Kafe.
"Kamu ingat gak saat SMA dulu mati-matian gak terima kalau Jordan seenaknya nduain aku?" Tanya Nara.
"Iya sih, terus?" Anaya bertanya balik.
"Ya kita gak rela juga lah kamu dibohongi .. aku mah dibohongi pas pacaran fine-fine aja..... nah kamu parah,,,, berani banget Fakhri" lanjut Nara.
"Kamu jangan bertahan karena alasan cinta ya Nay, kamu pernah bilang ke aku,, rugi perempuan ngasih hati, Nara mah sampai sekarang masih diuber-uber sama suaminya,, jadi dedek gemez.... nah kayak aku udah sisa gini apaan? Semua udah aku kasih... eh sebentar-sebentar., tapi aku gak pernah ngasih harta Nay... parah kamu euy kalau cinta" cerocos Tania.
"Tapi ingat,,, kamu gak boleh nyembunyiin kehamilan, dosa, terima aja kalau memang mau, ya dicerai setelah anakmu lahir... jangan deket-deket keluarga itu lagi... ngacauin hidupmu, dulu kamu ketata bangest hidupmu.. jangan apa-apa lagi Fakhri... masak gak ada cowok yang terpikat sama kamu, buta semua tuh cowok" lanjut Tania.
"Oke, jadi?" Tanya Anaya.
"Pisah!" Seru Tania dan Nara bersamaan.
"Ayolah Nay, coba deh pakai otakmu yang smart itu, kamu juga berhak bahagia, tanpa Fakhri!" Kata Tania lagi.
"Kamu gak pernah mikir itu ya?" Tanya Nara.
"Itu apa?" Tanya Anaya.
"Ninggalin Fakhri" jawab Nara.
"Dia yang gak mau" sangkal Anaya.
"Duh laki-laki mah, gitu"
=======================
Rumah.
"Baru pulang?" Tanya Fakhri ketika melihat Anaya.
"Ya" jawab Anaya sekenanya sambil meraih tangan Fakhri untuk ia kecup.
"Sudah pulang semua?" Tanya Anaya.
"Sudah kok, Ara dan ibunya juga sudah tidur" jawab Fakhri sambil menuntun Anaya untuk duduk di sebelahnya.
Rasanya, cukup lama bagi Fakhri untuk menantikan momen kebersamaannya hanya dengan Anaya di rumah ini.
"Ini" kata Anaya sambil menyerahkan secarik kertas yang di dalamnya ada sebuah benda kecil pula.
"Sebentar" tahan Anaya saat Fakhri hendak membuka kertas yang ia serahkan padanya.
"Ya?" tanya Fakhri sambil memandang Anaya.
"aku mau tanya" kata Anaya ragu.
"Tanya aja sayang" balas Fakhri sambil meletakkan kertas itu di atas meja.
"Kalau aku dalam keadaan darurat, sedangkan Ara juga dalam keadaan darurat... dalam waktu bersamaan, siapa yang mas dampingi selama tindakan medis?" tanya Anaya menyelidik.
Diam. Sepi. Fakhri berpikir keras.
"Ya tentu selama tindakan medis, tidak seorang pun diperbolehkan masuk sayang" akhirnya suara Fakhri keluar.
"Jawab saja, aku atau Ara." Kata Anaya tegas, menuntut pernyataan Fakhri.
"Anaya yang aku kenal tidak bertindak egois." Kata Fakhri.
"Maksud kamu mas? Ara?!" Suara Anaya meninggi.
"Bagaimana pun dia masih kecil Nay" Kata Fakhri.
"Pengandaian seperti itu tidak baik" lanjut Fakhri.
"Oke, aku mau istirahat. Jangan ganggu aku malam ini" kata Anaya sambil beranjak pergi dari tempat duduknya dan mengambil kertas di atas meja.
Dadanya sakit, dia tak pernah merasa tidak menjadi prioritas, dalam hidupnya dia selalu berusaha menjadi yang utama. Kini Anaya merasa gagal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan?
Storie d'amoreSeorang laki-laki yang berusaha memperbaiki kesalahannya kepada perempuan yang pernah ia curangi