[16] Zayn Quitted?!

3.1K 322 35
                                    

"Nooo fucking waaayy!!"
"Kenapaa?"
"ZAYN KELUAR OH MY GOD!!"
"Iya woi gue liat di twitter!"
"Jadi nanti mereka kesini Zayn gaikut?!"
"AH ELAH GARA GARA APAANSI,"
"Katanya dia mau jadi normal guy,"
"EMANG DIA DI ONE DIRECTION GA NORMAL GITU HA?!"
"GUE LANGSUNG NANGIS TADI PAGI TAU GA!!"

Seperti biasa aku dipagi hari sudah mendengar teriakan dari para directioners. Tapi yang membedakannya, banyak dari mereka yang menangis. Termasuk Liz.

"Liz? Kau kenapa?" Tanyaku yang langsung duduk di sebelahnya mengusap punggungnya.

"Zayn...." lirihnya dengan mata merah.

"Zayn?" Aku berpikir keras. "Personel 1D?" Tanyaku.

"Iyaaa," ia menangis lalu memelukku.

"Ia meninggal?!" tanyaku dengan nada sok panik.

"CANDICE IH UNTUNG AKU MENCINTAIMU KALAU TIDAK!" Dia melanjutkan tangisannya.

"Eh eh maaf aku kan tidak mengerti,"

"Ia keluar," jawab Manda, salah satu temanku yang lain.

"Keluar dari?"

"ONE DIRECTION!" Teriak semua directioners dikelasku.

Aku terkejut mendengar jawaban mereka lalu aku tersenyum malu. Liz memang tidak bisa diganggu saat dengan directioners lainnya. Aku membuka buku kimiaku saat ingatan itu kembali.

Flashback On.

"This shit follows you?" Joe mengagetkanku. Aku mengangguk pelan. Rifaldy juga kaget melihat Joe.

Aku sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Bukan maksudku..."

Kata-kata Rifaldy terpotong oleh kata-kata Joe. "Kita selesaikan diluar ya. Dengan cara lelaki jantan,"

Ya. Joe memang tidak akan memukul/menonjok Rifaldy seperti yang dulu dilakukan Harry. Well, dua-duanya ada keuntungan dan kerugiannya. Joe dan Harry adalah orang yang berbeda, yang sama-sama kucintai, dan mencintaiku juga dengan caranya masing-masing.

Rifaldy mengangguk pelan lalu jalan perlahan keluar. Aku menggandeng Joe, takut ada suatu hal yang terjadi. Bagaimana kalau mereka akan bertengkar didepan?

"So, Rifaldy. Apa yang kau lakukan pada adikku?" Tanya Joe sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya.

"Aku... aku minta maaf atas perlakuanku waktu itu. Aku menemani Olivia ke suatu optik. Aku memang bodoh aku memilih batu disaat aku sudah memiliki berlian. Aku minta maaf, Joe. Aku sangat minta maaf. Kau boleh menonjokku lagi. Aku pantas menerimanya," ia menunduk.

"Aku senang kau sudah mengakui kesalahanmu. Aku harap masalahmu sudah selesai dengan adikku. Aku tidak ingin kalian berhubungan lagi. Dan kalau kau berani menyentuh adikku, kita akan menyelesaikannya secara fisik. Oke?" Joe mendekatkan badannya ke arah Rifaldy.

Rifaldy menghela napasnya. "B,baik. Aku hanya ingin minta maaf pada Candice dan kau juga. Dan mengucapkan terima kasih atas segalanya. Ku harap ia bisa hidup bahagia,"

"Ya. Ia akan hidup bahagia tanpa dirimu yang bisanya menyakitinya. Oke. Ohya, memang kau diundang?"

Itu dalam. Sungguh.

"Ehm.. ti,tidak. Aku akan pulang sekarang,"

"Baik. Hati-hati di jalan!" Kata Joe sambil melambaikan tangannya. Rifaldy melangkah menuju mobilnya yang terparkir.

"Faldy!" Panggilku.

"What the.." heran Joe menarik tanganku. Aku melepasnya.

Rifaldy menengok. Aku menghampirinya lalu memeluknya untuk yang terakhir kalinya. Bukan maksudku salah satu dari kami akan pergi, tapi pelukan yang kumaksud adalah pelukan antar sepasang mantan kekasih.

"Terima kasih," lirih Rifaldy. Aku melambaikan tanganku lalu berlari ke Joe dan kami masuk lagi ke rumah Liz.

Flashback Off.

Entah kenapa guru-guru malas sekali ke kelas kami. Untung aku membawa handphoneku. Aku mencari berita tentang Gemma. Entah aku sangat merindukannya.

Harry was out with her family.

Aku melihat ke foto yang diambil oleh paparazzi. Ada Harry, Mommy, dan Gemma. Aku menyimpan foto itu dan aku mengusap air mata yang mengalir dipipiku. Mommy, Gemma, dan Harry jalan bersama. Kalau saja waktu itu aku ditentukan tinggal bersama mereka. Tapi aku tidak menyesali aku tinggal bersama Dad. Aku juga memiliki Joe dan Jack yang juga menyayangiku. Andai kami semua bisa hidup bersama. What a stupid dream.

Mrs. Collins masuk ke kelas, mengejutkan Liz dan kawan-kawannya yang sedang bersedih ria. Mrs. Collins adalah guru kesenian. Pelajaran yang cukup membuatku sakit kepala karena menurutku tidak ada darah seni dalam hidupku. Dad adalah pebisnis, Mom (Chloe) adalah pebisnis juga, dan Mommy dulu juga guru TK. Tapi guru TK kan butuh pemikiran seni.

Ah tau ah.

"Pagi, Anak-anak!" Sapa Mrs. Collins. "Seperti biasa, kali ini Mistress akan mengajarkanmu tentang seni lipat. Tapi, karena Zayn keluar, Mistress akan membiarkan hari ini bebas. Kita bisa belajar kamis depan,"

"YAAAYYYY!" Hampir seluruh murid di kelasku berteriak girang karena Mrs. Collins memberikan free class.

"Mistress directioners?!" Salah satu murid di kelasku bertanya.

"Ya iyalah! Apalagi Zayn ya Tuhan tampan sekali Mistress sampai lemas tiap mendengar ia menyanyi dengan nada tinggi! Ya ampuuun," Mrs. Collins kini sama saja dengan yang lain. Membuat Liz bersorak kegirangan.

Well, guruku directioners. Gurumu?

~~~~~~
Hell0 maaf ya kl sempet nyepam notif krn aku edit titlenya biar ada angka2nya gt h3h3 maaf ya. Sorry jg ini ceritanya pendek dan filler doang tp gatau knp mau naro Zayn keluar.

Vote, comments, and share?

One Direction? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang