Anaya sedang membaca Al-Qur'an saat ketukan pintu yang disusul dengan suara memanggil namanya muncul.
"Anaya.." Suara tante Reina ternyata.
Selepas itu Anaya segera menyudahi dan menaruh Al-Qur'an-nya dengan baik, ia mulai beranjak.
"Iya tante?" kata Anaya sambil membuka pintu kamar lalu membiarkan tantenya masuk. Mukenah disimpannya dengan rapi di atas laci.
"Kamu mau periksa kandungan kan?" tanya tantenya.
Anaya mengangguk, "Iya tante, sehabis ini Anaya berangkat" tutur Anaya.
"Tante ada keperluan keluar? Sekalian saja tante" ajak Anaya.
Tante Reina menggeleng sambil tersenyum, lalu mengusap kening Anaya.
"Segera siap-siap ya sayang, sudah ada dokter di ruang tamu. 10 menit lagi tante ke sini.. gih,," kata Tante Reina.
Anaya menatap tantenya dan heran bagaimana bisa seorang dokter sudah datang di rumah ini, bahkan Anaya tidak memintanya.
"Om yang menghubungi dokter? Padahal kan tidak perlu... Anaya bisa berangkat sendiri kok" selidik Anaya.
Tante Reina menggeleng lagi, "Bukan om... Sudah, cepat bersiap... Jangan buat orang lain menunggu terlalu lama.. gih" kata Tante Reina sambil menutup pintu.
====================
"Keadaan ibunya sehat.. tapi saya mohon untuk tidak telalu stress ya..." kata dokter perempuan yang memeriksa Anaya sambil tersenyum padanya.
"mohon periksa kembali ke tempat saya sekitar seminggu lagi untuk memeriksa secara lebih detail ya..." ungkap dokter Firda. Anaya cukup bersyukur yang datang untuk memeriksanya adalah dokter wanita karena Anaya berpikir itu akan lebih nyaman baginya.
Anaya segera mengiyakan saat dokter wanita itu hendak pamit setelah menerima kartu nama si dokter, kemudian disusul dengan kemunculan tantenya dengan laki-laki yang dia kenal. Indra.
Sayup-sayup terdengar pembicaaan tante Anaya yang kemudian mengantar dokter wanita itu pergi dari kamar Anaya, sementara Indra duduk di dekat ranjang Anaya.
"Pak Indra yang bawa dokter itu untuk saya?" selidik Anaya.
"Hmm.. ya.. biar kamu tidak susah-susah keluar rumah" singkat Indra sambil menatap Anaya yang muulai menampakkan wajahnya yang masam.
"Seharusnya Pak Indra tidak perlu melakukan itu. Itu akan merepotkan Pak Indra" kata Anaya seperti menolak kebaikan Indra pada saat itu.
"Oh ayolah Anaya, dokter itu sudah datang dan memeriksa keadaanmu.." balas Indra.
Anaya tersenyum.
"Terima kasih Pak Indra" kata Anaya yang tentunya mengundang senyuman Indra merekah untuk Anaya.
"Tapi saya mohon Pak Indra. Ini yang terakhir Pak Indra terlalu baik kepada saya.." kata Anaya yang sekaligus membuat senyuman Indra kaku dan berubah dengan mengajak Anaya untuk makan malam bersama nanti malam.
"Please? Temani saya malam ini." Ajak Indra.
"Dengan sangat berat hati saya harus menolak itu Pak Indra. Saya tidak bisa.." kata Anaya.
"Kalau tante dan om ikut, bagaimana?" tiba-tiba suara Tante Reina menggema di antara keduanya.
"Setidaknya balaslah kebaikan Indra Nay, meskipun hanya dengan menerima ajakan Indra untuk makan malam.." imbuh Tante Reina sambil terduduk di ranjang Anaya dan menggenggam tangan Anaya dengan lembut.
Anaya menatap tantenya dengan sedikit ragu, namun akhirnya ajakan Indra itu diiyakan oleh Anaya. Anaya tidak bisa menolak perkataan tantenya, karena memang di lubuk hatinya yang lain Anaya merasa bahwa Anaya perlu membalas segala kebaikan Indra padanya selama ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan?
Roman d'amourSeorang laki-laki yang berusaha memperbaiki kesalahannya kepada perempuan yang pernah ia curangi