49💟

496 54 6
                                    

Suasana canggung terlihat diantara dua anak adam dan hawa ini. Jeno sudah merelakan renjun untuk jaemin, karena memang dari awal adalah miliknya. Meskipun jauh di dalam hatinya, ia masih sangat mencintai renjun.

Berkat masukan dari taeyong, jeno semakin bersikap lebih dewasa dan menerima semuanya.

"Bagaimana kabarmu?"

Renjun sontak langsung terkejut, jeno mau berbicara padanya. Ia terlihat senang akhirnya jeno melihat bahwa ada renjun disini.

"Aku baik, bagaimana denganmu?"

"Kau bisa lihat sendiri, aku juga baik".

Mereka hanya saling bertatap sesekali. Jeno bingung harus bagaimana bersikap mengingat renjun datang kesini bersama kekasihnya, choi jaemin. Ia tak ingin membuat jaemin salah paham.

"Jika kau tak nyaman dengan keberadaan ku, aku bisa pergi sekarang". Ucap jeno memecah suasana canggung yang terjadi.

"Aku juga tamu disini, dan aku tak berhak mengusir siapapun".

"Kalau begitu aku akan membantu mark saja".

"Sudahlah kau disini saja. Apa kau tak lelah berjalan dengan penyangga seperti itu? Aku tidak keberatan kau disini". Balas renjun yang sedikit khawatir dengan keadaan jeno.

Jeno pun menurut perkataan renjun. Ia tetap berada di meja taman bersama renjun seorang.

"Kapan kau akan berangkat?"

"Mungkin lusa, karena papa ku masih ada sedikit urusan disini.

Lalu apa kalian akan menikah setelah lulus sekolah?"

"Ya, mungkin saja. Semudah itukah kau bertanya tentang hal itu?" Balas renjun disertai isi hatinya. Renjun perlahan sudah memaafkan jeno. Hanya saja ia sedikit gengsi untuk memberitahunya.

"Kalau begitu selamat ya. Mungkin nanti aku tak bisa datang ke pernikahanmu. Tapi aku pastikan akan mendoakan kebahagian kalian. Semoga kau selalu bahagia renjun~ah meskipun bukan bersamaku".

"Ya terima kasih. Kenapa kau malah memberiku selamat? Kenapa kau tak bertanya apa aku masih mencintaimu?"

Renjun dan jeno sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Sekarang kita beralih kepada haechan dan jaemin yang sedang berada di dapur milik keluarga byun.

"Bagaimana? Apa rasanya sudah pas?"

"Hmm ini enak, tapi ini terlalu pedas untuk yangyang. Bisakah kau menambah kecap sedikit untuk yang ini?"

"Hah? Yangyang? Sejak kapan kau tahu yangyang tak suka pedas?". Tanya haechan heran. Pasalnya selama ini hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahui hal ini. Seingat haechan, dia tak pernah memberitahu siapapun tentang hal itu, apalagi kepada jaemin.

"Huh? Maksudku renjun pernah bercerita bahwa diantara kalian bertiga hanya ada satu orang yang tak tahan pedas. Aku hanya menebak bahwa yangyang orangnya". Balas jaemin panik dan sedikit berbohong.

"Benarkah? Renjun yang bilang?"

"Yeah aku pernah mendengar darinya".

"Bilang saja sekarang di otakmu kau hanya memikirkan yangyang. Dasar jaemin pabbo".

Jaemin melanjutkan kesibukannya membuat bumbu makanan untuk mereka. Sedangkan haechan sendiri sedang senyam senyum tak jelas.

"Jaem..."

"Huh?"

"Apa kau sudah menemukan jenny?"

Jaemin langsung berhenti sejenak dari kegiatannya. Ia jadi teringat dengan kata-kata yangyang. "Wae? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang