Gitta menatap Devan dengan tatapan nanar. Tapi, Devan harus mengusir Gitta segera dari tempat itu. Atau gadis itu akan berada dalam bahaya. Dia meletakkan moncong pistolnya ke dahi Gitta.
"Aku mencintaimu, Gitta. Tapi, itu dulu. Sekarang milikku adalah Vionna," kata Devan.
Xander menarik tangan Devan. Terjadilah perkelahian antara pria. Selain berkelahi, Xander juga memaki Devan karena telah menyianyiakan perjuangan Gitta yang ingin menyelamatkannya.
Dari sana Devan tahu, kalau Xander sangat mencintai Gitta. Devan tidak menyukainya. Dia menusuk bahu Xander dan nyaris memotongnya.
Namun, Gitta mencengkram leher Devan dan terjadilah perkelahian antara pasangan itu. Devan memukul Gitta cukup keras hingga gadis itu terpundur beberapa langkah.
Apa kau tidak mengerti? Kau berada dalam bahaya! Pergilah, jangan keras kepala, batin Devan.
"Rasakan itu, Gitta. Dia memukulmu, tapi dia menikmati tubuhku."
Yang diucapkan Vionna itu sebuah kebohongan. Devan tidak pernah melakukan hubungan intim dengannya.
Devan membiarkan Gitta menjambak rambutnya dan membantingnya ke lantai. Gadis itu memukul perutnya.
Tiba-tiba terdengar suara ledakkan. Ya, ledakkan bom yang tadi dibuat oleh Devan.
Xander menarik tangan Gitta agar segera pergi dari tempat itu. Bahkan sekarang terdengar suara derap langkah kaki menuju ke ruang bawah tanah.
"Aku tidak mengenalmu, Devan," kata Gitta.
Xander menarik lengan Gitta.
Saat ledakkan kedua terjadi, debu berterbangan menghalangi pandangan. Gitta dan Xander sudah menghilang. Mereka meloloskan diri lewat pintu rahasia yang hanya diketahui Xander selaku perancang bangunan.
Cincin tunangan milik Gitta ditinggalkan di lantai. Devan mengambilnya. Gadis itu pasti sangat kecewa padanya saat ini.
Setelah kejadian itu, anak buah Vionna berkurang sebanyak 32%. Terpaksa Vionna memindahkan markasnya ke Indonesia, markas bekas ayahnya. Ada banyak kenalan Simon di Indonesia itu akan mempermudahnya.
"Apa kau merindukan tanah kelahiranmu?" Tanya Vionna.
Devan menoleh. "Begitulah."
"Aku tidak terlalu senang tinggal di Indonesia, tempat di sini mengingatkanku pada kenangan buruk. Ayahku sering menyiksaku. Dia juga melecehkanku, padahal waktu itu aku masih berusia 8 tahun. Dia memang brengsek. Itulah yang membuatku ingin kabur bersama Paman Simon ke New York," kata Vionna. Tampaknya wanita itu benar-benar sedih.
Devan hanya mendengarkan.
"Tapi, di sini ada banyak geng kenalan pamanku. Aku akan merasa lebih aman di sini dalam perlindungan mereka," ujar Vionna.
Beberapa hari kemudian, Vionna memanggil Devan ke ruangannya. "Awalnya aku mengira kau mengkhianatiku, tapi dengan menembak pria itu dan memukul pacarmu sendiri, aku yakin kau berada di pihakku sekarang."
Devan tidak menjawab.
"Sebelum aku mendatangi aula sialan itu, aku menyuruh hacker untuk meretas sistem keamanan ARN dan mencuri data pribadimu."
Mendengar itu, Devan cukup terkejut.
"Kau seorang pasukan khusus ternyata. Aku jadi takut padamu," kata Vionna.
"Itu dulu," ucap Devan.
Vionna tersenyum. "Ada kabar baik untukmu. Hari ini aku meledakkan rumah Gitta."
Devan terkejut setengah mati. Gitta pasti sangat lemah setelah perkelahian dengannya di New York waktu itu. Dan sekarang Vionna meledakkan rumahnya?
Vionna tersenyum. "Aku melihat keterkejutan di wajahmu. Apa kau mengkhawatirkannya?"
"Kita sedang berada di Indonesia. ARN dan AKPT akan mencurigaimu," ujar Devan.
"Itu tidak akan terjadi, aku sudah memperhitungkannya."
Saat Vionna sedang sibuk rapat, diam-diam Devan pergi ke ruangan komputer. Dia meretas komputer milik geng api dan mengakses alat pelacak dari cincin tunangan milik Gitta yang dia tinggalkan di aula waktu itu. Dia mengirimkan lokasi ke markas besar ARN.
Selain itu, dia mengembalikan data-data yang dicuri dari ARN. "Mereka pasti mencuri dan menghapus data asli milik ARN."
Beberapa saat kemudian, ARN menerima lokasi yang dia kirimkan. Dia pun menghubungkan alat komunikasi dengan si menerima sinyal.
"Ini aku, Devan. Terus lacak keberadaanku, aku tidak bisa memberikan informasi terlalu banyak pada kalian, karena Vionna memperketat keamanan. Tidak ada pilihan lain selain menjadi mata-mata ganda," ucap Devan yang terlihat serius mengotak-atik komputer.
"Aku mengerti," jawab orang dari seberang sana.
"Informasi yang mereka curi akan aku kembalikan, tapi tidak bisa aku hapus di sini," ucap Devan. Dia menoleh ke sana ke mari memastikan tidak ada siapa pun yang melihatnya.
"Baiklah, akan aku kunci pelacakmu, tetap tenang dan lakukan sesuai instruksi."
"Tidak, aku tidak bisa melakukan sesuai instruksi. Aku harus berimprovisasi. Vionna adalah orang yang tidak bisa ditebak," ujar Devan kemudian mengakhiri komunikasi. Dia pun pergi dari ruangan tersebut.
Di Indonesia Devan sedikit lebih bebas karena Vionna sibuk sendiri dan Devan tentunya bisa pergi ke mana saja mengingat dia berada di tanah sendiri.
Dia ingin mengetahui keadaan Gitta, tapi pria itu tidak bisa melacak keberadaannya.
"Gitta."
** End Flashback **
🌹🌹🌹
20.13 | 14 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
H-12 : CATCH
ActionDevan dan Gitta diperintahkan ARN untuk menangkap penjahat internasional yang berkewarganegaraan Indonesia di New York, yaitu seorang gangster yang terkenal berbahaya. Mereka terjebak dalam situasi yang sulit. Di mana Devan mengorbankan dirinya unt...