Chapter 25: Satu waktu.
"Memandang dari kejauhan karena cukup merasa tau diri."
_________"Lama banget sih kok gak di balas-balas!"
Ava yang tadinya sibuk mengerjakan pekerjaannya di laptop menoleh sekilas ke arah Aoife yang duduk di sofa tamu ruangannya dengan mengerutu sejak tadi sembari menatap ponsel. Ava tak menyagka saja bila sahabatnya itu akan datang kemari di jam kerja dengan kondisi jiwa yang tidak baik-baik saja karena rindu akan kekasihnya. Parahnya, Aoife membuat kegaduhan dengan terus mengerutu dan itu benar-benar menganggu akan konsentrasinya yang hampir buyar.
"Aof, mending kamu ke rumah mas Satria dan main sama Chilan daripada di sini ganggu aku yang lagi kerja," tegur Ava sembari mengeraskan tariannya di atas keyboard.
"Sorry, tapi beneran aku tuh gak tau harus ngapain," keluh Aoife lalu menyembunyikan wajahnya pada bantal sofa.
Ava mengela napas jengah, "Kerjaan kamu itu banyak dan novel-novel kamu itu harus di lanjut. Jangan galauin Abi mulu. Lagian dia lagi sibuk belajar di sana pasti hp nya di silent."
Aoife tau tentang itu sebelum Ava mengatakannya tapi Aoife hanya menutup itu semua karena terlalu rindu pada Abimelech yang selalu ada untuknya. Ia juga rindu bermain bersama Abimelech dan seharusnya hari ini Abimelech membantunya untuk menentukan menu takjil untuk musholla. "Tapi aku kangen," rengek Aoife dan suara perempuan itu benar-benar terdengar seperti cicitan kucing yang di tinggal pergi oleh pemiliknya.
Dengan terpaksa Ava menghentikan pekerjaannya dan meladeni Aoife agar sahabatnya itu bisa tenang karena ini kali pertama Aoife berprilaku seaneh ini. Dulu saat bersama Ibam, tidak seperti ini. "Kalian kan selama ini juga gak ketemu tiap hari. Abi ke Spore juga cuma dua hari."
"Gak bisa jelasin pokoknya kangen, titik." Bibir Aoife cemberut dan perempuan itu menjatuhkan kepalanya pada bantal sofa lalu melepas sepatunya dan menaikkan kakinya di atas sofa.
"Kamu gak lagi hamil anaknya Abi, kan," tanya Ava pada Aoife karena perubahan suasana hati sahabatnya itu benar-benar aneh dan tak seperti biasanya.
Aoife memutar kedua bola matanya dan wajah cantik itu menampilkan riak muka kesal yang benar-benar kesal. "Lagi menstruasi gini di bilang hamil, yakali hamil tapi menstruasi."
"Oh, kiraain aja gitu. Soalnya kalian itu udah sedekat ini." Ava mendekatkan ibu jarinya dengan jari telunjuknya sambil tersenyum ke arah Aoife yang siap untuk melahap Ava.
"Tau gak, apa yang ada di otak ku sekarang," tanya Aoife sembari menumpahkan kepalanya pada telapak tangannya.
"Apa," tanya Ava penasaran sekaligus bersiap memberi balasan ucapan bila Aoife berkata ngawur.
Senyum Aoife itu patut untuk di curigai, pasalnya seorang Aoife Jasmine terkadang bisa mengeluarkan kalimat yang membuat jantung orang lain berdebar. Dalam artian positif dan negatif tapi kali ini sepertinya negatif. Ya, Ava yakin itu pasti kalimat negatif yang akan keluar.
"Kangen manisan salak buatan kakek kamu, hehehehe."
Rahang Ava bila bisa jatuh maka akan jatuh saat ini juga. Baru saja berburuk sangka pada sahabatnya itu mengenai kalimat negatif ternyata dirinya yang berpikiran negatif. Tapi ini salah Aoife, kenapa perempuan itu bisa seenaknya sendiri merubah topik pembicaraan. Semoga saja puasanya tak batal, bila batal maka ia akan menyalahkan Aoife sepenuhnya.
Ketika Ava akan membalas kalimat Aoife, sahabatnya itu tiba-tiba berdiri dari tidurnya di atas sofa setelah mendapatkan panggilan. Panggilan yang sepertinya penting jadi ia lebih memilih menyimpan kalimatnya untuk nanti. Tapi, telpon penting bagi Aoife adalah telpon dari Abimelech apalagi sebelum mengangkat telpon Aoife melakukan cek vokal terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's on December [TAMAT]
Roman d'amourAbimelech menyukai Aoife Jasmine, seorang penulis novel romansa. Hingga suatu hari ia terlibat kerja sama dengan Aoife dalam proyek ulang tahun galeri seni milik sahabat Aoife. Momen itu membuat hubungan Abimelech dan Aoife menjadi dekat namun Aoif...