melihat Vionna menaiki mobilnya. Di dalam mobil itu ada pria berjas hitam. Dia Devan!
"Devan," gumam Gitta.
Pria itu mendongkak menatap ke lantai 5 gedung universitas tersebut tepat di mana Gitta berada. Tatapan mereka bertemu.
Vionna menutup pintu mobilnya. "Jalan."
Mobil tersebut pergi meninggalkan gedung universitas. Gitta menekan alat komunikasi di telinganya. "Roycelyn, bubuk pelacak sudah menempel di rambut Vionna, cepat lacak dia sebelum wanita itu keramas."
"Baik." Royce berhasil mengunci lokasi Vionna dengan menggunakan titik berwarna merah. Gadis itu mengernyit bingung. "Tapi, Gitta... apa Vionna bersama Devan?"
"Aku tahu," ucap Gitta.
Gitta selesai dengan kelasnya. Saat dia pulang ke rumah Sarah, Sarah menanyakan keberadaannya semalam. Gitta menjawab, kalau dia menginap di rumah temannya.
Saat memasuki kamar, Gitta terkejut dengan keberadaan Elina. "Kenapa kau di kamarku?"
"Mengaku saja pada Nona Vionna kalau kau mata-mata," ucap Elina.
Gitta tidak mengerti, kenapa gadis itu sangat keras kepala. Apa yang dilakukan Gitta atau pun Vionna tidak ada hubungannya dengan Elina, tapi dia begitu bersikeras.
"Lebih baik kau pergi dari kamarku." Gitta menunjuk pintu.
"Kemarin kau pergi menemui mata-mata ARN dan mengejarnya sampai ke gedung terbengkalai, kan? Kau bersama rekanmu mencoba melawan bodyguard Nona Vionna di gedung terbengkalai itu," kata Elina.
Gitta mendorong Elina keluar dari kamarnya. "Kau pasti keseringan menonton film mata-mata."
"Ayahku adalah salah satu bodyguard-nya. Jika aku berhasil menangkapmu, ayahku pasti akan dipromosikan untuk posisi yang lebih tinggi," kata Elina sebelum pintu kamar dibanting oleh Gitta.
Gadis itu duduk di ranjang kemudian membuka kemejanya. Luka di lengan Gitta sebenarnya ada, tapi semalam Xander membuat kulit buatan dari tepung dan bahan lainnya.
** Flashback **
Gitta mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tempat tersebut lebih pantas disebut gudang daripada rumah persembunyian.
Gadis itu pun mengangguk. "Baiklah."
Xander mendekat dan membuka kemeja di tubuh Gitta. Karena bingung dan panik, Gitta mendorong dada pria itu.
"Apa yang kau lakukan? Aw!"
Xander melihat luka Gitta yang masih segar dan mengaga. "Luka ini tidak akan tertutup hanya dengan ramuan itu. Besok Vionna pasti datang ke kampus dan memeriksamu untuk mencari bekas luka ini."
Gitta melihat luka di lengannya. "Apa yang harus aku lakukan? Jika aku tidak masuk, dia akan lebih curiga lagi."
"Aku akan membuat kulit buatan." Xander menyalakan kompor dan memanaskan air.
Gitta memperhatikannya. Xander memasukan tepung dan bahan lainnya. Gitta tidak tahu apa saja yang dimasukkan Xander ke panci.
"Dalam waktu 20 menit, bahan ini akan mengental dan setelah dingin aku akan menempelkannya ke lukamu agar menyerupai kulit," jelas Xander.
Setengah jam berlalu. Seperti yang dikatakan Xander, dengan hati-hati, pria itu menempelkan bahan tersebut menutupi luka di lengan Gitta.
"Apa sakit?" Tanya Xander.
Gitta menggeleng. "Aku sudah biasa dengan luka seperti ini."
"Kau pasti sangat kuat, pantas saja ARN meminta kepolisian untuk melepaskanmu agar bergabung dengan ARN," kata Xander.
Gitta mengernyit. "Kau tahu?"
Xander tersenyum. "Kau cukup terkenal di BIN. Seandainya ARN tidak merekrutmu duluan, mungkin BIN yang akan merekrutmu."
Gitta tertawa kecil. "Bagaimana bisa BIN mengetahui identitasku?"
Xander menjawab, "BIN mengetahui identitasmu sewaktu masih di kepolisian, sebelum kau masuk ARN. Tenang saja, ARN sangat menjaga rahasia identitas para anggotanya."
Gitta melihat lengannya. "Wah, ini terlihat seperti kulit sungguhan."
"Jangan dipegang dulu, nanti setelah dua jam kulit buatannya akan kering dan terlihat lebih nyata."
"Dua jam? Aku harus begini selama dua jam?" Gerutu Gitta.
"Kau tidak perlu merasa canggung padaku." Tampaknya Xander mengerti maksud Gitta.
Kedua pipi Gitta memerah.
** End Flashback **
Gitta melepaskan kulit buatan tersebut dari lengannya. "Aku akan segera mengakhiri semua ini, Vionna."
🌹🌹🌹
08.45 | 12 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
H-12 : CATCH
ActionDevan dan Gitta diperintahkan ARN untuk menangkap penjahat internasional yang berkewarganegaraan Indonesia di New York, yaitu seorang gangster yang terkenal berbahaya. Mereka terjebak dalam situasi yang sulit. Di mana Devan mengorbankan dirinya unt...