What's on December [TAMAT]

Chapter 10: Abstraksionisme.

Chapter 10: Abstraksionisme.

"Lukisan abstrak itu terlihat misterius karena tak selamanya warna cerah melambangkan kebahagiaan pelukisnya. Bisa jadi itu cara mereka menyembunyikan kesedihannya."

_______

Abimelech dan Aoife berdiri di depan lukisan aliran surealisme. Lukisan yang menurut mereka bisa membawa mereka ke dalam rana fantasi yang selama ini sering datang dalam mimpi setiap tidurnya. Lukisan itu mengandung magnet yang sangat kuat, sangat pas bila dipajang di galeri seni X² tapi sayangnya lukisan ini sudah menjadi bagian dari galeri seni Senlrk. Mereka terus memandang satu demi satu lukisan dan imajinasi mereka mencoba untuk menerka makna yang di sampaikan oleh pelukis aliran surealisme itu. Apa yang terlukis begitu ambigu dengan alur yang meloncat-loncat, benar-benar seperti dunia mimpi.

Langkah mereka terhenti di sebuah lukisan abstrak, lukisan yang di poles oleh warna-warna nude. Aoife mengajak Abimelech untuk duduk di bangku yang menghadap lukisan tersebut. Sepertinya, lukisan itu menjadi senter dalam galeri ini dan mereka menatap lukisan itu seoalah mencari apa arti dari lukisan tersebut. Terutama Aoife, perempuan itu sampai browsing di internet tentang arti dari warna nude dan membuat spekulasi arti dari lukisan tersebut. Sedangkan Abimelech, memandang Aoife dalam diam dan senyum, senyum yang tak ia sadari.

"Bagaimana menurut kamu tentang lukisan abstrak sebagai pelukis lukisan abstrak," tanya Aoife pada Abimelech sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas selempang.

"Lukisan abstrak itu terlihat misterius karena tak selamanya warna cerah melambangkan kebahagiaan pelukisnya. Bisa jadi itu cara mereka menyembunyikan kesedihannya," jawab Abimelech dan jawaban itu menyita perhatian Aoife dan membuat perempuan itu menoleh untuk melihat wajah Abimelech.

"Kamu tau, saat aku bertanya pada mbak Aofha, apa arti lukisan pointilisme menurut sudut pandangnya. Dia menjawab, pointilisme adalah lukisan yang menggambarkan hidup manusia yang di awali oleh titik kecil kemudian menjadi sebuah gambar kehidupan manusia. Awalnya aku tak mengerti namun saat aku beranjak dewasa, aku paham," lanjut Aoife dan beralih menatap lukisan abstrak berwana nude itu. "Sekeras apa pun kita menyelami pemikiran dan imajinasi seseorang, kita tak akan sanggup karena setiap orang memiliki keunikan sendiri. Begitu pula dengan kehidupan, kita tak bisa hanya mengambil dari satu sudut mata kita saja karena kita bisa salah tafsir."

"Intinya, ada pada pelajaran biologi dan filsafat kehidupan." Aoife mengakhirinya dengan tersenyum singkat.

Abimelech yang awalnya begitu serius mendengar tiba-tiba ingin tertawa karena bagaimana bisa Aofha memiliki pemikiran seperti itu tapi apa yang Aofha katakan itu benar adanya. Dan yang membuat Abimelech tertawa pelan dan renyah adalah inti yang Aoife katakan. Biologi dan filsafat kehidupan. Sungguh ia benar-benar ingin tertawa keras sekarang namun ia tahan.

Aoife juga menahan tawanya dan saling pandang dengan Abimelech. "Jika mbak Aofha melihat kita menertawakanya, pasti dia akan bilang bahwa kita tak menghargai imajinasinya."

"Tidak semua orang akan paham dengan ini, sungguh." Abimelech tetap tertawa dan ia bersyukur otaknya tak terlalu bodoh untuk bisa mencerna apa yang Aoife ceritakan tadi tentang arti lukisan pointilisme dari sudut pandang Aofha.

"Awalnya, dia suka hujan saat kecil dan ingin melukis seperti buliran hujan dan akhirnya dia belajar tentang seni lukis dan lebih tertarik pada aliran pointilisme. Entah kenapa dia sampai berpikir ke sana. Tapi, dia memang anak IPA dan masuk fakultas Bioteknologi. Tapi, tetap tidak nyambung kan dengan sudut pandang lukisan pointilisme di matanya."

Abimelech berdiri dari duduknya dan mengajak Aoife untuk berdiri juga. "Seperti yang kamu katakan tadi, kita tidak bisa menyelami atau pun memahami imajinasi seseorang." Abimelech mengatakannya sambil menahan tawa. Sungguh, ternyata Aoife dapat membuat pikirannya berkelana kemana-mana.