24. Buket Lavender

139 10 0
                                    

Setelah selesai makan, Abel berjalan menuju taman belakang. Dia hendak menemui anak-anaknya, siapa lagi kalau bukan Timy dan Timo. Hari-harinya sangat membosankan. Tidak ada hal yang membuatnya senang selain bermain dengan Timy Timo.

"Non Abel," panggil Bi Asri menghentikan langkah Abel.

Abel menoleh. "Kenapa, Bi?" tanya Abel kepada Bi Asri yang sedang berjalan ke arahnya.

"Ada titipan bunga." Bi Asri menyodorkan buket lavender.

"Wah! Bagus banget, Bi!" Abel langsung meraihnya lalu menghirup bunga itu dengan antusias. "Abel suka," tambahnya.

"Dari Algavaro," ucap Bi Asri.

Senyuman Abel memudar kala mendengar nama itu. Biasanya setiap pulang sekolah dia menemui Abel terlebih dahulu lalu mengantarnya pulang. Tapi sejak kejadian di rooftop Abel tidak melihat Algavaro lagi sampai pulang sekolah.

Abel tidak tahu setelah ini dia harus bersikap apa jika bertemu dengan Algavaro di sekolah nantinya. Setelah pernyataan Abel tadi, mungkinkah Algavaro tidak mau menemui dirinya. Jika biasanya setelah pulang sekolah dia masuk seenaknya ke dalam rumah Abel, kali ini cowok itu malah menitipkan buket lavender ke Bi Asri.

"Non Abel pasti lagi berantem sama Algavaro, ya?" tanya Bi Asri menginterogasi.

"E—enggak, Bi Asri sok tau!. Abel nggak suka bunga ini," ucap Abel lalu melangkahkan kaki menuju tangga hendak naik ke atas.

"Nggak suka kok dibawa," lirih Bi Asri lalu terkekeh pelan.

"Oh iya, Bi. Tolong keluarin Timy Timo dari kandangnya. Biarin dia masuk ke dalem," pinta Abel yang dibalas anggukan oleh Bi Asri.

🏍️🏍️🏍️


Abel menatap buket lavender di tangannya. Hendak membuangnya ke tempat sampah tapi tidak jadi karena sebuah kertas kecil berwarna ungu terjatuh di lantai. Abel mengambil kertas tersebut.

To : Bundanya Timy Timo
From : Algavaro

"Apaan, sih, bundanya Timy Timo," gerutu Abel. Cewek itu tidak marah kalau dipanggil bundanya Timy Timo. Tapi cuman malu aja. Terlihat Abel sedang memanyunkan bibirnya.

Sorry ....
Semoga lo suka lavender ini. Kalau mau lebih banyak ambil aja di rumah gue, gratis!

Setelah selesai membaca surat tersebut Abel terkekeh pelan. "Gue bisa beli sendiri kali." Abel berjalan menuju sofa di sudut kamar lalu duduk. Dia menatap secarik kertas yang masih dipegang. "Udah? Gini doang?"

Beberapa detik diam, Abel tersadar. "Eh, terus lo berharap isi surat ini gimana, Bel? Kresek bolong bakal minta maaf panjang lebar gitu?" ucapnya bermonolog.

Mungkinkah Algavaro benar-benar akan menjauh seperti apa yang diinginkan Abel? Tapi Abel merasa cowok menyebalkan itu tidak akan menuruti perkataannya, dia akan terus mengganggu Abel, secara dia cowo batu.

Liat aja besok, lo pasti bakal terus ganggu gue! Awas aja! pikir Abel.

Meow! Meow!

Timy berlari dengan kencang dan langsung lompat ke dalam pangkuan Abel membuat cewek itu tersenyum senang. Kucing kesayangannya itu memang mood booster-nya.

"Pasti lagi berantem sama Timo, ya?" tebak Abel. "Ya udah di sini aja sama Bunda."

Abel mengelus bulu lembut Timy. Sudah pasti kucing itu kesenangan hingga membuatnya tiduran dengan nyaman di pangkuan Abel.

"My, cowok emang nyebelin, ya? Kamu masih inget sama cowok yang waktu itu dateng ke sini? Dia yang ngaku-ngaku pacar Bunda," ucap Abel kepada Timy, kucing itu hanya mendengkur. "Kamu pasti nggak mau punya bapak kayak dia, kan? Jadi kapan-kapan kalo dia ke sini, cakar aja mukanya," lanjutnya.

ALGAVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang