Menyerah

6.6K 254 0
                                    

Setidaknya jaga baik-baik yang sudah kamu miliki Anaya, Mungkin seharusnya memang aku tidak pernah bertemu denganmu. -Indra.

Secarik note kecil ditindih dengan kotak cincin warna marun yang Anaya kenal.

"Pak Indra?" gumam Anaya saat menemukan dua benda itu di meja kerjanya.

"Loh.. Kok bisa di sini.." Anaya heran dengan kotak marun yang ada di tangannya dan hanya satu orang yang dapat masuk ke ruangannya tanpa rasa bersalah sekalipun.

Keadaan kantor yang masih sepi membuat Anaya meyakinkan diri untuk menghampiri Indra untuk sekedar bertanya apa maksud laki-laki itu. Anaya melihat Indra yang sedang duduk serius sambil menerima telefon. Beberapa saat Anaya merasa sungkan untuk masuk ruangan Indra, namun ada keinginan untuk memperjelas apa yang sedang terjadi. Hati kecil Anaya mengatakan tidak ingin adanya kesalahpahaman di antara dia dan Indra. Perasaan kuat Anaya lebih memaksa keberanian Anaya untuk menemui Anaya hingga menempatkan dia yang sudah berada di dalam ruangan Indra.

Indra memandang Anaya yang berada di hadapannya, lalu padangannya mengarah pada cincin yang dipakai Anaya. Indra yakin itu cincin pernikahan Anaya dengan Fakhri.

"Ada apa Anaya?" Tanya Indra.

"Maksud Pak Indra apa?" Tanya balik Anaya pada Indra yang disertai dengan tangan Anaya yang meletakkan kotak cincin yang diberikan oleh Anaya beserta secarik kertas kecil.

Indra yang melihat kotak cincin itu dan secarik kertas itu hanya diam kemudian menatap Anaya yang tidak mau duduk meskipun dipersilahkan oleh Indra.

"Maksud saya?" tanya Indra.

Anaya mengangguk.

"Tidak ada maksud apa-apa. Kembalilah bekerja Anaya" tutur Indra datar sambil tersenyum mempersilahkan Anaya keluar ruangannya.

"Tolong Pak Indra.." jeda Anaya.

"Jika ada yang perlu saya tahu, termasuk kesalahan saya kepada Pak Indra.. Tolong beri tahu saya.. Saya..-"

"Apa pedulimu Anaya? Jangan mencampuri urusan saya" sela Indra sebelum Anaya menyelesaikan perkataannya.

"Tapi kan pak.."

"Perasaan saya ke kamu itu urusan saya, kamu tidak perlu repot-repot mengurusnya. Karena kamu tidak mau bertanggung jawab atas perasaan saya padamu" Indra cepat-cepat mengintrupsi perkataan Anaya sebelum Anaya dapat merubah pikiran dan perasaannya pada Anaya.

Anaya yang mendengar itu terheran.

"Pak Indra dapat kotak cincin itu dari mana?" tanya Anaya langsung pada inti masalahnya. Anaya berpikir bahwa mungkin saja sikap Indra yang demikian ini gara-gara kotak cincin itu.

"Apa Mas Fakhri yang memberikan pada Pak Indra?" batin Anaya.

Anaya masih menanti jawaban dari Indra.

"Bukan dari mana Anaya, tapi dari siapa," jawab Indra.

Anaya kembali heran dengan jawaban Indra.

"Suami saya yang beri itu ke Pak Indra?" Tanya Anaya spontan dan tanpa sadar membuat Indra mengeraskan rahangnya saat mendengar kata 'suami' dari mulut Anaya.

Indra menggeleng.

"Wanita yang bersama dia kemarin yang memberikan kotak cincin itu tadi pagi" kata Indra jujur yang tentu saja mengundang keterkejutan Anaya, bahkan dahi Anaya tiba-tiba berkerut saat mendengar penuturan Indra.

"Ziyah!? Lancang sekali dia ke sini, bahkan menemui Pak Indra, apa maksud perempuan itu!" pikir Anaya tidak habis pikir.

"Ada lagi yang bisa saya bantu Anaya?" tanya Indra cukup formal dan segera membuyarkan lamunan Anaya.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang