"Gue kayaknya suka beneran sama cewek itu." Penuturan Gava membuat Zen yang tadinya fokus dengan layar TV memilih menatap temannya itu.
Mereka berdua sedang duduk di kamar Zen sambil bermain PS. Malam ini, Gava menginap di rumah temannya. Sudah biasa kalau Gava sedang ada masalah pasti larinya ke rumah Zen. Karena hanya Zen lah yang serius diajak curhat. Jika Gava curhat dengan Marko, Jerry, ataupun Ferdy yang ada mereka malah tertawa, teman tidak ada akhlak memang.
"Bagus lah kalo gitu," ucap Zen lalu kembali fokus dengan layar di depannya dan stik PS.
Gava menautkan alisnya. "Kenapa bagus?"
"Biar lo nggak mainin hati cewek!"
"Di awal gue emang nggak ada niatan mainin dia," ujar Gava.
"Tapi cara lo itu salah. Kalo lo penasaran sama dia ya cari tau, nggak harus jadi pacarnya juga, apalagi ini pemaksaan,'' jelas Zen.
"Menurut gue ini cara yang bagus, Zen." Algavaro memang tipe cowok yang kokoh dengan pendiriannya.
"Terserah lo, gue selalu dukung yang terbaik buat lo." Zen menepuk pundak Gava yang dibalas senyuman oleh cowok itu.
"Tentang sahabat masa kecil gue yang namanya Abel, gue pernah cerita itu ke lo, kan? Entah emang hanya kebetulan namanya sama atau emang dia Abel sahabat gue."
Zen mengangguk. "Kalo sekarang lo suka sama Abel cewek bar-bar itu, berarti lo udah bisa move on dari Abel sahabat kecil lo?"
"Nah itu, kalo gue liat cewek itu bawaannya keinget Abel sahabat kecil gue."
"Jalani aja dulu, bro. Kedepannya nggak ada yang tau bakal gimana. Senakal-nakalnya lo, jangan pernah mainin hati cewek!" tegas Zen yang dibalas senyuman singkat oleh Gava.
"Bokap gue mau nikah minggu depan," tutur Gava.
Zen menautkan alisnya. "Sama siapa? Terus lo setuju?"
"Arin. Gue setuju, asalkan kalo udah nikah nanti jangan tinggal satu atap sama gue."
"Di awal emang sulit nerima dia sebagai nyokap lo, tapi lama-lama pasti lo bakal nerima dia. Kepedihan nggak akan selamanya jadi milik lo." Zen tersenyum sambil menepuk bahu temannya itu. Cowok itu memang nomor satu kalau soal memberi wejangan atau memotivasi temannya. Jiwa bijaksana yang dimiliki Zen lah yang membuat Gava menjadikan dia sebagai wakilnya.
🏍️🏍️🏍️
"Ya ampun, Abel lo nggak papa, kan?" Lintang berteriak histeris sambil menatap Abel dari atas sampai bawah. "Sorry ya hp gue mati kemarin, baru buka sorenya."
Abel yang baru saja masuk kelas pun menautkan alisnya. Baru tahu suara temannya itu kalau lagi teriak cempreng banget. "Lin, baru tau suara lo ternyata cempreng, ya." Abel terkekeh pelan.
Suasana kelas sudah ramai. Bagaimana tidak, jam sudah menunjukkan pukul 06.58, yang artinya sebentar lagi bel masuk. Sebelum ke kelas, Abel ngacir dulu ke kantin karena dia belum sarapan.
Lintang mendorong bahu Abel. "Ish! Gue serius juga, lo gapapa, kan? Kenapa lo bisa kekunci?"
"Iya iya gue nggak papa, kok. Jangan bahas itu lagi gue males," jawab Abel lalu berjalan ke bangkunya.
"Ini kayak di drakor-drakor tau, Bel! Ceweknya butuh bantuan terus cowoknya dateng nyelamatin! Ibaratnya si cowoknya tuh superhero!" cerocos Lintang. Ketahuan sifat aslinya yang suka drakor.
"Lebay!"
"Eh, lo udah ngerjain PR matematika belum?" tanya Lintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGAVARO
Teen FictionJika ditanya siapa penyandang gelar badboy di Zigo High School, maka Algavaro jawabannya. Ketua geng Zefron yang ditakuti satu sekolah dengan bandana biru yang melingkar di dahinya. Semua orang mengenalnya sebagai murid laki-laki yang berperawakan t...