Bertemu

11.8K 846 58
                                    

Sore menunjukkan pukul 3, Anaya masih tiduran santai saat ada beberapa chat masuk. Indra menjadi yang teratas di antara yang lainnya, namun Anaya menggulirkan layarnya untuk mencari chat-chat terlama di antara semua.

Ex-

"Sayang, kamu di mana aj? Hati-hati ya di sana, aku pulang besok." Isi chat terbaru dari Fakhri yang dikirim tadi siang.

"Buat apa? Aku sudah berencana kirim semua keperluan kamu pekan depan kok, biar kamu gak repot balik ke sini" balas Anaya.

Pesan Anaya dengan cepat dibalas oleh Fakhri.

"Aku pulang ke rumah kita Nay" penekan oleh Fakhri.

"Kamu terus pulang? Gak akan ke sana lagi?" ketik Anaya dengan malas.

Chatnya tidak langsung dibalas oleh Fakhri. Namun tak lama chat balasan datang.

"Nay, ini sudah kita bahas... Aku gak bisa ninggalin mereka Nay.. Ada Ara.. Ara butuh aku.." jelas Fakhri.

"Gimana dengan anakku? Dia juga butuh kamu lho.." jawab Anaya.

"Maka dari itu lho, mas gak perlu ke sini" imbuh Anaya.

"Aku juga butuh anak kita Nay, aku sayang dia. Aku ayahnya.." ketik Fakhri.

"Please, tunggu aku Nay..." imbuh Fakhri.

"Terserah kamu deh" ketik Anaya menyudahi percakapannya dengan Fakhri lewat chat.

==================

Selanjutnya kolom chat Anaya hanya diisi oleh beberapa rekan kerja yang bertanya soal kerjaan. Ada juga chat dari sahabat-sahabatnya yang berusaha menguatkan Anaya agar tidak patah arah untuk move on dari Fakhri.

Indra

"Nay"

"Nanti malam ada waktu? Aku butuh teman buat ngobrol"

Chat Indra yang demikian buat Anaya khawatir.

"Sebenarnya ada waktu pak, hanya saja saya belum bisa menemani bapak" ketik Anaya.

"Lho, kenapa Nay? Come on" Jawab Indra.

"Kalau hanya sekedar menemani dan urusan pribadi, sepertinya tidak bisa pak.. Saya masih berstatus istri orang dan suami saya sedang tidak di rumah. Saya juga mengkhawatirkan kalau orang kantor lihat Bapak sama saya" terang Anaya.

"Oh iya ya! Hehe"

"Tapi kan kamu sebentar lagi cerai dengan dia Nay, Why not?" Kata Indra seperti memaksa.

Anaya mengerutkan dahi saat membaca pesan itu.

"Tapi kan belum ada ketuk palu pak" ketik Anaya.

"Kalau begitu, aku yang ke sana? Kamu pengen aku bawakan apa?" Sepertinya Indra agak memaksa.

"Saya sedang di luar kok pak, bareng teman-teman saya.. Bapak tidak usah repot-repot" kata Anaya.

"Owh, OK.. Jadi kamu tidak mau bantu saya untuk malam ini?" ketik Indra.

"Mungkin besok pak, ada jadwal masuk kantor juga kan pak?" tanya Anaya.

"Oh... Ok kalau begitu,.. See youu" isi pesan Indra.

Hanya emot mengatupkan tangan yang dipakai Anaya untuk membalas Indra, sekaligus mengakhiri percakapan tersebut.

==================

Langkah Fakhri sedang menapaki pekarangan rumah impiannya bersama perempuan yang ia cintai. Fakhri pun tidak menyangka semua harus berjalan seperti ini. Tatapannya menunduk seakan belum siap bertemu dengan Anaya. Apa yang harus ia katakan, bagaimana meyakinkan Anaya untuk terus bersamanya tanpa mengindahkan keberadaa Ziyah dan Ara. Fakhri benar-benar tidak bisa kehilangan Anaya.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang