Chapter 23: Work Date.

25 5 0
                                    

Chapter 23: Work Date.

"Ketakutan-ketakutan yang belum tentu terjadi."

________

Aoife merengek-rengek minta ikut Abimelech untuk menemui rekan kampus papa Abimelech di salah satu resort tepi pantai hari ini. Tak ada pilihan lain selain mengizinkan kekasihnya itu untuk ikut dengannya dan Aoife juga janji tidak akan menganggu Abimelech saat di sana nanti. Perempuan itu akan duduk terpisah dan fokus menulis novel karena butuh penyegaran pikiran agat tulisannya lebih baik lagi. Sebenarnya, Abimelech tak keberatan sama sekali dengan hal itu hanya saja takut kepergok bahwa sebenarnya ia sangat bucin terhadap kekasihnya oleh rekan papanya.

Apa yang Aoife janjikan memang benar, perempuan itu duduk seorang diri sambil fokus pada layar laptop dengan menghadap pada hamparan pantai yang indah. Perempuan itu sibuk dengan dunianya, pekerjannya dan juga imajinasinya. Udara pantai memang benar-benar membuat otak menjadi segar kembali. Saking sibuknya dengan dunianya, ia seperti tak saling mengenal dengan Abimelech karena tak ada curi-curi pandang sama sekali dengan Abimelech. Seakan tak peduli dengan apa yang kekasihnya itu lakukan dan bicarakan.

Benar-benar definisi fokus pada hidup masing-masing.

Sedangkan Abimelech, berulang kali melirik Aoife yang duduk cukup jauh darinya dan kekasihnya itu benar-benar tak melirik ke arahnya sama sekali. Seakan pusat alam semesta kekasihnya itu ada di dalam laptop. Tapi, benar juga karena dunia kekasihnya itu pasti sedang tertuju pada rangkaian cerita yang sedang di tulis hingga lupa keadaan sekitar dan lupa tentang Abimelech sang kekasih.

"Papa kamu bilang, kamu akan mengikuti seminar di Spore," tanya pak Lanin selaku wakil Direktur perusahaan pangan Nasional.

Abimelech mengangguk. "Benar om karena saya butuh banyak belajar untuk mengelola perusahaan nantinya. Maka dari itu, saya di minta untuk banyak belajar ke om sama papa."

Pak Lanin tertawa mendengarnya. Wajah pria yang berusia sama dengan papa Abimelech itu terlihat begitu tersanjung dengan apa yang Abimelech katakan barusan. "Jika belajar dari saya, kamu harus benar-benar bisa sukses kalo tidak sukses, saya merasa gagal menjadi guru," gurau pak Lanin yang membuat Abimelech tersenyum.

"Saya akan belajar semaksimal mungkin dan akan menjadi murid yang membanggakan," jawab Abimelech dengan penuh optimisme dan di akhiri senyum indah sebagai wujud kepercayaan dirinya.

"Selama ini saya hanya tau tentang lukisan dan," Rasanya tercekat saat akan mengatakan baseball karena hatinya begitu nyeri.

"Baseball, right." Pak Lanin yang melanjutkan kata tercekat Abimelech dengan senyum menenangkan. Seoalah pria itu tau tentang apa yang dirasakan oleh Abimelech.

Abimelech mengangguk pelan lalu mengambil gelas berisi Latte yang masih hangat dan menyeruput Latte itu satu teguk. "Apa papa masih sering bercerita pada om tentang saya," tanya Abimelech dengan tangan yang masih memegang cangkir berisi Latte.

Pak Lanin tertawa renyah mendengar pertanyaan dari Abimelech. "Jika kami terlalu lelah dan malas untuk mengobrol seputar ekonomi, bisnis dan politik, kami membahas keluarga. Terutama anak-anak. Topik membahas tentang anak-anak adalah topik paling seru dan kita sampai lupa bahwa anak-anak sudah beranjak dewasa namun kita masih menganggapnya seperti bayi kecil yang mengemaskan."

Abimelech baru tau jika dalam obrolan bapak-bapak mereka membahas tentang anak masing-masing. Ia kira hanya ibu-ibu yang seperti itu lalu membandingkan anak mereka serta pamer kehebatan anak mereka. Ternyata bapak-bapak juga sama hanya saja mungkin cara pembahasan mereka berbeda dengan para ibu.

"Barusan papa kamu kirim pesan, katanya kamu ke sini sama calon mantunya. Kok saya cuma lihat kamu," tanya pak Lanin tiba-tiba setelah membaca pesan masuk dari papa Abimelech.

What's on December [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang