Chapter 3: Kuah mie.
"You look aesthetic like a book."
_______
Abimelech memperhatikan gerak-gerik Aoife sedari tadi. Ia hanya fokus pada satu titik, titik yang ada di depannya dan tidak ada titik lain. Betapa beruntungnya ia bisa makan berdua seperti ini bersama Aoife, di luar sana pasti banyak penggemar Aoife yang iri padanya. Terutama penggemar laki-laki, pasti mereka ingin berada di posisinya saat ini. Tapi, di lihat dari sikap Aoife yang baik, ia mendadak merasa cemburu. Bagaimana bila bukan hanya dirinya penggemar laki-laki yang beruntung bisa diajak makan bersama dengan Aoife.
Baik Abimelech, sekarang kamu hanya perlu untuk fokus mengajak Aoife berinteraksi agar kalian tampak hidup.
"Saya sering datang ke sini dan makanan di sini semuanya enak." Setelah membuang semua gerogi itu jauh ke lautan sana, Abimelech mulai membuka percakapan karena setelah memesan makanan, mereka sama-sama diam.
Aoife mengangguk. "Pantas, pegawai di sini langsung nyambut kamu kayak nyambut keluarga sendiri."
Abimelech tersenyum tanpa suara lalu menelan ludahnya karena ia gemas mendengar respon Aoife barusan. Ternyata, perempuan itu cukup cepat membaca suasana dan mungkin saja, di balik diamnya itu ia memperhatikan setiap gerak orang lain. Jika itu benar, Abimelech harus tetap terlihat tampan setiap waktu dan saat. Tidak boleh terlihat aneh atau pun konyol sedikit pun. Jadi ia harus menjaga sikap agar tetap manis dan sedap di pandang.
"Ngomong-ngomong, sepertinya kita seumuran jadi jangan ngomong pakek 'saya', pakek 'aku' aja." Aoife mengatakannya sambil tersenyum dan Abimelech merasa sangat tersanjung karena Aoife mengira jika mereka seumuran.
"Aku lebih tua dua tahun dari kamu." Abimelech mengatakannya setelah pramu saji meletakkan pesanan mereka di atas meja.
Kedua mata Aoife terlihat kaget tak percaya kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya untuk meneliti wajah Abimelech dan Abimelech hanya menahan napas karena grogi itu telah kembali dari lautan. Ia yakin jika kedua pipinya kini memerah dan ia harap Aoife tak sadar akan hal itu. Napasnya kembali lega saat Aoife tak meneliti wajahnya lagi tapi ia ingin Aoife melakukan itu lagi karena menghadirkan sensasi aneh dalam hatinya.
"Wajah kamu terlalu muda untuk usia kamu," puji Aoife pada Abimelech. "Apa kamu punya tips awet muda," tanya Aoife pada Abimelech namun pria itu hanya tersenyum sambil mengaduk mie menggunakan garpu.
Abimelech hanya sedang memikirkan jawaban yang bagus untuk pertanyaan Aoife barusan dan ia juga ingin melihat reaksi Aoife yang terlihat sangat penasaran itu. Ia menikmati itu, menikmati setiap ekspresi wajah Aoife. "Fokus pada hidup bukan pada komentar orang lain. Itu resep awet muda dari ku."
Aoife tampak tak puas dengan jawaban dari Abimelech dan ia hanya tersenyum kemudian ikut mengaduk mie seperti apa yang Abimelech lakukan tadi. Kemudian memakan mie itu satu suapan lalu mengunyahnya sambil tersenyum, sama seperti apa yang Abimelech lakukan. Mereka berdua memiliki cara makan yang sama, yaitu mengunyah kemudian merasakan rasa makanan dan tersenyum setelah menelan makanan tersebut.
"Sekali lagi terima kasih untuk lukisannya," ucap Aoife di sela makanya dengan melihat Abimelech sekilas sebelum kembali fokus pada makanannya.
''Lukisan itu hadiah akan tulisan-tulisan kamu yang menakjubkan itu." Abimelech tak mungkin mengatakan pada Aoife tentang filosofi lukisan itu karena itu akan terasa aneh dan ia bisa saja kehilangan Aoife sebelum memulai babak pendekatan.
"Terima kasih sudah membaca semua karyaku dan menjadikan aku penulis favorit kamu. Aku sangat terharu dengan surat yang kamu sisipkan pada bungkus lukisan."
KAMU SEDANG MEMBACA
What's on December [TAMAT]
RomanceAbimelech menyukai Aoife Jasmine, seorang penulis novel romansa. Hingga suatu hari ia terlibat kerja sama dengan Aoife dalam proyek ulang tahun galeri seni milik sahabat Aoife. Momen itu membuat hubungan Abimelech dan Aoife menjadi dekat namun Aoif...