[8] Tough Night

3.3K 338 6
                                    

Setelah 15 menit aku menunggu, Harry mengabari ia sudah di depan. Aku berpamitan pada Liz.

"Janji ya besok kau datang menginap!" Ia memaksa.

"Iyaa, Alison,"

"Bye Candice!"

Aku keluar gerbang rumah Liz dan melihat sedan Mercedes Benz putih milik Harry sudah terparkir didepan gerbang pagar rumah Liz. Ia sedang memainkan handphonenya saat aku mengetuk jendelanya. Ia membuka kunci mobilnya lalu aku membuka pintu dan duduk di kursi sebelahnya.

Suasana sangat diam di perjalanan. Radio tidak dinyalakan. Harry juga tidak menegurku dan aku juga takut untuk berbicara.

"T,terimakasih," aku mencoba mencairkan suasana.

"Untuk?"

"Menjemputku,"

Ia mengangguk. "Lain kali jangan pulang terlalu malam, ok?"

Aku mengangguk.

"Kau diam saja. Ada yang salah?"

Aku menggeleng.

"Apa laki-laki itu masih berhubungan denganmu?"

Laki-laki itu? "Siapa?"

"Ah persetan dengan namanya. Yang aku tonjok di mall,"

Ah. Rifaldy. Bahkan aku sudah mulai melupakannya.

"Tidak. Dan tidak akan,"

"Bagus. Kalau ia macam-macam, katakan padaku ya mumpung aku masih disini," ia mengepalkan tangannya lalu mengacak-acak rambutku.

Aku sangat merindukan suasana seperti ini. Dimana Harry masihlah Harry yang dulu. Yang bisa jalan denganku tanpa memedulikan orang sekitar. Harry yang selalu menggendongku, mengajakku jalan, merangkulku.

Entah kenapa mengingatnya selalu membuatku menangis. Aku mencoba menengok ke kiri agar Harry tidak menyadari aku menangis.

"Kau baik-baik saja, Candice?" Suaranya pelan dan berat. Aku segera mengelap air mata yang membasahi pipiku.

"Ya,"

"Oh ayolah Candice. Jangan bohong padaku," ia memegang daguku dan memaksa menoleh padanya. Aku menutup mataku dan melepas kacamataku cepat. "Kau... menangis? Kenapa?"

Aku menggeleng lalu tertawa. "Hanya mengingat masa lalu,"

"Apa itu berhubungan denganku?"

"Ya. Kau adalah orang terbaik di dunia ini. Bagaimana bisa kau tidak termasuk di dalamnya?" Aku tersenyum padanya.

"Oh adik kecilku yang cantik. Ingin sekali aku mengenalkan pada dunia tentangmu," ia menggenggam tanganku. Aku menggeleng cepat.

"Jangan, Harry. Aku takut,"

Harry seperti menyadari sesuatu lalu mengangguk. "Tapi suatu saat nanti aku akan membukanya ke dunia bahwa aku ini tiga bersaudara. Gemma, aku, dan kau," ia tersenyum menunjukkan lesung pipitnya itu.

"Okay,"

"Ohya. Aku bulan depan ada konser disini. Kau datang ya. Aku akan memberimu tiketnya dan backstage pass," Harry masih fokus menyetir.

"Boleh aku minta dua tiket?" Seketika aku mengingat Liz yang tadi menangis karena orang tuanya akan kembali 2 bulan lagi.

"Tentu. Untuk siapa?"

"Liz,"

"Apa ia tahu tentang aku dan kau?"

"Tidak,"

"Oh cmon, Candice. Sampai kapan kau harus merahasiakannya?"

Sampai kapan ya? Bahkan aku belum pernah terlintas pikiran seperti itu.

"Entah,"

"Sampai dirumahmu, Tuan Putri. Mau ku antar masuk?" Tawar Harry.

"Aku takut nanti Joe dan Jack......" bagaimana kalau Joe dan Jack marah lalu bertengkar dengan Harry? Tidak. Aku tidak boleh membiarkannya.

"Yasudah. Salam untuk Dad ya. Dan tiketnya nanti ku kasih saat aku akan kembali terbang untuk konser. Jaga dirimu baik-baik ya. I love you!" Pesan Harry. Aku melambaikan tanganku padanya.

"Kau hati-hati juga! I love you too!"

Aku membuka pintu pelan lalu melihat Jack duduk di sofa dengan keadaan wajah merah padam. Ada Joe juga. Mom dan Dad mungkin belum kembali.

"Candice!" Teriak Jack. "Kau darimana saja?!"

Ini yang aku takutkan. Niat mereka memang baik. Tapi aku jujur takut.

"Ak,aku.. aku tadi menelfonmu, Jack. Joe juga. Bahkan telefon rumah," aku menunduk.

"Kau darimana?" Kini Joe yang bertanya lebih lembut.

"Rumah Liz,"

"Kau pulang diantar siapa?"

Nah. Apa aku harus jawab jujur atau bohong? Kalau aku bohong mereka pasti tahu dan kalau aku jujur pasti mereka akan marah padaku dan Harry. Tidak apa mereka memarahiku. Silahkan. Tapi jangan Harry.

"Candice!" Suara Jack mengagetkanku.

"Aku... aku diantar.... Harry," aku menahan napasku. Aku sangat takut Jack memarahiku seperti saat itu. Aku menunduk lalu tidak terasa air mataku menetes. Ah, Candice. Kau cengeng sekali.

Aku merasa ada yang memelukku lalu tangisku mulai bersuara. Aku melepas kacamataku dan duduk di lantai bersimpuh lutut.

"Aku tidak bermaksud membuatmu menangis," itu suara Jack. Nadanya terdengar penuh penyesalan.

"Kami sangat khawatir padamu, Candice," Joe menambahkan.

"Aku tidak apa,"

"Maafkan aku, Candice. Aku sangat minta maaf. Minta maaf tidak menjemputmu dan memarahimu. Aku tahu seharusnya aku tidak memarahimu tapi... kau tahu kan Dad..."

"Jangan dibahas, Jacob," Joe memotong Jack. Joe mengangkatku lalu memelukku. "Sudah malam. Kau tidur ya," Joe mengecup keningku. Aku berdiri dan melihat Jack berdiri di hadapanku. Ia memelukku lalu melepasnya.

"Nightie night, Candice!"

"Malam, Jack, Joe,"

~~~~~~~
Maaf pendek xx

Ini gue tulis pas lg US besok gue bing ips. Doain nilainya bagus yha.

VOMMENTS JG!!

Ohya buku ini bakal gue update kira2 seminggu sekali deh ya. Buku yg lain jg. Dan kalo kalian mau baca [OneDirectionSeries] cek aja di Reading List gue. Nnt abis UN gue jg mau publish [5SOSSeries] yang beda dari series yang sebelumnya. DOAKAN GUE MASUK SMAN8 YEAA

One Direction? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang