++++++++++++++++Terlambat.
Ya, sesosok laki-laki yang ikut menjadi objek pembicaraan dua wanita berjilbab itu telah mendengar pembicaraan mereka. Ziyah cukup terkejut melihat Fakhri telah berdiri tegap di dekat pintu, sedangkan Anaya berusaha tak ambil pusing akan kesedihan yang mungkin menghinggapi perasaan Fakhri ketika mendengar perkataannya mengenai perceraian.
Anaya melangkah begitu saja melewati Fakhri.
Fakhri menarik nafasnya panjang, diikuti langkahnya yang mulai meninggalkan dapur, menghindari tatapan Ziyah. "Mas" pelukan tiba-tiba dari Ziyah.
Tangan Fakhri mulai melepas kedua tangan Ziyah yang saling bertautan melingkarinya.
"Ya?" Tatap Fakhri.
"Maaf mas dengar pembicaraan kami tadi tentang mas" terang Ziyah.
"Ziyah, aku pernah bilang ke kamu kan? Beri Anaya ruang untuk perlahan menerimamu dengan Ara! Kamu selalu melakukan banyak hal yang menurutmu benar, tapi akibatnya? Lihat, bagaimana Anaya bersikap? Kamu mau aku dituntut cerai olehnya?" Tuntut Fakhri.
"Bukannya begitu mas, mbak Anaya saja yang tiba-tiba menyimpulkan demikian,, aku sama sekali tidak menyinggung masalah perceraian" sergah Ziyah, tak terima atas perkataan suaminya.
"Kamu hanya perlu diam dan lebih sabar menghadapi Anaya" tutur Fakhri pelan.
Ziyah meneteskan air mata begitu saja ketika semakin menyadari bahwa seperti tak ada celah bagi ia untuk memiliki Fakhri.
"Jangan menangis, aku pergi ke rumah Arya" pamit Fakhri sambil menghapus air mata di pipi Ziyah.
Ziyah tak lepas memandangi sosok Fakhri yang mendekat ke kamar wanita kedua suaminya, sedikit demi sedikit Ziyah ikut mendekat, melihat interaksi dua orang itu.
"Maafkan aku nduk" tangan Fakhri menggenggam tangan Anaya yang sedang sibuk mengurus laporannya.
Dia tidak libur. "Pasti kamu capek dan marah kan?" Lanjut Fakhri.
"Apa pedulimu sekarang mas?" Tanya Anaya tanpa memandang Fakhri.
"Bagaimana pun akhirnya kamu tetap saja laki-laki beristri dua, kamu bohong" tutur Anaya singkat.
"Aku tidak bisa kehilangan kamu Nay" kata Fakhri lirih.
=====================================
"Kamu serakah sob" kata laki-laki tinggi besar di sebelah Fakhri. Keduanya sedang duduk santai di sebuah warung kopi kecil.
"Kamu tahu bagaimana pengorbanan Anaya, aku gak bisa kehilangan dia" kata Fakhri sambil memutari puncak gelas dengan telunjuknya.
"Lalu bagaimana dengan Ziyah? Dia tentu juga berkorban dengan membiarkanmu menikahi Anaya" tanya Arya.
"Dan tak ada laki-laki yang tidak mencintai ibu dari anaknya sendiri" lanjut Arya.
"Menurutmu bagaimana?" Tanya Fakhri.
"Lepaskan salah satu" jawab Arya. "Siapa?" Sahut Fakhri.
"Dengan segala pertimbangan tentu kamu yang lebih tahu jawabannya" Jawab Arya.
==============================
"ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR.. ....." Adzan berkumandang. Magrib mulai datang, pintu dan jendela mulai di tutup oleh Ziyah, Bu dhe dan Fakhri ikut membantu.
"Nduk, ikut ke masjid yuk.." ajak Fakhri.
"Yakin?" Tanya Anaya.
"Kamu istri sahku nduk.." kata Fakhri mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan?
RomanceSeorang laki-laki yang berusaha memperbaiki kesalahannya kepada perempuan yang pernah ia curangi