Prolog.
"Sweet smile on first impression."
_______
Desember, 2019
Abimelech, pria itu berjalan dengan penuh semangat sembari sesekali melihat hublot yang melingkar menawan di pergelangan tangan kirinya. Senyum manis menghiasi wajah rupawannya dan senyum itu tercipta karena bahagia akan bertemu dengan penulis favoritnya, Aoife Jasmine. Sudah terhitung tiga tahun Abimelech mengidolakan Aoife dan selalu membeli novel yang Aoife terbitkan. Bahkan Abimelech tak segan untuk memberikan komentar pada novel yang Aoife unggah di sebuah situs web cerita daring. Terkadang, bila sedang beruntung, komentarnya di balas oleh Aoife dan itu membuat Abimelech kepalang bahagia sampai mencetaknya dan menyimpannya dalam map seniel.
Lengan Abimelech tak sengaja di sengol oleh seseorang saat ia memasuki kafe tempat di adakanya fan sign novel terbaru Aoife. Ia tersenyum pada orang yang menyenggol lengannya barusan kemudian kembali berjalan memasuki kafe. Saat suasana hati sedang gembira, meski bertemu dengan hal tak menyenangkan akan tetap baik-baik saja dan meninggalkan kesan yang baik pula.
Ketika sudah berdiri dalam antrean, jantungnya berdegup kencang, ia memegang erat kedua telapak tangannya untuk menyembunyikan kegugupan yang ia rasakan. Sungguh, akan bertemu dengan idola yang selama ini ia dambakan. Begitu membuat jantungnya berdegup sekencang ini. Tak terasa, perlahan waktu berjalan begitu cepat dalam keriuan fans yang bertemu dengan idolanya. Membawa Abimelech berada di depan meja, tepat berada di depan penulis favoritnya.
Abimelech merasa dunianya berhenti sejenak saat di beri sambutan senyum manis dari penulis favoritnya dan ia tak perlu membalas senyum karena sedari tadi ia sudah tersenyum. Kedua mata Abimelech melihat jari-jari Aoife menggoreskan tanda tangan pada novel dan itu adalah jari-jari yang selama ini menuliskan kata-kata indah yang selalu ia baca penuh kagum. Kemudian Aoife menuliskan sesuatu di bawah tanda tangan tersebut namun ia tak bisa dengan jelas membacanya karena sengaja di tutupi oleh punggung tangan kiri Aoife.
"Siapa nama kamu," tanya Aoife setelah menutup novel tersebut dan itu membuat Abimelech gerogi serta mengumpulkan suaranya agar tak terdengar seperti cicitan tikus.
"Abimelech," jawabannya sembari terus tersenyum.
Aoife tersenyum melihatnya dan itu membuat Abimelech salah tingkah. Terlebih, saat Aoife memberikan novel tersebut pada Abimelech dan beruntungnya tangan kanannya tak bergetar karena saking geroginya. Sungguh bukan seperti Abimelech yang biasanya. Abimelech yang biasanya tak pernah gerogi tapi saat bertemu dengan penulis favoritnya, lain ceritanya.
"Terima kasih, Abimelech. Semoga kamu menjalani hari yang manis, seperti senyum kamu."
Abimelech tercengang saat mendengar kata barusan dari Aoife. Ia merasa seperti mendapatkan bocoran tentang pantai paling indah di dunia. Begitu menenangkan dan membahagiakan. Penat yang ada pada kedua pundaknya tiba-tiba menghilang setelah mendengar kata penyemangat dari penulis favoritnya. Dunia Abimelech serasa terpusat pada senyum manis Aoife yang masih terpancar padanya.
"Permisi mas, gantian dong."
Wajah Abimelech tersentak kaget dan itu membuat Aoife tersenyum hingga menunjukkan deretan giginya.
"Semoga kita bertemu lagi, Abimelech," ucap Aoife padanya sebelum ia di dorong untuk bergeser oleh fans yang berdiri di belakangnya.
Entah kenapa lidahnya begitu keluh saat bertatapan dengan Aoife dan ia tak bisa mengatakan sepatah-kata pun untuk Aoife bahkan hadiah yang sudah ia persiapkan untuk Aoife lupa belum ia berikan. Karena tak ingin menyesal, ia kembali pada meja Aoife dan mendapatkan protes dari fans yang lain namun mereka langsung berhenti melayangkan protes saat Aoife memberikan isyarat untuk menunggu sebentar.
"Ada hadiah kecil untuk kamu dan semoga hari-hari kamu menyenangkan." Abimelech memberikan kotak hadiah itu pada Aoife dan di terima dengan senyum oleh Aoife.
"What's on your face," tanya Aoife dengan menatap serius wajahnya dan itu membuat jantungnya berhenti berdetak, ia takut ada kotoran di wajahnya. Terlebih ada bekas bantal karena tadi saat bangun tidur, ada bekas bantal di pipi kirinya.
Jari tangan kanan Abimelech menyentuh pipi kirinya dan tawa tanpa suara Aoife semakin membuatnya bingung karena ia benar-benar takut wajahnya terlihat konyol sekarang. Sehingga membuat Aoife tertawa tanpa suara.
"I think you eat sugar too much 'cos your face look sweet," ucap Aoife dan itu membuat para fans yang mendengar tertawa bahkan kru yang berada di belakang Aoife tertawa. Tawa yang membuat Abimelech ikut tertawa juga karena barusan itu adalah lelucon dari Aoife.
Perempuan itu memang memiliki wajah tegas dan terlihat serius tapi banyak yang tak tau jika perempuan itu memiliki selera humor juga. Termasuk kejadian barusan dan bagaimana ia bisa lupa akan sifat idolanya itu. Ah, rasanya campur aduk baginya karena ia merasa mendapatkan inspirasi untuk melukis setelah pulang dari acara ini. Aoife memang dewi penyemangat untuk setiap ide baru yang akan ia tuangkan dalam sebuah lukisan.
To be continued.
Notes:
Gimana prolognya? Apa kurang manis? Kalo kurang manis silakan lihat wajahnya Jeno aja ya biar jadi manis :)
Mana ini fotonya mewakili ekspresi Abimelech dalam cerita lagi :)



KAMU SEDANG MEMBACA
What's on December [TAMAT]
RomanceAbimelech menyukai Aoife Jasmine, seorang penulis novel romansa. Hingga suatu hari ia terlibat kerja sama dengan Aoife dalam proyek ulang tahun galeri seni milik sahabat Aoife. Momen itu membuat hubungan Abimelech dan Aoife menjadi dekat namun Aoif...