[3] Overprotective Brother

5.4K 412 10
                                    

"Hai, Sayang! Selamat pagi!"

Seperti biasa, Mom selalu membukakan tirai jendela kamarku dan membangunkanku. Ia sangat baik, perhatian, lucu, dan menyayangiku. Aku sangat mencintainya.

"Pagi, Mom," aku mencium pipinya.

"Ayo, turun. Joe dan Jack sudah menunggu dibawah,"

Joe dan Jack. Kedua abangku yang sangat tampan dan baik hati dan penyayang dan tidak sombong dan lembut dan penyayang dan... maafkan aku.

Mereka berbeda satu tahun tiga bulan umurnya. Joe lebih tua dari Jack. Jack lebih muda dari Joe. Joe adalah kependekan dari Jores, dan Jack berasal dari kata Jacob.

Aku melambaikan tanganku pada Jack dan Joe yang sudah duduk di meja makan. Ada Dad disana, ia sedang membaca koran-seperti biasa. Jack sedang memakan rotinya dan Joe sedang memainkan handphonenya. Mereka berdua memang sangat amat sungguh jauh berbeda. Kalimat tidak efektif, aku tahu. Tapi memang begitu. Jack anak yang cukup nerdy sepertiku. Wow, aku menganggap diriku sendiri seorang nerdy. Dan Joe adalah tipikal anak gaul jaman sekarang, seperti Liz sahabatku. Joe sangat menggemari Adele, Cher Lloyd, Ellie Goulding, dan banyak lagi. Joe juga seorang playboy-kata temannya. Tapi semua kekasihnya-maksudku mantan kekasihnya-cantik dan baik padaku. Sebenarnya Jack lebih tampan dari Joe, namun karena ia terlalu menunjukkan sifat nerdy-nya, maka ia lebih sering sendiri. Padahal banyak wanita merebutkannya.

"Joe! Hentikan bermain handphonemu," Mom menegur Joe. Joe tersenyum dan meletakkan handphonenya disebelahnya. Ia langsung memakan sereal yang sudah Mom siapkan.

"Candice, bagaimana hubunganmu dengan...."

"Kau masih berpacaran dengannya?!" Jack memotong omongan Mom. Ia memang sangat membenci Rifaldy, entah kenapa.

"Tidak sopan, Jacob," Dad yang ambil bicara sekarang.

"Tapi, Dad, aku sudah melarangnya untuk berpacaran, apalagi dengan si pengecut itu!"

"Jacob!" Mom berteriak. "Kenapa kau tidak menghargai adikmu sendiri?!"

"Entah Mom, Jack terlalu lama sendiri jadi ya begitu," Joe menggoda Jack yang langsung disambut tatapan sinis Mom.

Jack memang begitu. Selalu melarangku berpacaran. Terlebih dengan Rifaldy. Ia memang sangat protektif terhadapku. Kadang Joe suka menggodanya dan membelaku. Tapi aku tidak pernah baper alias bawa perasaan karena Dad selalu bilang Jack hanya ingin yang terbaik untukku.

Dad menggulung korannya dan memakan roti yang sudah Mom siapkan. Ia mengedipkan sebelah matanya padaku. Aku tersenyum padanya. "Sampaikan salam Dad untuk Rifaldy ya," Dad berkata dan disambut pelototan dari Jack.

"Dad!" Jack berteriak.

"Sudahlah, Jack. Memangnya apa salah Rifaldy sampai kau begitu membencinya?" Joe membelaku. Ia memang pahlawan di pagi hari ini.

"Ia... argh. Candice, maafkan aku kalau kau pikir aku jahat padamu atau terlalu protektif padamu. Aku hanya tidak ingin kau disakiti oleh lelaki sepertinya," Jack menggenggam tanganku. Aku tersenyum.

"Ia tidak akan menyakitiku, Jack. Tapi kalau ia melakukannya, itu hakmu melakukan apapun padanya,"

"Kau janji?" Matanya berbinar mendengar pernyataanku.

"Janji," aku dan Jack melakukan pinky promises dan Mom, Dad serta Joe hanya tertawa.

---

Sampai di sekolah, aku tidak dikejutkan oleh teriakan para fangirl di kelasku.

"Oh to the my to the god OH MY GOD HARRY STYLES!!"
"Kau menonton mereka tidak?"
"Aaaaaaahh mereka akan konser disini bulan depan,"
"DAN AKU DILARANG IBUKU MENONTONNYA,"
"AKU JUGA DILARANG,"
"Kapan lagi aku akan bertemu suamiku Niall Horan,"
"Niall milikku,"
"Sudahlah diam Louis milikku,"
"Daddy Liam please be father to my children,"
"Zayn Malik till die,"
"Harry Styles is mine you know,"

Aku yang mungkin satu diantara dua orang yang tidak menyukai One Direction hanya bisa tutup telinga mendengarnya. Terlebih lagi, sahabatku alias teman sebangkuku sendiri, tidak bisa berhenti membicarakan One Direction, terlebih lagi favoritnya, Harry Styles.

"Candiceee!" Liz berteriak memanggil namaku sambil melambaikan tangannya. Aku membetulkan kacamataku lalu melambaikan tangan padanya. "Come on, Candice. Bisakah kau meletakkan bukumu di dalam tas?"

Aku tersenyum padanya. "Tidak muat,"

Ia menghela napas. "Untung kau sahabatku nomor satu, jadi aku dengan sangat senang hati, notice the sarcasm tone, akan membantumu dengan bukumu itu. Sini," Liz menawarkan tangannya. Aku memberikan bukuku.

"Terimakasih," aku kembali membetulkan kacamataku.

"Ohya, Candice. Ada hal yang harus aku beri tahu," Liz berbisik padaku sambil melihat suasana sekitar.

"Apa?"

"Rifaldy kemarin jalan dengan Olivia,"

~~~~
Sorry ga sepanjang biasanya krn im having ujian sekolah next week

Updates when : 5votes&5comments++++

One Direction? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang