Tiara keluar dari kamarnya pagi sekali, ia selalu menghindar untuk bertemu dengan papanya, ia malas jika harus berdebat dengan papanya
"Mau kemana sayang?" Tanya rina saat melihat tiara keluar dari kamarnya
"Mau pergi ma" ucap tiara sambil menghampiri mamanya yang berada di dapur
"Sama raihan?" Tanya rina, tiara hanya tersenyum
"Gak makan dulu?" Tanya rina, tiara menggeleng
"Gausah ma nanti beli aja" ucap tiara
"Yaudah, kamu hati-hati, jangan pulang terlalu malam" ucap rina
"Siap mama cantik" ucap tiara
Rina hanya tersenyum melihat tingkah anaknya, ia senang tiara sudah kembali menjadi tiara yang dulu, meskipun ia tau masih ada kesedihan yang selalu ia simpan sendiri, setidaknya anaknya itu sudah tidak terpuruk lagi
"Tiara" langkah tiara terhenti, dia salah, ternyata papanya dengan sengaja menunggunya di ruang tamu
"Papa mau bicara" ucap surya
"Kenapa pa?" Tanya tiara
"Duduk" titah surya
"Kamu sudah lama berhubungan dengan raihan, papa mau kamu dan raihan secepatnya bertunangan" ucap surya
"Pa aku masih kuliah, aku mau fokus kuliah pa" ucap tiara, itu hanya alasannya saja, dia tidak bisa dengan tiba-tiba harus bertunangan dengan raihan, memang benar, di mata papanya tiara dan raihan sudah dekat sejak lama, tapi baru saja beberapa hari yang lalu dia resmi menjadi kekasih raihan, itu pun masih perlu waktu untuk tiara
"Hanya tunangan! Apa susahnya? Toh kamu dan raihan sudah lama dekat" kekeh surya
"Di sini aku pa yang ngejalanin, kenapa papa yang selalu atur semuanya, kenapa gak papa aja yang tunangan kalua semuanya itu keputusan papa tanpa aku ada hak buat bicara!" Ucap tiara
"Jangan kurang ajar kamu tiara!" Ucap surya sambil berdiri dan menunjuk tiara dengan telunjuknya
"Kenapa pa? Salah aku dimana? Kenapa aku gak pernah bisa nentuin hidup aku sendiri?" Tanya tiara dengan suara yang sedikit serak menahan tangis
"Ini yang terbaik buat kamu! Jangan sekali-kali membantah ucapan papa!" Tegas surya
Tanpa peduli tiara, surya pergi begitu saja, hatinya benar-benar keras, bahkan tidak bisa luluh dengan air mata anak gadis semata wayangnya
Tiara segera pergi, tujuannya saat ini adalah rumah pohon, iya, dia berbohong pada mamanya, hari ini dia tidak ada janji dengan raihan, dia hanya ingin sendiri hari ini, itu alasannya dia memilih rumah pohon untuk menyendiri
Tiara menatap lukisan yang ada di rumah pohon itu, lukisan itu, lukisan dirinya dan anrez, sudah pasti anrezlah pelukisnya, tiara mengambil secarik kertas yang ada tepat di samping lukisan itu
Hai princess, capten mau ngomong dong
Aku tau ra, kamu pasti ke sini, itu kenapa aku tulis surat ini buat kamuRa aku mohon kasih kesempatan aku buat jelasin semuanya, aku punya alasan kenapa aku menghilangkan selama ini, ini bukan mau aku ra, tapi keadaan yang membuat aku ngelakuin ini
Aku terluka ra, meskipun aku tau, kamu jauh lebih terluka, tapi satu yang aku pengen, kasih aku waktu buat jelasin semuanya, banyak hal yang belum kamu tau tentang aku 3 tahun ini, banyak kejadian yang udah terjadi, ra
Aku gak bisa jelasin lewat kertas ini, gak akan cukup ra, tapi aku tau kamu butuh waktu, dan aku sadar kamu udah milik orang lain, raihan
Aku gak akan maksa kamu buat milih aku ra, karena aku tau kita gak pernah ada hubungan apapun kecuali sahabat, kalau memang nanti akhirnya kamu memilih raihan, aku akan coba ikhlas buat kamu
