Chapter 16: Ini tentang mereka.

29 9 4
                                    

Chapter 16: Ini tentang mereka.

"Dari mereka yang tak banyak diketahui oleh orang lain."

_______

Abimelech, remaja yang sangat ingin menjadi seorang atlit baseball, oleh karena itu ia terus berlatih baseball dengan penuh semangat. Bahkan ia telah lolos seleksi untuk menjadi pemain timnas baseball junior. Namun sayang, ia harus melepas cita-cita yang baru saja ia injak itu karena permintaan kedua orang tuanya yang tak ingin Abimelech menjadi atlit karena tak ada masa depan cerah bila Abimelech menjadi atlit. Abimelech harus ingat jika ada masa depan lainnya yang sangat cerah dan itu telah menunggu untuk Abimelech jalankan.

Ya, meneruskan usaha kedua orang tuanya. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang frozen food. Produk makanan itu di ekspor ke beberapa negara di Asia. Tak ada lagi yang akan mewarisi perusahaan itu selain Abimelech karena Abimelech adalah anak tunggal setelah adiknya meninggal saat di dalam kandungan karena mamanya mengalami kecelakaan saat liburan ke Bali. Kejadian itu tak bisa Abimelech lupakan karena ia hampir saja kehilangan mamanya juga. Jadi, karena tak ingin sesuatu yang buruk menyakiti hati kedua orang tuanya, Abimelech pun mengalah dan memilih untuk menurut pada kedua orang tuanya.

"Maafkan kami yang melarang kamu untuk menjadi atlit. Ini demi masa depan kamu dan juga usaha keluarga kita. Sebagai gantinya, kamu bisa menjadi seorang pelukis karena ayah lihat kamu juga sangat berbakat dalam melukis."

Abimelech masih ingat dengan apa yang ayahnya katakan dulu dan ya, kedua orang tuanya mendukungnya untuk menjadi seorang pelukis karena pelukis merupakan pekerja lepas. Agar Abimelech bisa untuk bekerja di perusahaan untuk berlatih sebelum perusahaan itu di kelola oleh Abimelech sepenuhnya.

Ada satu alasan dari mamanya yang membuat Abimelech menangis hingga berhari-hari. Kata yang Abimelech tak sengaja dengar saat malam hari setelah ia di terima menjadi pemain baseball junior timnas. Kata yang membuat Abimelech harus tetap terlihat baik-baik saja saat menerima keputusan kedua orang tuanya. Ini semua demi mama dan baktinya pada kedua orang tua.

"Kalo Abimelech jadi atlit, mama akan jarang ketemu dia, pa. Mama juga takut Abimelech kenapa-napa karena latihan seorang atlit itu keras dan kalo ada apa-apa, siapa yang mau bertanggung jawab. Mama gak mau kehilangan Abimelech juga, pa. Mama gak mau kehilangan anak lagi."

Memang tak sengaja menguping pembicaraan orang tua saat malam hari terkadang membuat hati sedih, terutama bila itu menyangkut tentang diri kita.

Jadi, alasan terbesar orang tua Abimelech tak mengizinkan Abimelech untuk menjadi seorang atlit karena tak mau jauh dan takut kehilangan Abimelech. Meski hatinya hancur karena cita-citanya harus terhenti begitu saja bahkan sebelum ia mulai tapi Abimelech tetap bersyukur karena mempunyai orang tua yang begitu menyayanginya.

Orang tuanya juga memberikan Abimelech kelonggaran, yaitu boleh bermain baseball bersama teman-temannya sebagai ganti dilarang untuk menjadi atlit baseball. Ya, inilah orang tua Abimelech. Bila orang tua di luar sana bangga saat anak mereka menjadi atlit tapi tidak dengan orang tua Abimelech. Mungkin rasa bangga itu ada dan sangat bangga tapi rasa takut untuk kehilangan seorang anak jauh lebih besar. Mereka tak mau Abimelech hidup keras dan susah karena menjadi seorang atlit. Lebih baik Abimelech meneruskan usaha keluarga, menjadi pelukis dan sesekali bermain baseball bersama teman-temannya. Itu jauh lebih melegakan batin orang tuanya.

"Kalo misal kamu udah nikah, masa orang tua kamu bakal ngelarang kamu buat keluar dari rumah dan tinggal bareng sama istri di rumah orang tua," tanya Dandi waktu mereka berusia dua puluh tiga tahun.

Abimelech mengidikan bahu. "Anak tunggal jadi kayaknya bakal tetap stay di rumah orang tua sama istri."

Dandi melihat Abimelech dengan menaikan satu bibirnya ke atas. "Gak seru kalo rumah tangga tetap tinggal sama orang tua karena gak bisa bebas."

What's on December [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang