Retak

4.7K 222 3
                                    

"Ini restoran temanku om, kebetulan kemarin ketemu dia, terus dia nawarin reservasi ke sini. Restorannya masih baru juga" jelas Indra sambil menyetir mobil hitam mewahnya. Anaya yang duduk di kursi penumpang bersama tanten Reina di sebelahnya hanya diam sejak berangkat dari rumah. Anaya lebih memilih untuk tidak banyak bicara. Seakan memahami keadaan Anaya, Tante Reina menjadi lebih dominan untuk menanggapi pembicaraan selama perjalanan, terutama saat Indra bertanya atau saat meminta tanggapan tentang banyak hal.

Jujur saja, sebenarnya Anaya cukup terkesima dengan sikap Indra yang jauh berbeda dari biasanya. Jika sebelumnya Anaya berpendapat bahwa Indra lebih banyak diam dan tidak banyak bicara, namun saat itu Indra benar-benar dominan menguasai perbincangan. Anaya merasa bahwa Indra yang sedang menyetir itu bukan bos yang biasanya dia kenal. Raut muka heran Anaya sesekali ditangkap oleh mata Indra, namun Indra sepertinya tidak memandang itu sebagai masalah, karena yang menjadi pertanyaan Indra selama perjalanan itu adalah tentang alasan mengapa Anaya lebih banyak diam.

Dengan cepat Om Aldi membuka pintu mobil istrinya, sedangkan Indra lebih memilih untuk membiarkan Anaya keluar mobil sendiri. Jas yang dikenakan oleh indra tampak senada dengan yang dikenakan oleh Anaya dengan aura maskulin yang dimiliki oleh Indra. Anaya mulai melangkahkan kaki saat dengan tiba-tiba Indra menghentikan Anaya.

"Let me help you.." tutur Indra sambil mempersilahkan genggamannya kepada Anaya.

Anaya terpaksa menyambut genggaman itu karena memang heels Anaya yang tampak membuat Anaya tidak nyaman saat berjalan.

"Terima kasih.. but I'm Okay now..." jawab Anaya, sambil perlahan berjalan sendiri hingga masuk ke dalam restoran yang tampak sangat elegan menurut Anaya.

Indra tersenyum. "Uhm Okay. I'll go first" kata Indra sambil mendahului langkah Anaya. Anaya mengangguk dengan disusul senyuman canggung kepada Indra. Anaya paham maksud Indra yang akan mengurus meja untuk mereka. Lengan Anaya kemudian diraih oleh tantenya dengan hati-hati.

"Mr. Indra Gunawan?" Tanya seorang staf dengan sopan.

"Ya" jawab Indra sambil meraih sebuah bulpoin di atas meja resepsionis, kemudian menandatangani sebuah buku yang sepertinya merupakan buku tamu dengan warna gold pada kertasnya.

"Kami sudah menunggu kedatangan Anda dan keluarga.. Silahkan" kata staf itu mempersilahkan.

Indra hanya mengangguk ramah sambil mempersilahkan Anaya masuk terlebih dahulu. Meja makan mereka lebih private dibanding reservasi lainnya dengan skala VVIP yang menampilkan view indah pemandangan lampu-lampu kota di balkon.

Anaya meraih buku menu yang disampul dengan kain halus berwarna merah. Telapak tangan Anaya kemudian memangku dagunya saat membaca menu-menu yang dapat disajikan. Indra memandang Anaya yang sedang cemberut. Pandangan Indra menyelidik dan membuatnya ingin bertanya pada Anaya.

"Kenapa Anaya?" Tanya Indra yang duduk di samping Om Aldi, sementara Om Aldi tepat duduk menghadap Anaya.

Anaya menggeleng sambil tersenyum segan pada Indra. Jujur saja, Anaya benar-benar tidak nafsu makan saat membaca menu-menu yang ditawarkan. Anaya sedikit heran saat menu-menu yang disajikan didominasi dengan masakan Jepang, sementara interior restorannya sangat klasik, bahkan terkesan model Eropa sekali. Anaya lebih ingin merasakan steak.

"Ingin makan di tempat yang lain sayang?" Tanya Tante Reina.

Anaya menggeleng sambil memandang tantenya, "Nggak tante.. ini cukup kok".

Tante Reina tersenyum kemudian memandang Indra yang nampak gusar melihat sikat Anaya. Mata Tante Reina kemudian memandang suaminya yang santai saja sambil membaca menu dan secara spontan keduanya saling memandang. Om Aldi yang memahami maksud Tante Reina kemudian menghidrup nafas dalam-dalam.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang