Candice Styles' POV
From: Liz
Temui aku di taman tempat kita suka bermain dulu, jam 7 malam.Aku masih terbayang-bayang pesan dari Liz yang amat singkat, padat, jelas, dan menyeramkan. Maksudku, tidak ada simbol-simbol yang biasa ia gunakan, juga emoji. Dan ini membuatku amat nervous karena itu menandakan ia marah padaku.
"Jangan melamun, Sayang," Jack mengelus punggungku.
Aku tersenyum dan melanjutkan makan malamku yang tergolong sepi. Sepi karena aku tidak memiliki sahabat tempat aku dapat bercerita. Bukan berarti aku tidak bisa bercerita dengan Joe atau Jack. Hanya saja, terkadang hal dapat menjadi sedikit awkward jika berbicara dengan abang sendiri, kau tahu.
Akhir-akhir ini Harry sering menghubungiku. Mummy dan Gemma juga. Mereka sering menanyakan kabarku, apa yang sedang kulakukan, apa yang tadi kulakukan, apa yang akan kulakukan. Pertanyaan dasar saja. Aku bosan. Aku ingin ditanyakan tentang hal-hal bodoh, dan diceritakan tentang hal-hal yang bodoh juga. Aku rindu Liz.
Sebegitu senangnya hatiku mendapatkan pesan dari Liz, aku masih takut. Takut ia akan mendampratku habis-habisan di sana. Takut ia akan mengancamku. Takut ia akan mengataiku sesuatu yang tidak aku ingin dengar. Takut....
"Tenggelam dalam pikiranmu, huh?" Joe mengagetkanku.
Aku mengangguk perlahan. "Liz... ia ingin menemuiku,"
Wajahnya berubah menjadi senang. "Ohya? Kapan? Baguslah,"
Aku menggeleng. "Pesan yang ia kirimkan.... amat singkat. Aku... takut," bisikku.
Joe menarik tubuhku dan memelukku erat. Aku menangis di dalam pelukannya, mengeluarkan segala emosi yang telah ku tahan sedari tadi. Aku terisak, membiarkan ia mengetahui betapa amat merindukan Liz diriku, dan di sisi lain aku takut. Takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kau akan baik-baik saja. Kalian akan baik-baik saja," Joe berbisik sambil mengusap-usap rambutku.
*******
Aku sedang bersama Joe di parkiran taman yang cukup ramai ini. Aku takut, jujur. Jadi aku masih berpegangan tangan dengan Joe. Aku takut, memikirkan apakah hari ini akan menjadi hari hubunganku dengan Liz akan kembali membaik, atau malah hancur semua. Setelah kami bersama-sama sejak kecil, akankah masalah sepele seperti ini menghancurkan seluruhnya?
Aku duduk di ayunan, membiarkan Joe mendorong rantai penyangganya. Aku masih tenggelam dalam pikiranku, dan takut untuk menatap ke seluruh taman. Bagaimana kalau Liz sudah datang? Bagaimana kalau Faldy ikut datang? Banyak sekali yang berkeliaran di pikiranku, dan aku ingin dapat menarik semuanya.
"Candice!"
Jantungku seperti berhenti berdetak. Tanganku bergetar, lalu aku membalikkan badanku, melihat Liz sendirian berdiri di belakangku. Aku menunduk, takut akan tatapannya.
"Kau tahu ada banyak yang harus kita bicarakan," katanya. Aku masih tidak berani berjalan mendekatinya. "Tapi sebelum kita membicarakannya, aku ingin kau tahu bahwa aku amat... merindukanmu, Candy,"
Suaranya mulai bergetar. Aku tidak percaya itu yang akan dikeluarkan dari mulutnya.
"Aku rindu dirimu yang selalu ada untukku. Aku rindu kita yang selalu bergosip bersama, meskipun pada akhirnya hanya aku yang bicara. Aku rindu kita yang selalu bergandengan dan berpelukan, tidak mempedulikan apa itu kekasih. Aku rindu kita yang saling tidak mempedulikan apa kata orang, dan berani menjadi diri sendiri," ia menghapus air matanya.
"Aku juga merindukanmu," aku merasakan air mata mengalir keluar dari mataku. "Aku rindu dirimu dan Kent yang selalu menghiburku. Aku rindu dirimu yang akan berteriak non stop saat aku sakit, memaksaku untuk menambah porsi makanku. Aku rindu dirimu yang akan menelfonku tengah malam, membangunkanku dari tidurku, hanya untuk bertanya kapan Harry akan pulang. Aku amat merindukanmu, Liz,"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Direction? [COMPLETED]
FanfictionOne Direction? Apa itu? Ya, aku tahu itu adalah boyband jebolan X-Factor. Tapi, sehebat dan se-amazing itukah mereka sampai seluruh anak di sekolahku membicarakan mereka? ---------- "Sampai kapan kau akan terus merahasiakan hubungan kita sebagai kak...