6. Trauma Masa Kecil Abel

334 19 0
                                    

Jam istirahat pertama berbunyi nyaring di seluruh penjuru Zigo High School. Beberapa murid langsung berbondong-bondong menuju ke kantin maupun tempat yang lain. Begitupun dengan Algavaro, bersama sahabat-sahabatnya mereka berjalan bergerombolan menuju kantin.

Bandana biru yang setia melingkar di dahi Gava selalu membuat pesona cowok itu tidak berkurang. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Mata tajamnya menatap lurus ke depan. Dia tidak menghiraukan siswi-siswi yang menatapnya penuh kekaguman. Cowok itu membuat orang takut namun juga membuat orang tertarik.

Saat sampai di kantin mereka langsung menuju meja khusus Zefron yang terletak di pojok. Siapapun tidak ada yang berani menempati meja itu kalau tidak mau cari mati.

Di sisi lain, Abel yang ingin membeli jajan di kantin pun mengurungkan niatnya setelah melihat gerombolan cowok yang selalu membuat matanya sepat. Seketika Abel ingin patahin kaki mereka ketika melihat mereka terlebih lagi kepada ketuanya.

"Lin, gue nitip, ya. Beliin nasi goreng aja soalnya gue belum sarapan." Abel memberikan selembar uang kepada Lintang.

"Eh, nasi goreng? Ayo lah lo ikut," pinta Lintang kepada Abel setelah melihat stand nasgor ternyata berada di dekat meja anak Zefron.

"Males ketemu mereka."

"Yah, Abel. Lo kan tau nyali gue mendadak ciut kalo ngelewatin anak Zefron," ucap Lintang dengan nada memelas.

"Duh, Abel laper banget nih. Mungkin bentar lagi pingsan, Abel ke kelas dulu, ya." Cewek itu berlari pelan meninggalkan Lintang dengan memegangi perutnya.

"Drama queen banget, sih!" gerutu Lintang. Kasian Lintang, dapat teman baru macam Abel. Dengan terpaksa, cewek itu melangkahkan kaki menuju stand yang menjual nasi goreng.

"Eh, dia kan yang sering bareng Abel. Biasanya kemana-mana selalu sama Abel, tumben dia sendiri," celetuk Jerry saat melihat Lintang berjalan melewati meja Zefron.

"Tunggu!" panggil Gava datar.

Merasa ada yang memanggilnya, Lintang pun membalikan badannya. "Saya, Kak?" tanya Lintang menunjuk dirinya. Tidak tahu saja cewek itu sedang susah payah menelan salivanya.

"Saya?" Zen terkekeh pelan saat mendengar penuturan Lintang.

"Nggak usah kaku gitu." Jerry ikut tertawa.

"Eh, iya. Maaf, Kak." Lintang menggaruk ceruk lehernya yang tidak gatal. Lintang benar-benar canggung, ditambah lagi ada Zen yang ikut menertawakan. Awas aja lo, Bel, batin Lintang.

Bagi kaum adam, mungkin Lintang adalah tipe cewek yang menggemaskan dengan tingkahnya yang absurd. Kalau yang belum kenal cewek itu, mungkin dikira kalem, padahal aslinya Lintang tuh cerewet.

"Temen lo mana?" tanya Gava.

"Abel, Kak?" tanya Lintang canggung.

"Iya lah, siapa lagi," ucap Gava.

"Anu, dia di kelas mau pingsan kayaknya, eh maksudnya dia belum sarapan jadi aku disuruh beli nasi goreng." Sungguh lidah Lintang terasa kelu untuk menjelaskan. Seketika dia ingin menghilang dari tempat itu sekarang juga.

"Lo babunya dia?" tanya Marko.

"Sebagai teman sejati lah, bro," timpal Ferdy membenarkan.

"Bentar," ucap Gava beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menuju salah satu stand yang berada di belakangnya.

Gava mengeluarkan selembar uang kertas berwarna hijau untuk diberikan kepada penjual. Lalu kembali menuju teman-temannya dengan sebungkus plastik di tangannya.

ALGAVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang