Chapter 18: Trampoline.

30 7 6
                                    

Chapter 18: Trampoline.

"Haruskah berterima kasih pada masa lalunya yang buruk karena masa lalu yang buruk itu telah menyatukan kita di masa ini."


_______

Melihat tawa riang Aoife saat meloncat-loncat kegirangan membuat Abimelech ingin membalas dendam pada Ibam. Abimelech ingin terus melihat senyum itu dan tak mau senyum bahagia itu luntur akan kedatangan Ibam dalam hidup Aoife lagi. Terlebih, Ibam tidak tau diri karena berusaha untuk mengusik hidup Aoife padahal sudah memiliki kekasih. Seharusnya, Ibam tau diri dan tau posisinya. Aoife milik Abimelech dan Ibam milik perempuan lain. Jadi, seharusnya Ibam bisa menerima kenyataan akan Aoife yang telah bangkit bukan mencoba untuk mencari celah.

Sampai sini, Abimelech tak paham tentang apa tujuan Ibam mendekati Aoife dengan status Ibam telah menjadi kekasih perempuan lain. Bahkan, Ibam tak tau malu dengan menganggu Aoife saat Abimelech berada di samping Aoife. Sebenarnya, apa tujuan Ibam.

Bum,

Tubuh Abimelech terjungkal karena di dorong oleh Aoife. Tak lama, tubuh Aoife ikut terjatuh di samping tubuh Abimelech. Tubuh mereka berada di antara dadu warna-warni. Jari mereka bersentuhan dan menciptakan gelenyar aneh dalam tubuh Abimelech hingga pria itu tersadar lalu berdiri dan ia melihat tubuh Aoife yang masih berada di antara dadu warna-warni dengan jantung berdebar kencang. Rasa terkejut bercampur gelenyar aneh yang hadir untuk kali pertama dalam tubuh Abimelech. Abimelech menggelengkan kepala kemudian berusaha sangat keras untuk menyingkirkan gelenyar aneh itu dengan meraih tubuh Aoife agar perempuannya itu bangkit dari tidurnya di antara dadu warna-warni.

Kedua mata mereka bertemu. Rasanya jantung Abimelech kembali berdebar saat melihat kedua mata Aoife yang memancarkan sinar kebahagiaan. Abimelech merasa terseret masuk dalam tatapan mata Aoife hingga lututnya terasa seperti jelly. Bibir Abimelech terbuka sedikit untuk mengambil pasokan oksigen karena mengandalkan hidung saja rasanya belum cukup. Secara refleks, Abimelech menarik tubuh Aoife ke dalam pelukannya hingga kepala Aoife membentur dada bidangnya yang keras karena otot-otot hasil olahraga.

Tanpa memperdulikan situasi dan dimana keberadaan mereka saat ini. Abimelech memeluk Aoife sangat erat dan benar-benar merasa aneh pada dirinya. Ada rasa takut yang tiba-tiba hadir. Ketakutan akan Ibam yang bisa saja berhasil membawa Aoife ke dalam masa lalu dan menjadikan Aoife masa kini dan juga masa depan bagi Ibam. Abimelech tak mau itu semua terjadi karena Aoife miliknya dan Abimelech akan melakukan apa pun untuk membuat Aoife nyaman dan tetap bersamanya.

"Boo, kita bisa di lihatin anak-anak kecil dan mendapat teguran dari orang tua mereka nantinya." Aoife berujar sedikit keras namun terdengar pelan karena wajah Aoife masih tenggelam dalam dada bidang Abimelech yang basah akan keringat.

Dengan berat hati, Abimelech melepaskan pelukannya dan menunduk agar dapat menatap wajah Aoife yang basah akan keringat perempuan itu serta keringatnya. "Can i talk something deep with you?"

Aoife menatap Abimelech penuh tanya. Kedua mata perempuan itu menangkap ada sesuatu yang menganggu Abimelech sehingga prianya itu bersikap demikian. "Sure!"

Telapak tangan kanan Abimelech meraih telapak tangan Aoife. Mereka berjalan keluar dari kumpulan dadu warna-warni menuju dekat pintu keluar area trampolin.

Abimelech mengajak untuk duduk dan Aoife menurut. Saat duduk di hadapan Abimelech seperti ini, membuat Aoife engan untuk memandang hal lainnya karena ada wajah rupawan Abimelech yang sangat sayang bila diabaikan. Wajah dengan hidung mancung lurus, mata sipit, bibir merah mudah tipis dengan rahang keras hasil tempaan olahraga rutin. Alis Abimelech terlihat sangat sexy dan Aoife sangat menyukai alis Abimelech.

What's on December [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang