Tiga

661 43 0
                                    

Suara kicauan burung seolah menyambut pagi milik Diana. Merentangkan tubuhnya sekilas sebelum dirinya bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Dengan penampilan khas orang yang baru saja bangun tidur, Diana memperhatikan pantulan dirinya dari cermin.

Bibirnya mencebik ketika melihat tidak ada yang salah dari wajahnya. Semuanya tampak mulus tanpa ada jerawat ataupun komedo. Bahkan matanya pun bersinar terang dengan warna cokelat yang tampak indah. Hanya rambutnya yang terlihat kusut dan tidak beraturan.

"Apa mungkin kesalahannya itu ada di sikap gue selama ini?" Monolognya pada cermin.

Jujur saja, terkadang terselip rasa sedih di hatinya ketika melihat teman-teman dapat menemukan cinta mereka dengan mudah sementara dirinya tidak. Ini bukan jenis perasaan iri, Diana pikir tidak mungkin juga selamanya dia terus sendiri. Meski kini dirinya masih muda, akan tetapi masa dimana dia membutuhkan teman hidup pasti akan segera datang.

Dia tidak mungkin terus menerus merepotkan keluarganya. Bukan mendoakan, tapi setiap orang pasti akan pergi dan Diana tidak ingin ketika masa itu datang menghampirinya, dia hanya bisa menangis seorang diri. Setidaknya dia butuh orang yang mampu menjadi sandarannya ketika dia lelah dan sedih. Ataupun seseorang yang mau membagi hal bahagia dengan dirinya.

Diana membasuh wajahnya dengan air kemudian kembali memperhatikan wajahnya di cermin. Helaan napas kembali terdengar dari bibirnya.

"Bukannya jodoh itu bakal dateng sendiri ya?" Gumamnya. Tangannya terangkat dan menyelipkan anak rambutnya ke telinga.

"Apa sekarang waktunya gue istirahat? Toh nanti orang yang dinanti bakal dateng sendiri."

Diana tersenyum sekilas sembari mengangguk. Ini waktunya untuk dia beristirahat. Diana akan memberitahu teman-teman untuk menyudahi misi pencarian jodoh ini. Semoga saja mereka mengerti dan tidak ada kesalahpahaman apapun.

-----

"Apa? Kok lo tiba-tiba kayak gini sih, Na?" Tanya Sasa.

Diana mengambil botol minum di belakang ponselnya. Meneguk airnya menggunakan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang ponselnya untuk tetap dalam posisi tegak. Ya, saat ini disela jam makan siangnya, Diana menyempatkan diri untuk melakukan panggilan video dengan ketiga temannya.

"Gue mulai capek, Sa. Bukan berhenti kok cuma buat sementara aja. Gue mau istirahat, gue ngerasa waktu buat keluarga jadi berkurang karena misi pencarian jodoh ini." Jelas Diana sembari tertawa kecil diakhir kalimatnya.

"Yah.. kalo itu mau lo, kita enggak bisa maksa sih, Na." Ujar Riri.

"Iya, sih. Sayang banget ya, padahal gue mau ngenalin lo ke sepupu ipar gue." Ujar Dewi dengan sedih.

"Maaf ya, Wi. Mungkin dilain waktu bisa, tapi kalo buat sekarang gue lagi nggak minat cari cowok dulu."

"Jangan bilang alasan lo kayak gini karna kejadian kemarin?" Tanya Sasa.

Diana menghela napasnya, meski itu termasuk salah satu alasannya, tapi tidak sepenuhnya karena kejadian kemarin. Diana hanya ingin mengistirahatkan pikirannya dari segala macam rasa tidak percaya diri yang menderanya. Tentu saja, tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun pasti akan membuat seseorang merasa insecure.

Kejadian kemarin hanya memperkuat alasan Diana untuk menghentikan misi aneh ini untuk sementara waktu. Alasan terkuatnya adalah karena ingin menghabiskan waktu bersama ayah dan ibunya dan juga agar tidak lagi menggangu waktu mereka bersama keluarganya masing-masing.

Tentu Diana merasa tidak enak pada pasangan teman-temannya itu. Siapa yang mau diganggu waktu bersama keluarga setelah selama seminggu sibuk bekerja? Diana rasa dalam hati mereka juga merasa terganggu meski tidak mengatakannya secara langsung.

Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang