Gava langsung mendobrak pintu toilet. Sepi, tidak ada siapapun di sana karena murid-murid sudah pulang. Beberapa kali dia menghantamkan tubuhnya ke pintu sebelum akhirnya dia berhasil membukanya.
Suara rintihan seorang cewek membuat Gava mendekatinya. Cewek itu duduk di lantai dengan lutut yang ditekuk dan wajahnya yang bersembunyi di balik tangan.
"Abel," panggil Gava.
Cewek itu mendongak kala mendengar panggilan lembut itu. "Al?" Abel langsung berdiri dan memeluk cowok di hadapannya.
Algavaro terkesima saat mendapat pelukan tersebut. Dia bisa merasakan tubuh cewek itu gemetar. Abel benar-benar ketakutan. Gava membiarkan cewek itu memeluknya, mungkin dengan begitu akan mengurangi rasa ketakutan Abel.
Setelah beberapa detik hening, Algavaro berdeham. "Lo nggak papa?"
Sadar dirinya sedang memeluk cowok itu, Abel langsung melepaskan pelukannya. Dia menelan salivanya susah payah. "Sorry, gue—"
"Oke, no problem. Gue ngerti ketakutan lo," ucap Gava menatap Abel. "Ayo pulang!"
"Gue bi—bisa pulang sendiri," jawab Abel tanpa memandang Algavaro, karena sejujurnya Abel merasa malu, bisa-bisanya dia meluk cowok yang paling menyebalkan baginya. Abel merutuki kesalahannya.
"Nggak ada penolakan! Kaki lo masih tremor juga!" tegasnya lalu melangkahkan kaki keluar.
"Heh! Gue nggak tremor, ya!" seru Abel. Cewek itu bergidik ngeri saat mengedarkan pandangannya di sekitar yang gelap dan tidak ada siapapun, tidak mau berlama-lama lagi di sini akhirnya dia segera mengikuti langkah Algavaro.
Parkiran sudah terlihat sepi. Hanya ada beberapa motor saja yang masih nangkring di sana. Gava menyodorkan helm berwarna pink kepada Abel. Cewek itu menerimanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Untuk kali ini, Abel lebih banyak diam. Dia ingin segera sampai rumah lalu merebahkan tubuhnya di kasur.
Setelah Gava menyalakan motornya, Abel langsung menaiki boncengan belakang. Motor besar berwarna kuning itu melaju meninggalkan parkiran Zigo High School.
🏍️🏍️🏍️
"Gue nggak ditawarin masuk nih?" tanya Gava ketika mereka sampai di halaman rumah Abel. Rumah dengan arsitektur minimalis namun terlihat mewah yang ukurannya tidak terlalu besar.
"Nggak! Pulang aja sana!" perintah Abel menatap tajam cowok di hadapannya.
Ingat kembali ke tujuan awal. Algavaro ingin mencari tahu tentang Abel dengan masuk ke dalam rumahnya. Satu hal, cowok itu sudah tahu kalau Abel yang di hadapannya takut kegelapan, sama seperti Abel sahabat masa kecilnya dulu.
"Nyokap sama bokap lo di rumah?" Bukannya pergi, Gava masih setia duduk di motornya dengan kedua tangan yang ia lipat di depan perut.
"Nggak! Mereka lagi kerja!"
"Oh, lo di rumah sendiri?"
"Kepo banget sih, gue di rumah sama Bi Asri. Udah, kan? Sana pergi!"
Tanpa aba-aba Gava berjalan menuju teras rumah Abel. Lalu menekan bel yang letaknya dekat dengan pintu utama rumah Abel.
"Heh! Ngapain lo?!" Cewek itu menyusul Gava.
Tidak butuh waktu lama pintu rumah Abel terbuka dan menampakkan sosok wanita paruh baya dengan kemoceng di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGAVARO
Teen FictionJika ditanya siapa penyandang gelar badboy di Zigo High School, maka Algavaro jawabannya. Ketua geng Zefron yang ditakuti satu sekolah dengan bandana biru yang melingkar di dahinya. Semua orang mengenalnya sebagai murid laki-laki yang berperawakan t...