“Kak Ana, tolong potongin dagingnya.” Pinta Radith.
“Oke sini, Kak Ana potongin.” Ujar Diana dengan semangat.
Tangannya bergerak cepat memotong kecil steak daging tersebut agar Radith bisa segera memakannya. Bibirnya tersenyum kala melihat anak laki-laki yang tadi tengah merajuk itu makan dengan lahapnya. Tingkah Radith yang lebih dewasa ketimbang anak-anak lainnya itu membuat Diana dan Keano terkejut.
Bagaimana tidak, bocah itu yang lebih dulu mengulurkan tangan kanannya dan meminta maaf tadi. Sesuatu yang jarang sekali terjadi pada anak seusianya. Perasaan bangga ini, Diana menyukainya.
Mengiris kecil steaknya, wanita pengoleksi parfum itu menatap penuh binar pada Keano yang tengah tersenyum. Ini enak sekali, bahkan lebih enak dari yang mereka makan saat itu.
“Enak gak?” Tanya pria itu.
“Enak banget. Saya suka sama rasa sausnya.” Jawab Diana sembari menutup mulutnya. “Liat, Radith aja sampe anteng gitu makannya.”
Keano menoleh ke arah Radith yang duduk di sampingnya kemudian mengacak pelan rambut anak itu. “Makannya pelan-pelan, Radith.” Ujarnya.
Tertawa pelan, Diana menyukai interaksi di antara Keano dan juga Radith. Tidak dibuat-buat, pria itu memang terlihat penyayang pada anak kecil. Ini merupakan salah satu point lebih Keano di mata dirinya yang menyukai anak-anak.
Mengalihkan pandangan ke sekeliling restoran, mata Diana terpaku ke satu titik. Begitu sadar akan apa yang dilihatnya, wanita itu terbatuk dengan keras hingga wajahnya memerah.
“Diana, kamu kenapa?” Panik Keano sembari mengulurkan segelas air.
Menepuk-nepuk pelan dadanya, Diana meminum air tersebut dengan cepat kemudian berujar dengan sulit. “Ada istri pak Keano!”
Tangan Keano yang hendak memberikan selembar tisu menggantung di udara. Ia tidak salah dengar, kan? Menggelengkan pelan kepalanya, pria yang beda satu tahun dengan Diana itu menarik napas panjang dengan raut wajah yang terlihat putus asa.
“Diana.” Panggilnya dengan lembut. “Saya belum nikah. Cewek itu temen kuliah saya.” Jelasnya dengan penuh kesabaran.
“Keano, lo disini.” Ujar ibu muda yang waktu itu satu lift dengan Diana.
Menutup mulutnya, Diana kagum dengan suara lembut wanita itu yang berbeda jauh dengan suara cemprengnya. Belum lagi ibu muda ini memiliki wajah yang cantik dan gesture yang anggun sekali. Ah, kalau begitu ia tahu bagaimana rumor itu bisa muncul. Tampan dan cantik, perpaduan yang cocok sekali.
Mengalihkan tatapan, Diana mengernyitkan kening melihat anak laki-laki yang tengah digendong oleh wanita itu. Jika diperhatikan dari dekat seperti ini, ia merasa pernah melihat anak itu sebelum kejadian di lift. Tapi kapan tepatnya ya?
Satu detik, dua detik, tiga detik. Ah, anak ini adalah anak yang tertangkap kamera ponselnya bersama Keano saat di restoran Korea malam itu.
“Kamu lagi mikirin apa, Diana?” Tanya Keano dengan nada curiga.
Tersenyum manis, Diana menggelengkan kepalanya. “Gak mikirin apa-apa, Pak.” Ujarnya dengan cepat. “Silahkan duduk, mbak.”
“Oh gak usah, makasih. Saya lagi nungguin suami saya jemput.” Ujar wanita itu dengan ramah.
Keano menatap Diana. “Tuh denger kan dia udah punya suami.” Ujarnya dengan nada serius.
“Diana, dia temen kuliah saya namanya Reina. Dia udah nikah dan udah punya anak juga.”
“Sayang!”
Perhatian mereka bertiga teralihkan pada seorang pria yang berjalan menghampiri meja sembari tersenyum manis. Diana mengalihkan pandangannya, ibu muda yang bernama Reina itu juga tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos
RomanceBagi Diana kemunculan kembali Keano adalah bentuk kesialan sekaligus keberuntungan dalam hidupnya. Rasa bersalah karena sudah menorehkan luka dan membuat malu pria itu, membuat Diana kini secara tidak sadar selalu memperhatikan Keano. Ia bukanlah pe...