Chapter 14: Bae & Boo.

41 8 8
                                    

Chapter 14: Bae & Boo.

"Rasa sakit yang kamu alami akan sembuh seiring waktu saat kita menghabiskan waktu bersama jadi, mari kita bahagia bersama."

________

"Bae."

"Boo."

Dua pasang kekasih itu saling tatap dengan senyum mereka menghiasi bibir keduanya. Mereka telah sepakat untuk memiliki panggilan sayang masing-masing. Panggilan sayang yang berasal dari ide Aoife, sedangkan ide dari Abimelech tak dipakai karena kurang imut dan manis untuk mereka berdua. Panggilan Bae untuk Aoife dan panggilan Boo untuk Abimelech. Dua panggilan sayang itu membuat Ava yang duduk di depan mereka berdua menatap geli, terlebih tingkah Abimelech dan Aoife yang bucin membuatnya ingin muntah.

"Bae, kemarin aku janji sama Chilan buat ajak dia renang bareng sama kita dan dia mau piknik bareng kita," kata Abimelech memberitahu Aoife akan janjinya itu.

"Boleh, kebetulan lusa jadwal Chilan renang. Kalo untuk piknik, kita cari waktu yang pas, takutnya hujan." Aoife begitu antusias dan Abimelech suka dengan keantusiasan Aoife hingga membuat Abimelech gemas dan mencubit pipi Aoife.

"Ih, kok di cubit sih, boo gak boleh gitu," rengek Aoife dengan bibir cemberut.

"Uh, maafin aku, ya Bae." Abimelech memajukan tubuhnya dan dia mencium pipi Aoife yang barusan ia cubit gemas.

"Janji, gak bakal cubit kamu lagi kalo gemas." Kemudian Abimelech kembali mencium pipi kanan Aoife agar kedua pipi kekasihnya itu sama-sama telah ia cium.

Ava yang melihat kelakuan Abimelech dan Aoife itu mengebrak meja hingga membuat sepasang kekasih yang tengah kasmaran itu terlonjak kaget. "Kaget kalo ada aku," tanya Ava galak kemudian mengambil vas yang berisi bunga hidup itu dari atas meja.

"Sekali lagi pamer kebucinan yang bikin aku mau muntah, aku siram kalian berdua sama air vas ini," ancam Ava dan membuat Aoife memeluk lengan Abimelech dengan wajah di buat takut.

Abimelech mengangguk hormat kepada Ava selaku Direktur galeri seni X². Ia memang salah pamer kemesraan di depan Ava karena perempuan itu baru saja putus dengan pacarnya tiga bulan yang lalu. Tak seharusnya ia pamer kemesraan di depan orang patah hati. Tapi, Aoife membuatnya tak bisa menahan diri lagi karena kekasihnya itu sangatlah mengemaskan dan rasanya ingin berulang kali mencium pipi Aoife karena gemas.

"Kamu nyuruh kita ke sini ada perlu apa," tanya Abimelech pada Ava karena Direktur galeri seni itu tak mengatakan apa-apa dan hanya menyuruh mereka berdua untuk datang ke ruangannya hari ini.

Ava mengembuskan napas sembari memijat pelipisnya. "Pak Setya ngasih galeri seni ini wasiat." Suara Ava terdengar sedih dan pandangannya menjadi bingung.

"Wasiat apa," tanya Aoife pada sahabatnya itu.

Ava menggigit bibir bawahnya, "Pak Setya ingin galeri X² menjadikan Ibam Syah sebagai kurator seni pengganti beliau dan ini surat wasiat beliau."

Tak hanya Aoife yang terkejut bagai mendengar berita bencana alam yang tak terdeteksi sebelumnya, Abimelech juga ikut merasa terkejut. Kini otak mereka berdua memikirkan hal yang sama, kenapa bisa pak Setya memberikan wasiat seperti ini. Terlebih, Ibam bukan siapa-siapa beliau, Ibam hanya penggemar beliau dan Ibam juga bukan dari keluarga Ava. Kenapa pak Setya bisa mengambil keputusan dengan meninggalkan wasiat seperti ini.

"Tanggapan kakek selaku pemilik galeri seni bagaimana," tanya Aoife dengan menahan kekecewaan atas apa yang akan terjadi bila Ibam bekerja sebagai kurator seni di galeri seni ini.

"Kakek setuju karena kemampuan Ibam tidak bisa diragukan lagi. Ini tentang skill. Kakek bilang seperti itu."

"Gimana kalo Ibam tau tentang hubungan aku dan Abimelech? Nasib lukisan Abimelech dan mbak Aofha, gimana," tanya Aoife khawatir pada Ava dan Abimelech meraih punggung tangan Aoife, pria itu mengelus lembut punggung tangan Aoife untuk memberikan ketenangan.

What's on December [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang