5. Handphone Abel

348 19 0
                                    

"Thanks!" Abel menyerahkan helm yang tadi mereka beli di toko helm pinggir jalan.

Singkat saja. Kedua manusia itu tidak banyak bicara di sepanjang jalan.

"Nggak usah. Simpan lo aja! Biar besok gue nggak repot-repot bawa helm dua," tutur Gava yang masih duduk di atas motornya.

Abel menautkan alisnya. "Besok-besok nggak usah nawarin pulang bareng! Gue bisa pulang sendiri!"

Gava terus menatap Abel datar hingga membuat cewek itu risih. "Apa liatin? Jangan-jangan, lo naksir gue, ya?!" tebak Abel.

Cowok itu terkekeh pelan. "Pede! Gue nggak ditawarin masuk?"

"Nggak! Gue nggak kenal lo, rumah gue nggak ada orang, ntar macem-macem! Sana pergi!" sarkas Abel lalu melangkahkan kaki hendak membuka gerbang.

"Besok gue jemput!"

Abel membalikan badannya. "Nggak usah! Gue nggak kenal lo!"

"Gue pacar lo!"

"Cuma dare! Nggak usah dijalani!" Abel sedikit emosi.

"Gue bukan pengecut yang lari dari tantangan!" tegas Gava lalu ia langsung menyalakan motornya dan melaju meninggalkan Abel yang masih berdiri mematung.

"Gila tuh cowok! Nyebelin banget, sih!"

🏍️🏍️🏍️

Sebenarnya, Gava ingin masuk ke rumah Abel tadi. Dia ingin mencari tahu siapa itu Abel. Bagaimana asal-usulnya, dan ada banyak hal yang harus Gava selidiki. Karena itulah tujuan Gava. Tapi apa boleh buat, cewek itu tidak mempersilakannya masuk. Yang terpenting sekarang, cewek itu sudah menjadi pacarnya.

Gava sadar ini adalah pemaksaan. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus melakukannya demi mengobati rasa penasarannya terhadap Abel.

"Den Gava, Bibi buatin minuman apa?" tanya Bi Ina kepada Gava yang baru saja duduk di sofa ruang tamu.

Biasanya setelah pulang sekolah Gava langsung naik ke kamarnya. Tapi kali ini rasa capeknya membuat cowok itu malas berjalan lagi.

"Jus jeruk aja, Bi. Makasih Bi," balas Gava tersenyum.

"Oke, tunggu ya." Bi Ina langsung berjalan ke arah dapur.

Bi Ina sudah dianggap ibu oleh Gava. Apalagi setelah kepergian mamahnya, Bi Ina selalu menemaninya dan mengurus keperluan Gava layaknya seorang ibu. Bertahun-tahun Bi Ina bekerja di keluarga Gava membuat dirinya menganggap Gava layaknya anak sendiri.

Baru saja Gava memejamkan matanya, suara notifikasi dari hpnya membuat cowok itu meraih hpnya di saku celana. Gava menghela napas saat membuka room chat.

Gava udah punya gandengan

Ferdy : Pulang sekolah langsung ngajak balik bareng:)

Marko : Hahaha, otw bucin ga sichh!

Zen : Ngakak!

Ferdy : Nggak percaya lo lagi ngakak sekarang @zen

Jerry : He gue kok ngakak bayangin bos Gava pacaran apalagi romantis-romantisan, wkwkwk.

Zen : Gue lagi boker @ferdy

Algavaro : Gaya pacaran gue nggak kayak gitu, jing! @jerry

ALGAVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang