14. Kesepian

214 18 0
                                    

"Ini orang setiap dateng pasti mesem-mesem. Kesambet apa lo?" Ferdy heran ketika Algavaro datang sambil senyum-senyum. Begitupun dengan yang lainnya.

"Kesambet jin iprit," timpal Marko asal ceplos.

Gava menyonor kepala Marko saat dirinya sudah memposisikan duduk di sebelah cowok itu. "Heran banget liat gue senyum."

Saat ini mereka sedang nongkrong di markas. Malam-malam gini enak buat ngopi. Jadi mereka memutuskan untuk datang ke markas. Daripada menghabiskan uang untuk ngopi di kedai kopi, mending ngopi di markas, gratis.

Algavaro memutuskan untuk nongkrong di markas setelah tadi puas mengganggu Abel. Kebetulan teman-temannya juga di sini. Memang mereka semua gabut banget, padahal tugas sekolah masih banyak. Niatnya sih Gava mau masuk ke dalam rumah Abel dan beraksi menjadi detektif. Tapi cewek itu sudah mendampratnya duluan. Jadi apa boleh buat,  mungkin besok lagi.

Siapapun anggota Zefron yang datang ke markas dan memesan minuman atau makanan, mereka tidak bayar alias gratis. Bisa dibilang mereka sudah membayarnya dengan uang kas. Dengan membayar uang kas setiap bulannya, mereka puas untuk memesan apa saja semua menu yang ada di markas.

"Aneh aja ga sih? Seorang Algavaro yang jarang berekspresi, sekarang lebih sering mesem-mesem," ujar Jerry.

"Gimana hubungan lo sama Abel?" tanya Zen to the poin. Cowok ini memang tidak suka basa-basi. Walaupun Zen sudah tahu kalau temannya itu sedang berada di fase cinta sepihak. Tapi dia ingin mengetes apa jawaban Gava.

"Ya gitu," jawab Gava singkat.

"Bagi-bagi lah sama kita, curhat aja gapapa. Siapa tau lo udah berubah jadi bucin," celetuk Jerry berniat menggoda.

"Masih kayak biasa. Gue masih penasaran sama tuh cewek," jawab Gava enteng. "Mang, coffe late satu," ucap Gava kepada Mang Edi yang kebetulan sedang meracik kopi juga.

"Oke, siap!" Mang Edi mengacungkan jempolnya.

"Lah dari kemarin jawabannya itu terus. Pasti setidaknya sudah tumbuh benih-benih cinta, kan?" goda Ferdy menaikturunkan alisnya.

"Apaan sih!" hardik Gava.

"Apa jangan-jangan lo masih belum bisa move on sama sahabat kecil lo itu?" tanya Marko penuh selidik.

"Lagian lo aneh banget, udah tau nggak bakal ketemu lagi, eh masih ngarepin!" timpal Jerry.

"Nggak segampang itu ngelupain cinta pertama," ucap Gava.

"Lo main cinta-cintaan pas kecil? Cinta monyet ga sih?" ledek Ferdy membuat yang lainnya tertawa ngakak. Jangan lupakan wajah datar ketuanya yang sudah memperlihatkan sorot tajamnya.

"Keluar dari zona nyaman lah, Bang," sahut Maron.

"Nggak salah, kan, ngarepin yang nggak ada di depan mata?" Gava menatap temannya satu persatu.

"Ya enggak, sih. Tapi cewek di dunia ini kan banyak," ujar Marko membuat yang lain mengangguk setuju.

"Termasuk murid baru kelas sebelas IPA 5 ga sih?" ledek Ferdy lagi.

"Yoi," jawab teman-temannya. Mereka senang sekali meledek leadernya.

"Siapa nama sahabat kecil lo itu, Bang? Dan ciri-cirinya juga. Siapa tau kita bisa bantu cari dia," celetuk Haikal yang sedari tadi diam.

ALGAVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang