Important author's note at the end. DONT SKIP
~~~~~~~~~~~~~~
Aku masih bersekolah seperti biasa, tapi bedanya aku tidak bermain dengan siapa-siapa. Liz masih asyik dengan teman-teman directionersnya, dan aku sedang menjauhi Kent untuk sementara. Aku tidak menyalahkannya, aku hanya ingin sendiri untuk beberapa hari ini.
Joe dan Jack bergantian mengantarku dan menjemputku dari sekolah. Mereka tahu aku sedang ada masalah, jadi mereka ingin selalu ada untukku. Tidak perlu sebenarnya, aku justru tidak ingin mereka menjadi seperti terpaksa mengantar dan menjemputku karena aku yakin mereka memiliki pekerjaan lain yang lebih penting.
Niall: Candiceeeee:):):)
Aku tersenyum mendapatkan pesan singkat darinya beserta foto ia sedang tersenyum manis.
Candice: Haloo!
Niall: Tidak sekolah, eh?
Candice: Pulang cepat, aku sedang tidak enak badan
Niall: awww, baby candice:(
Aku tersenyum lagi, merasa sedikit merindukannya. Kami sudah jarang sekali berhubungan semenjak ia kembali ke London dan melanjutkan tour. Sama dengan Harry.
Candice: Aku tidak apa:)
Niall: Cepat sembuh ya calon ibu dari anak-anakku! :*
Niall: Don't you dare smile, Candice -H
Aku tertawa, membayangkan apa yang sedang Harry lakukan pada Niall yang mengirimiku pesan seperti itu.
Candice: Don't you dare touch him, Harry.
Harry: I don't! I punch, but no touching
Candice: HA HA so funny el oh el
Harry: I know I'm funny
Aku menggelengkan kepalaku, lalu tersadar kalau aku sudah berkali-kali tersenyum hari ini karena ia dan Niall. Mungkin oa merencanakannya, tapi aku bahagia. Karena akhirnya aku dapat kembali tersenyum di sela masalahku dengan Liz yang tak kunjung usai.
-------------
Alison Manny's POV
Argh.
Aku sedikit menyesal aku dan Candice harus bertengkar. Ini salahnya. Eh tidak. Salahku. Bukan salah siapa-siapa. Seharusnya aku tidak sebodoh itu untuk mempermasalahkan masalah yang tidak amat penting. Toh, aku sudah bersama Faldy, jadi Kent ingin melakukan apa saja bukan urusanku.
Or, is it?
Kami berdua tidak pernah bertengkar seperti ini. Kami pernah bertengkar, tapi paling beberapa detik kemudian kami akan tidur di tempat yang sama. Tidak pernah selama ini dan seperti ini.
Jujur, aku merindukan Candice.
Seketika aku terkejut saat merasa handphoneku bergetar di kantongku.
Zayn: Liz
Zayn: Kau tahu, terkadang persoalan sepele dapat merusak moodmu, atau merusak persahabatan
Zayn: tapi kau juga harus ingat sesuatu. Bros before hoes. Sis before men.
Aku merasa air mataku mulai membasahi wajahku. Entah bagaimana ia tahu kalau hubunganku dengan Candice sedang tidak baik. Mungkin juga ia tidak tahu. Tapi perkataannya benar. Sahabat dulu, baru pacar.
*Flashback*
"Candice! Kau tahu? Aku sangaaaat senang karena orangtuaku akan kembali natal tahun ini!"
Aku berteriak di sela aku menelefonnya. Candice, menjadi sahabat yang amat baik hati, tidak keberatan akan suara 7 oktafku.
"Ohya? Aku amat senang mendengarnya! Itu berarti, kau sudah ada rencana liburan bersama keluarga?"
Aku tersenyum lebar. "Ya! Hawaii! Ya Tuhan, Candy! Kau harus tahu betapa senangnya aku dapat kembali ke sana setelah ratusan tahun aku berada dalam gua ini," Aku dapat merasakan Candice memutar bola matanya dari ujung sana. "Hehe, aku tahu kau sudah sering ke Hawaii,"
"Bukan begitu," ia mendengus. "Tapi jangan lupa belikan aku papan seluncur yang kau patahkan tahun lalu!" Ia menggodaku.
Aku tertawa, mengingat kejadian aku mematahkan papan seluncurnya karena kebodohanku. "Oke, oke. Ada pesanan lain?"
"Tidak ada. Hanya, cepat pulang, ya! Bukan begitu, tapi... liburan kali ini keluargaku tidak ada di rumah, jadi aku pasti amat merindukanmu,"
Aku tersenyum. "Tenang saja. Aku akan selalu ada untukmu,"
*End of Flashback*
Aku kembali menangis. Aku akan selalu ada untukmu. Halah. Buktinya aku kini bukannya ada untuknya, melainkan menangis di sini, tidak berani meminta maaf.
Andai ia tahu betapa paniknya aku saat ia pingsan. Betapa aku ingin berteriak minta tolong dan menahan tangisku dengan amat keras. Tapi aku memang pengecut. Dan egois. Aku hanya memikirkan diriku sendiri. Tidak memikirkan sahabat yang sudah ku kenal amat baik sejak aku berumur tiga tahun.
Aku sadar saat itu Kent menangkap tatapan cemasku, tapi ia tidak mau bicara. Ia amat mengenalku, amat sangat, dan ia hanya menggelengkan kepalanya. Aku memang salah. Seharusnya aku tidak usah cemburu saat Kent merangkul Candice.
Apakah aku baru saja mengatakan aku cemburu?
Harry Styles is calling you.
Receive or DeclineDan kini aku tidak tahu harus berbuat apa.
*********************************
Author's noteAda banyak yang harus aku bilang berkaitan dengan update yang amat lemot dan lamban dan abal-abal ini.
1. Maaf banget baru update setelah sebulan. Pr, ujian, IGCSE, buku lain. Maaf banget banget harus bikin nunggu lama, eh pas update malah pendek banget gini.
2. Maaf banget juga baru bisa kabarin kalau NEXT CHAPTER aka Chapter 34, bakal jadi LAST CHAPTER. Alias, ending dari cerita ini. Tapi, jangan delete fanfic ini dari library kamu. Karena aku bakal sering post [Bonus Chapter] yang jauh lebih seru.
3. Buat contest yang kemarin, B A T A L. Yang ikut cuma sedikit, and honestly it broke my heart. Tapi aku amat berterimakasih pada semua yang udah ikutan (meskipun cuma 2) you guys r da bomb.com
4. Ohya, lupa. Abis last chapter, bakal ada Q&A yang bakal jawab semuaaaa pertanyaan kamu selama ini. Kalian bisa submit pertanyaan buat Harry, Candice, Liz, Niall, Liam, Louis, Zayn, Kent, Rifaldy, bahkan aku, dan nanti bakal dibales sama mereka langsung!!
5. Jangan lupa follow aku ya (hehe) dan baca juga stories ku yang lain! Buat yang udah completed, kalian bisa baca Somebody To Love (NJH), Uninvited Guest (HS). Kalau yang masih on going tapi seru banget itu Genevieve (HS), dan Am I Crazy? (HS)
Jangan lupa vote, comment, and share!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Direction? [COMPLETED]
FanfictionOne Direction? Apa itu? Ya, aku tahu itu adalah boyband jebolan X-Factor. Tapi, sehebat dan se-amazing itukah mereka sampai seluruh anak di sekolahku membicarakan mereka? ---------- "Sampai kapan kau akan terus merahasiakan hubungan kita sebagai kak...