Kejujuran yang Pahit

36.1K 1.3K 4
                                    

Embun masih terjaga setelah hujan deras semalam, padahal hari telah berganti dan memaksa cahaya mentari melesat masuk pada sebuah ruang bertirai putih, menghembuskan sejuk yang menyegarkan bagi dua insan yang sedang berselimut.

"Ya Allah sudah pagi begini, duh, bisa terlambat nanti" seru seorang perempuan yang segera beranjak menuju kamar mandi meninggalkan kasur empuk dan lelaki di sebelahnya. Cukup bagi perempuan itu beberapa menit saja untuk mandi dan segera memakai baju kantornya, jilbabnya sangat pas melindungi rambut hitam panjangnya.

"Anaya" panggil sebuah suara beratnya, "masih setengah enam, jangan terburu-buru.." kata laki-laki itu yang segera beranjak mengambil sebuah handphone di samping tempat tidur mereka.

"Iya mas, gak terburu-buru kok" kata Anaya sambil menyodorkam secangkir kopi pada lelaki itu. Lelaki itu tersenyum, tapi Anaya tidak terlalu memedulikannya.

Anaya segera melakukan kewajibannya untuk membersihkan sekitar rumah secara kilat, cukup membersihkan kamar, ruang tamu, tempat kerja suaminya, dan dapur. Kegiatannya berlanjut dengan memasak sarapan untuknya dan suaminya serta membuat lauk lebih untuk makan siang suaminya. Ya, Anaya merupakan seorang perempuan yang memiliki karir cemerlang di salah satu perusahaan ternama di kota itu sedangkan suaminya adalah seorang freelancer yang menawarkan jasa konsultasi keuangan untuk pribadi maupun perusahaan dan sejenisnya. Selain itu suaminya juga memiliki perusahaan kecil yang dibuat bersama teman-temannya untuk menawarkan jasa desain secara profesional. Kehidupan mereka sebenarnya diawali dengan sangat baik, namun suaminya berulah hingga Anaya berubah.

================

Pernikahan sederhana telah terlaksana antara Anaya Fahrani dengan Fakhri Mukhtara Bakhtiar. Anaya adalah perempuan mandiri sejak orang tuanya meninggal, apalagi ia tak memiliki saudara lain. Dia seorang diri, hingga kemudian ia bertemu dengan lelaki kaku yang cukup menarik baginya. Keduanya memutuskan untuk menikah lalu tinggal di rumah Anaya. Laki-laki itu nampak baik dan merupakan kakak kelas Anaya ketika SMA, Anaya tidak pernah menyangkanya.

Kehidupan mereka cukup bahagia dan menyenangkan hingga Anaya menyadari beberapa waktu terakhir Fakhri terlihat memiliki banyak beban pikiran.

"Mas ada masalah?" Tanya Anaya sambil merengkuh Fakhri dalam pelukannya ketika Fakhri masih sibuk dengan pekerjaannya

"Nggak.." jawab laki-laki kaku itu.

Anaya semakin membujuk Fakhri dengan secangkir kopi yang ia sodorkan pada laki-laki itu. "Cerita ke istri sendiri masak masih gak mau yang? Aku punya hak untuk itu lho" lanjut Anaya.

"Itu apa?" Kata Fakhri sambil menaikkan alisnya, menggoda istrinya.

"Iya dengar keluh kesah kamu. Aku tuh lumayan gak sebentar bareng mas, mana mungkin aku ndak tahu mas lagi ada masalah" terang Anaya.

"Nggak sayangku, I'm Fine" jawab Fakhri tanpa menoleh ke arah istrinya.

"Iya deh, paham.." kata Anaya.

"Iya udah semangat ngelembur ya, aku mau tidur dulu" kata Anaya namun seketika niatnya berubah ketika Fakhri mulai merajuk untuk ditemani melembur dengan banyak obrolan di antara mereka, mungkin lebih dari itu.

=========================

Pagi selalu harus disyukuri. Anaya pun demikian, Hari Sabtu memang menjadi hari favoritnya ketika Anaya memiliki hari libur menemani suaminya bekerja meskipun di rumah. Fakhri sebenarnya juga bekerja di sebuah perusahaan tetapi pekerjaannya tidak mengharuskan selalu ada di kantor, hampir setengah tahun pernikahan mereka pun tak jarang Fakhri pamit untuk bekerja ke 'lapangan', untuk keperluan survei atau client katanya, Anaya pun memaklumi dan mendukung. Tidak banyak omongan yang tidak perlu, apalagi melarang suaminya untuk pergi bekerja.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang