30. Ruang BK

108 9 4
                                    

Thanks yang udah nungguin cerita ini updet:). Lope banyak-banyak❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Langsung aja dibaca hehee










"Lo sendiri yang minta gue buat jauhin lo, kalo lo inget," ucap Algavaro.

Abel diam sejenak. Ingatannya memutar kembali kejadian beberapa hari yang lalu di rooftop. Ketika dia sedang emosi dan mengatakan Algavaro pembawa sial dan semacamnya.

"Oh iya," tangkas Abel. "Terus, kenapa sekarang lo masih deket-deket gue?!" Tangan Abel bersedekap dada.

Tanpa mengatakan apapun, Algavaro beranjak dari kursi. Salah satu tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Hendak melangkah pergi, namun Abel sudah duluan meraih tangan Algavaro, membuat cowo itu diam di tempat.

Beberapa detik hening, sebelum akhirnya Abel tersadar kalau tangannya masih menahan tangan Algavaro. Buru-buru cewe itu melepas tangan Algavaro.

"Lo tau gak, kalo lo menghindar, ntar gue nggak ada temen bolos, nggak ada yang harus gue ajak debat, nggak ada yang nga—" Ucapan Abel terhenti ketika kedua netra mereka saling bertemu, cowo yang masih berdiri di hadapannya itu malah menatap dirinya intens. Ditatap seperti itu membuat Abel salah tingkah.

Tidak jadi pergi, Algavaro kembali duduk di samping Abel. Lalu memakan sandwich dengan tenang. Pandangannya menatap lurus ke depan, membuat Abel menelan salivanya kala memandang rahang kokoh milih cowo itu dari samping.

"Kenapa liatin gue?" tanya Algavaro tanpa menoleh ke arah Abel.

Tersadar, Abel segera mengarahkan pandangannya ke arah lain. "Hah? Nga–ngapain gue liatin lo." Kenapa malah dia jadi ketar-ketir.

"Gue ke kelas dulu," cetus Abel seraya beranjak dari kursi.

Tanpa ingin mendengar respons dari Algavaro, Abel langsung berlari kecil meninggalkan taman sekolah. Sesekali dia menoleh ke arah Algavaro yang masih diam di tempat. Namun, cewe itu malah tidak sengaja menabrak Bu Catur yang kebetulan sedang  membawa tumpukan buku di tangannya.

"Ya ampun! Abel! Kalau jalan lihat ke depan!" seru Bu Catur membuat beberapa siswa yang sedang berlalu lalang menoleh ke sumber suara, termasuk Algavaro.

Bukannya merespons Bu Catur, Abel malah kembali menoleh ke belakang, dan benar saja, Algavaro sedang menahan tawa dan menatap dirinya.

"Sial!" lirih Abel yang masih bisa didengar oleh Bu Catur.

"Apanya yang sial? Hah?!"

Lagi-lagi Abel menghela napas untuk sekian kalinya. Volume suara guru BK itu memang tidak bisa diperkecil. Sekarang mereka berdua menjadi pusat perhatian siswa yang kebetulan sedang lewat.

"Dia, kan, pacar Kak Algavaro yang tengil itu," bisik salah satu siswi kepada temannya.

"Bisa-bisanya Kak Algavaro mau sama dia."

"Eh, tapi belakang ini mereka jarang bareng. Biasanya kan mereka berangkat pulang bareng," ujar yang lainnya.

Ternyata, berita Algavaro dan Abel yang berpacaran itu masih berlaku.

Abel mengambil beberapa buku yang berserakan di tanah. Setelah itu memberikannya kepada Bu Catur yang sudah menatapnya tajam.

"Sekarang, ikut ibu ke ruang BK!" tegas Bu Catur yang membuat Abel membelalakkan matanya. Setelah mengatakan hal itu, guru itu melangkahkan kaki meninggalkan Abel.

Abel mengernyit ketika melihat Bu Catur malah berjalan menghampiri Algavaro. Sudah pasti ada yang tidak beres.

"Algavaro!" panggil Bu Catur ketika sampai di depan Algavaro. "Ikut Ibu ke ruang BK!" perintahnya.

ALGAVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang