Penerima Rindu

2.8K 141 10
                                    

Anaya sengaja berhenti dan menunggu Fakhri di sebuah kafe pinggir jalan yang lebih mengambil konsep outdoor. Anaya juga sengaja memesan minuman yang segera datang sambil menunggu kedatangan Fakhri. Sekitar 30 menit pundak Anaya ditepuk oleh seseorang sambil sebuah suara yang dikenalnya terdengar di sampingnya.

"Eh, Mas.." kata Anaya sedikit terkejut.

Reflek Anaya memandang Fakhri dari atas ke bawah dan sedikit heran. Fakhri memakai setelan yang cukup rapi dengan kemeja warna putih dan celana abu-abu , hanya minus jas saja.

"Mas baru selesai meeting?" tanya Anaya heran.

"Hmm.. bisa dibilang begitu.. Udah habis kan minumannya? Ayo.. kamu ke parkiran dulu gih.." ajak Fakhri lembut yang hendak menuju kasir, mungkin hendak membayar minuman Anaya.

"Mas, udah bayar kok.. langsung aja ke parkiran.." kata Anaya yang memandang Fakhri masih dengan tatapan herannya. Anaya merasa penampilan Fakhri cukup berbeda, apalagi dengan rambutnya yang membuat Fakhri lebih fresh. Entah bagaimana bisa, tapi wajah Anaya yang bersemu merah sudah mulai tampak.

Anaya yang hendak duduk di bagian belakang dicegah oleh Fakhri. Fakhri meminta Anaya untuk duduk di depan saja, berada di sebelah Fakhri. Fakhri yang sambil menyetir entah bagaimana tampak begitu bersinar di mata Anaya. Anaya tidak habis pikir apa yang sedang terjadi pada dirinya. Senyum Fakhri begitu menyita perhatian Anaya, atau mungkin karena rasa penasaran Anaya pada Fakhri yang mempengaruhinya? Entahlah. Lagi-lagi kata-kata itu.

"Kenapa Nay?" tanya Fakhri pada Anaya.

"Kamu yakin habis meeting?" tanya Anaya pada Fakhri.

Fakhri mengeryit heran.

"Maksud kamu? Iya begitulah... memang kenapa? Ada yang aneh? Atau bagaimana?" tanya Fakhri pada Anaya.

Ah obrolan macam apa yang selalu saling melempar pertanyaan seperti itu?

"Ya karena biasanya orang kalau habis meeting atau sejenisnya yang urusan dengan pekerjaan pasti banyak cemberutnya kan... atau ya, minimal tampak lebih lesu begitu.. kamunya sama sekali tidak tampak seperti itu.." jelas Anaya.

"Kalau aku bilang, semua yang sekarang aku lakuin ini untuk kamu, bagaimana?" tanya Fakhri.

Anaya tersenyum heran pada Fakhri, sementara Fakhri mengambil kesimpulan bahwa Anaya sedang tersipu.

Perasaan aneh timbul dari benak Anaya. Anaya seperti sedang diajak bernostalgia pada rasa yang dulu pernah tumbuh. Degub jantung Anaya seperti degub jantung yang pernah ia kenali yang beberapa waktu ini telah hilang. Rasa itu kembali.

Senyuman Anaya mengembang begitu saja menatap Fakhri. Fakhri yang melihat itu tidak bersuara, hanya tatapan bahagia dan ulasan senyum yang ditunjukkan oleh Fakhri. Keadaan apa ini?

=================

Anaya sudah berada di dalam mobil bersama Fakhri yang menyetir dengan sunyi.

"Kita mau kemana?" tanya Anaya memecah kesunyian.

Fakhri tersenyum. "Rahasia.." katanya.

"Okey.." jawab Anaya sambil sedikit menunjukkan senyum dan rasa penasarannya.

Pukul 4 sore mobil yang dikendarai oleh Anaya dan Fakhri sampai ke sebuah restoran klasik. Sepertinya bangunan restoran tersebut sebelumnya merupakan bangunan peninggalan kolonial. Pintu besar kokoh yang terbuka lebar menyapa mata Anaya.

Anaya sedikit terkejut saat genggaman Fakhri tiba-tiba meraih tangannya. Anaya tidak menolak. Senyuman Fakhri yang tidak pernah hilang sejak awal kebersamaan mereka sore ini begitu mempermainkan perasaan Anaya. Anaya seakan dibawa rindu pada masa-masa kebersamaannya dengan Fakhri.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang