Chapter 8: Warna.

40 10 2
                                    

Chapter 8: Warna.

"Mengoresekan berbagai warna dapat memperbaiki suasana hati yang suram menjadi bahagia."

_________

Abimelech memarkirkan mobilnya di depan toko milik keluarga Aoife. Ia memang pelanggan tetap di toko ini dan kedatangannya ke toko ini memang murni untuk membeli cat lukis karena miliknya sudah hampir habis jadi ia harus memiliki simpanan cat agar tak menganggu pekerjanya saat melukis nanti bila kehabisan cat. Ia tak kunjung keluar dari dalam mobil dan tetap duduk di balik kursi kemudi dengan mengingat masa lalunya. Masa lalunya yang begitu singkat seperti sapuan kuas pada kanvas namun serasa masih berada di masa itu hingga kini. Ia masih belum bisa melepaskan masa lalu itu karena ia begitu menyukainya hingga tak sanggup melupakannya bahkan, ia masih tetap berjalan di atas masa lalu itu setiap dua minggu sekali.

Dulu ia begitu ingin menjadi seorang pemain baseball dan banyak yang memujinya pemain baseball yang sangat berbakat. Ia sempat ikut seleksi menjadi pemain klub baseball junior tapi saat ia sudah lolos dan di terima menjadi pemain baseball klub junior tersebut. Ia harus keluar dan berhenti bermain baseball meski hatinya sangat patah. Ia mengalami patah hati saat usianya empat belas tahun ketika impiannya menjadi seorang pemain baseball terpaksa harus berakhir. Hidupnya, mimpinya dan harapannya musnah saat itu juga.

Saat itu, ia berjalan seorang diri dengan hati yang patah dan melewati toko perlengkapan tulis ini. Hatinya yang patah itu tergerak untuk memasuki toko dan akan membeli apa pun yang menurutnya menarik. Ketika berada di dalam toko, ia tertarik dengan cat lukis yang beraneka warna itu dan ia pun membeli semua warna cat lukis tersebut. Sesampainya di rumah, ia mulai menyalurkan hobinya, yaitu melukis aliran abstrak. Dalam goresan warna-warna itulah ia menemukan kebahagiaannya dan saat itu jugalah ia kembali mendapatkan semangat untuk hidup. Hatinya yang patah pun mulai sedikit sembuh akan warna-warna itu.

Warna yang terlihat seperti ungkapan dari berbagai ekspresi yang tersembunyi, membuat lukisan itu terlihat seperti ungkapan penyemangat bagi hati yang patah dan bagi orang yang kehilangan harap. Menjadi seorang pelukis adalah harapan baru serta kehidupan baru bagi Abimelech setelah mengalami patah semangat hingga hilang arah. Melukis adalah kehidupan bagi Abimelech maka dari itu ia akan tetap melukis sampai kapan pun karena melukis adalah kehidupan.

Ia menggelengkan kepala keras kemudian menghapus air mata yang turun dari pelupuk matanya sebelum keluar dari mobil. Rasanya memang menyiksa saat tak bisa lepas dari masa lalu dan harus hidup berdampingan dengan masa lalu itu. Jika ditanya, apa dia menyesal tentu saja dia akan menjawab tidak karena itu adalah pilihan yang sudah ia buat sendiri. Tapi, bila boleh jujur, tidak menyesal itu adalah egonya. Yang sejujurnya, ia menyesal dan ia tak mau menyalahkan siapa pun karena ia tak mau menyakiti hati siapa pun, cukup hatinya yang terluka.

"Selamat sore, selamat datang," ucap Aoife pada Abimelech yang memasuki toko dan itu membuat Abimelech tersenyum saat melihat perempuan yang ia sukai itu berdiri di balik meja kasir.

Abimelech berjalan menghampiri Aoife. "Keinginan ku untuk melihat anak pemilik toko menjadi seorang kasir terwujud," ledek Abimelech puas karena keinginannya yang Aoife bilang tak akan terwujud itu kini terwujud.

"Ya, menjilat ludah sendiri memang hal yang menjijikkan tapi aku melakukannya demi bakti terhadap orang tua," balas Aoife dengan senyum di setiap kalimat yang terucap.

Entah kenapa, rasanya Aoife seperti menyindir dirinya. Ia pun hanya sanggup untuk mengidikan bahu kemudian mengambil keranjang belanjaan dan memberi kode kepada Aoife bahwa ia akan menuju rak tempat cat lukis dipajang. Ia mengembuskan napas dan berjalan dengan langkah gontai. Memang ucapan Aoife barusan bukan menyindirnya namun itu terasa menohok hati padahal perempuan itu tak membicarakannya melainkan dirinya sendiri.

What's on December [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang