13. Bestie

224 18 0
                                    

"Dalang di balik postingan ini adalah Violla!" cetus Abel.

"Kak Violla?! Demi apa! Kok bisa ya?" Lintang kaget mendengar pernyataan Abel barusan.

Mereka berdua sedang berada di kamar Lintang. Seperti biasa setelah pulang sekolah Abel ngacir dulu ke rumah Lintang. Setidaknya di sini dia ada teman curhat.

"Yang kunci gue di toilet dia, otomatis yang posting foto itu juga dia. Gue nggak nuduh, cuma kalo dipikir secara logika gitu," ucap Abel seraya mengupas kuaci.

"Lo yakin?" Lintang masih tidak percaya. Pasalnya selama ini Violla terkenal manis dan sopan di kalangan anak dance.

Abel mengangkat bahunya. "Gue denger sendiri dari mulut mereka."

"Wah, ternyata! Cantik-cantik bermuka dua!" seru Lintang.

"Tapi lo jangan kasih tau siapa-siapa, Lin."

Lintang menyipitkan matanya. "Kenapa?"

"Ya, cukup kita berdua aja yang tahu. Gue pengin suatu saat tuh nenek lampir yang buka topengnya sendiri," jelas Abel.

"Oke kalo gitu. Tapi maaf ya kalo suatu saat mulut gue ini keceplosan," ucap Lintang, meringis.

"Ye dasar mulut ember! Tapi gue percaya sama mulut lo, sih." Abel terkekeh.

Sepertinya Abel merasa kalau Lintang satu-satunya orang yang akan setia berteman dengannya. Walaupun baru saling mengenal, mereka sudah akrab. Abel juga melihat jiwa solidaritas dari sahabat barunya itu. Abel merasa sefrekuensi aja kalo lagi ngobrol sama Lintang.

"Lin, minta skincare dong!"

Lintang dan Abel terperanjat kaget karena tiba-tiba ada suara dari arah pintu. Benar saja, abangnya Lintang menyembulkan kepala di celah-celah pintu.

"Ngagetin aja lo, Bang! Masuk kamar orang permisi dulu gitu! Main nyosor aja!" ketus Lintang.

"Ya maaf." Abangnya malah cengengesan, lalu masuk ke dalam tanpa permisi.

"Hai! Bang!" sapa Abel yang dibalas senyuman olehnya.

"Kemarin kan udah gue kasih, Bang. Skincare tuh dipake tiga hari sekali. Lah lo skincare-an tiap hari ya?" tanya Lintang menatap abangnya heran.

"Pantesan ganteng," celetuk Abel.

"Thanks!" timpal cowok itu.

Tidak bisa dipungkiri abangnya Lintang memang ganteng, idaman wanita. Selain ganteng, dia juga memancarkan aura cool. Leiden Angkasa Pratama, saudara satu-satunya Lintang.

"Abang gue emang ganteng, Bel. Tapi sayang dia tengil!" seru Lintang lalu menyodorkan skincare kepada Leiden. "Kalau di depan cewek-cewek, dia sok jual mahal," tambahnya.

Leiden menyonor kepala adiknya. "Nggak usah diperjelas kali!"

"Nah, kan, dia tuh aslinya nyebelin kalo di rumah," ucap Lintang.

Tanpa aba-aba Leiden memukul pantat Lintang lalu berlari dari sana tanpa rasa bersalah.

"Bang Lei!" teriak Lintang, kesal.

Abel hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik kakak di hadapannya. Lintang beruntung mempunyai abang yang bisa dijadikan teman rumah. Hubungan dengan keluarganya pun harmonis. Andai saja Abel berada di posisi Lintang. Dia tidak akan menyia-nyiakan keluarganya itu. Abel juga tidak akan merasa kesepian di tengah ramainya semesta ini.

"Bel, lo kok ngelamun, sih?" Lintang menjentikkan jarinya di depan muka Abel.

"Hah? Enggak kok," ucap Abel. "Lin, lo bestie gue selamanya, kan?"

ALGAVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang