35. Genggaman

162 10 0
                                    

"Tai banget emang si bos. Tau-tau bawa ceweknya ke sini. Mana udah resmi lagi, bikin iri aja," ujar Marko kepada Algavaro.

Lima inti Zefron sedang berkumpul di markas. Ada Maron dan Haikal juga. Mereka sedang asik meledek ketuanya. Dan Abel merasa aneh sekali karena dirinya satu-satunya cewe yang berada di tongkrongan itu.

Bayangkan saja, seorang Rabelline yang notabene-nya adalah cewe introvert, harus beradaptasi dengan anggota geng Zefron yang kebanyakan anaknya bobrok.

"Kalian nongkrong sampe jam berapa biasanya?" tanya Abel penasaran.

"Ngga sampe malem, paling jam sepuluh pulang," jawab Jerry yang tengah men-scroll tweet.

Abel membulatkan mata. "Malem banget, gila!"

"Yang bener aja malem. Itu udah paling gasik tau," komen Ferdy.

"Kadang malah nginep," timpal Maron.

"Bel, mudah mudahan lo bisa beradaptasi sama kita," ujar Zen.

"Nah iya! Maap kita emang bobrok semua." Marko malah cengengesan.

"Elu aja kali, Bang," tanggap Maron.

Suasana hangat di markas Zefron membuat Abel menarik sudut bibirnya sekilas. Suasana kekeluargaan di tempat ini benar-benar membuat Abel awalnya sedikit terkejut. Yang ia kira geng Zefron tidak asik, anggotanya yang nakal-nakal, kejam, ternyata salah.

Perlakuan hangat Bi Cici dan Mang Edi layaknya orang tua membuat Abel sedikit terenyuh. Mereka bekerja di markas ini dan sudah menganggap anak Zefron sebagai anak sendiri. Mengingat kedua orang tuanya yang kurang peduli dengan anak sendiri, membuat Abel miris.

Abel tidak pernah bersosialisasi dengan sebuah per-circle-an. Di sekolah sebelumnya ia kerap menjadi anak introvert di kelas, selalu menyendiri sambil membaca buku pelajaran. Sangat ambis memang, tapi tidak untuk kali ini. Abel ingin merasakan hidup bebas. Percuma pintar kalau hasil paksaan dari orang tua yang sama sekali tidak peduli dengannya.

"Kalian ngga lupa kan kalau beberapa hari lagi bazar Zefron. Kita harus udah prepare dari sekarang," ucap Algavaro di tengah perbincangan.

"Oh iya, anjir! Gue belum nemuin supplier boxer!" seru Marko seraya memegangi jidatnya.

"Nah loh, buru cari sana," timpal Ferdy.

"Kasian Bang Candra yang jadi partner stand lo, Bang." Maron menatap Candra melas.

"Atau ngga lo jahit sendiri aja, biar produknya ori buah karya abang Marko," ucap Jerry membuat yang lain tertawa.

Maron menepuk bahu kakaknya. "Iya, Bang, siapa tau usaha boxer lo berkembang. Kan gue sebagai adek lo merasa bangga."

"Ya kali anjeng! Masukin benang ke jarum aja ga masuk-masuk!" Marko kesal.

"Tangan lo emang ditakdirkan cuma buat ngupil, Bang," ujar Haikal.

"Ah enak banget ngupil, itu suatu kebutuhan," ucap Marko.

"Yang lain aman?" tanya Algavaro.

"Aman, Bos," jawab beberapa dari mereka dengan serentak.

Abel yang bingung dengan pembahasan mereka pun hanya bisa menyimak. "Bazar Zefron ada apa aja?"

"Banyak! Ada stand, gelar musik sama dance kalau ada yang mau ngisi," jawab Ferdy menggebu-gebu.

"Ratunya Zefron harus dateng, sih," kata Jerry.

"Jadi panitia juga, bantuin kita jualan hahaaaa," ujar Ferdy.

"Hmmm, emang boleh?" Abel malah menoleh ke Algavaro.

"Boleh, kamu kan pacar aku."

Ucapan Algavaro membuat pipi Abel merah. Iya cewe itu salting dengan sebutan pacar.

ALGAVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang