17. Keluarga Algavaro

187 13 0
                                    

Baca part sebelumnya biar nggak lupa alur☺️.






Melihat halaman restoran outdoor yang ramai membuat Abel menelan salivanya susah payah. Pasalnya dia tidak kenal siapa-siapa kecuali cowok menyebalkan di sampingnya.

"Kresek bolong, gue mau pulang aja!" lirih Abel penuh penekanan.

"Ayo!" Algavaro malah mengajaknya masuk.

Abel membuang napasnya berat. "Serius!"

"Gue juga serius!" Cowok itu memasang wajah serius.

"Lo tinggal masuk aja apa susahnya," ucap Abel geram.

Beberapa tamu berlalu lalang di halaman restoran outdoor. Di halaman restoran tersebut juga terpajang beberapa karangan bunga dengan tulisan 'Happy Wedding Reza Areksa & Arin Pertiwi'. Dekorasinya terlihat sederhana namun terkesan indah.

Melihat Algavaro tidak menyahut membuat Abel mengepalkan tangannya geram. "Ayo!" ajaknya terpaksa, membuat Algavaro mengulas senyum sesaat.

Para tamu sudah mulai berdatangan. Banyak tamu yang datang, bagaimana tidak, ayahnya Algavaro adalah direktur utama perusahaan terbesar di Jakarta, perusahaan Areksa. Sudah pasti dia memiliki banyak relasi.

Abel mengernyit saat matanya menangkap beberapa sosok yang tidak asing. "Itu temen-temen lo di sini?" tanya Abel.

Algavaro yang sedang mengedarkan pandangannya melihat-lihat dekorasi pun menoleh ke Abel. Lalu mengarahkan pandangannya mengikuti arah pandang Abel. "Iya," jawabnya setelah melihat Zen, Ferdy, Marko, dan Jerry yang sedang menikmati makanan. "Gue nggak tau mereka bakal dateng."

Tanpa meminta izin, Algavaro menggenggam tangan kanan Abel lalu membawanya ke gerombolan meja teman-temannya. Jangan ditanya seberapa kesalnya Abel. Namun cewek itu tidak mau mencari keributan di tengah keramaian ini.

"Weh, bro! Akhirnya lo dateng juga," ucap Ferdy saat Algavaro dan Abel sampai di antara mereka.

"Mana datengnya sama ayang," goda Marko membuat Abel menatapnya tajam sedangkan Algavaro malah tampak biasa saja.

"Ciahh, ayang!" Jerry ikut-ikutan.

Sadar kalau tangannya masih digenggam Algavaro, Abel langsung melepasnya dengan paksa. Sekarang, teman-teman Algavaro pasti akan mengejeknya.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Algavaro.

"Diundang bokap lo, lah," sahut Jerry.

"Gue tau lo bakal dateng, jadi kita nggak perlu ngasih tau lo kalau kita juga bakal dateng ke sini," ujar Zen dengan wajah datarnya.

"Gue terpaksa," ucap Gava datar.

"Btw kalian berdua kenapa bisa pas gini ya bajunya?" Marko menaikturunkan alisnya.

Abel menatap jas yang dipakai Algavaro sebelum beralih ke gaunnya. Benar, mereka memakai baju dengan warna senada. Tapi, kenapa dari tadi Abel tidak menyadarinya. Tau gitu, kan, dia nggak bakal pakai gaun warna hitam.

"Lah iya, item-item kayak mau melayat aja," celetuk Ferdy.

"Gav, bokap lo nungguin lo dari tadi." Zen menepuk bahu Algavaro lalu mengarahkan pandangannya ke sosok laki-laki yang tengah berbincang dengan para tamu.

Saat melihat ada sosok wanita di samping papahnya, Gava jadi tersenyum kecut.

Melihat cowok di sampingnya diam saja membuat Abel berdeham pelan. "Itu bokap lo? Samperin gih," ucap Abel disetujui teman-temannya.

ALGAVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang