Bunga

14.1K 839 118
                                    

"Kenapa mas memilih jalan yang sulit kalau ada jalan yang mudah?" Tanya Anaya.

#

.

.

.

.

Fakhri menghampiri Anaya yang sedang terduduk di ranjangnya. Setelah duduk di pinggir ranjang, sisi Anaya, kemudian Fakhri menatap Anaya. "Maksudmu apa Nay?" tanya Fakhri seakan tidak mengerti apa yang Anaya maksud.

Anaya tersenyum kecut.

"Kamu benar-benar tidak tahu apa yang aku maksud? Jangan bohong mas" kata Anaya.

"Kamu tahu mas, bagaimana perasaanku, bahkan sekarang? Saat tahu ternyata kamu punya keluarga lain di sana? Kamu tahu kan?" imbuh Anaya lirih.

"Nay.."

"Asal kamu tahu mas, aku kecewa sama kamu. Kamu tahu bukan mas, aku sangat benci dikhianati dan dibohongi?" tanya Anaya lagi. Meski suara Anaya begitu lirih, namun dari suara Anaya itu seperti ada kekuatan yang dapat menusuk hati Fakhri.

'Andai kamu pun tahu Nay, aku pun juga menderita dengan keadaan kita saat ini' Batin Fakhri. Ya, Fakhri sejatinya tahu apa yang dimaksud oleh Anaya, tapi ia tak sampai hati untuk membicarakan perihal yang menyakitkan ini.

"Nay, kamu inginnya bagaimana tentang kita?" tanya Fakhri pasrah.

"Mas tahu yang aku maksud?" Tanya Anaya lagi.

"Ya. Tentang hubungan kita. Kamu yang menganggap aku berkhianat padamu.. dan juga yang lancang dan berani membohongimu. Nay, aku benar-benar tidak ada maksud untuk melakukan itu." jelas Fakhri.

"Kenapa kamu menerima perjodohan itu mas? Aku dan kamu itu sudah bersama begitu lama.. Apa susahnya mas bilang kalau mas sudah ada aku? Kemudian kalau mas memang dipaksa, apa susahnya, mas bilang padaku tentang semua itu saat mas dipaksa untuk menikah dengan perempuan itu mas? Jawab!" tanya Anaya bertubi-tubi, air matanya mulai memaksa untuk keluar dari sudut matanya yang indah.

"..." Fakhri diam menatap Anaya.

"Ayo jawab mas.. Bagaimana Ara hadir di antara kalian kalau mas memang tidak mencintai perempuan itu!? Jawab!!" Emosi Anaya mulai memuncak, ia meninggikan suaranya sambil memaksa Fakhri untuk bicara.

"Aku.." suara Fakhri mulai terdengar.

"Aku benar-benar mencintaimu Nay. Sungguh." kata Fakhri.

"Itu bukan jawaban dari pertanyaanku mas!" teriak Anaya emosional.

Tanpa diaba-aba tangan Anaya menarik tangan Fakhri untuk memegang perut Anaya yang sedang mengandung anak Fakhri.

"Ini buah hatimu mas" kata Anaya lirih.

"Kamu tidak hanya mencurangi aku" lanjut Anaya.

"Kamu juga mencurangi anakmu sendiri" kata Anaya singkat, dan langsung mengalihkan wajahnya dari Fakhri.

"Ceraikan aku mas" kata itu akhirnya lolos dari mulut Anaya.

"Nay" panggil Fakhri. Seakan ia tak percaya apa yang ia dengar dari mulut manis orang yang ia cintai selama ini.

"Nggak Nay, aku mencintai kamu" balas Fakhri.

"Aku tidak mau diduakan mas. Mas bisa bahagia dengan keluarga kecil mas di sana. Aku akan membantu mas agar mas bahagia. Ara bahagia, begitu pun perempuan itu" Kata Anaya tanpa menunjukkan emosi yang meluap seperti tadi. Bagi Anaya, ia sudah sungguh-sungguh kecewa pada orang yang begitu ia perjuangkan selama ini.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang