Empat

571 41 0
                                    

At home, 8.00 p.m

Diana mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel dari nakas di sisi ranjangnya. Membuka kuncinya kemudian jarinya membuka aplikasi khusus untuk mendownload. Dengan lincah, jemarinya mengetikan nama aplikasi yang dia cari. Bibirnya tersenyum kecil ketika akhirnya aplikasi yang dia cari muncul pada layar.

"Oh, ini wayv. Baca ulasan dulu sebelum download." Gumamnya.

Keningnya mengernyit, sudah lama tidak berkunjung ke playstore, Diana sedikit terkejut dengan ulasan yang ditampilkan. Hampir semuanya mengatakan kata yang sama dan ya Diana tidak terlalu mengerti maksudnya. Kepalanya menggeleng pelan, yang terpenting itu adalah rating aplikasi tersebut menunjuk ke arah yang memuaskan para penggunanya.

Setelah tiga menit menunggu, Diana membuka aplikasi tersebut dan mulai membaca pertanyaan yang harus dirinya isi nanti. "Hmm, apa ini? Ada nama lengkap, nomor NIK sama alamat juga." Diana bermonolog.

Menghela napasnya, kemudian tertawa kecil. "Ini mau ngisi identitas diri apa ngelamar kerja sih. Pantesan aja tadi Gina niat ngajarin, orang awal daftar aja udah ribet kayak gini." Ujarnya.

Tangan Diana mulai mengetik, mengisi segala pertanyaan dengan teliti. Keningnya kembali mengernyit ketika melihat kolom yang menyuruhnya untuk menuliskan nama samaran. "Loh katanya sama orang yang nggak dikenal, ini kenapa harus ada nama samarannya?"

Dia terdiam sejenak, memikirkan nama yang cocok untuk dijadikan nama samaran baginya. Bibirnya tersenyum sesaat kemudian. "Moonlight, arti namanya sama kayak nama gue. Tapi.. terlalu alay nggak sih?" Diana kembali bermonolog.

Kepalanya menggeleng kemudian tersenyum kecil. "Nggak lah, banyak yang lebih alay dari itu. Terus sekarang gue harus klik apa ya?"

"Apa ini.. find, search, add, block, report, rules.. oh, ada peraturannya juga toh, pantesan aja kata Gina kemungkinan kecil ada tindak kejahatannya, orang gampang dilacak dari nomor NIK nya."

"Ana.. ada mbak Devi tuh nyariin kamu." Ujar ibunya dari luar kamar.

Diana berdecak pelan sebelum menjawab, "Iya, Ma. Sebentar lagi Ana turun."

Dengan cepat jari Diana menekan kolom find dan mengetik kata sapaan ketika sudah ada lawan chat-nya. Dia kembali berdecak ketika tak kunjung mendapat balasan, tanpa menunggu waktu lagi Diana kembali menaruh ponselnya di atas nakas kemudian menyambungnya dengan charger.

Dia berlari kecil menuju lemari pakaian nya dan mengambil sebuah kaos serta celana panjang. Tentu saja, dia harus menyambut tamunya dengan pakaian yang lebih baik daripada piyama yang dia kenakan saat ini. Menyisir rambutnya sekilas sebelum akhirnya berjalan keluar dari kamarnya.

"Seolah semesta takdirin kita buat ketemu ya.. Halo Moonlight, saya Wolf."

------

Diana berjalan menghampiri wanita yang berbeda tiga tahun darinya itu. Bibirnya tersenyum kecil saat matanya menangkap sebuah map yang ada di atas meja. Itu merupakan kabar baik baginya.

"Mbak, maaf ya lama. Gimana udah ketemu orang yang mau donasi?" Tanya Diana.

Sedikit tersentak, Devi mendelik mendengar pertanyaan Diana. "Kamu tuh kebiasaan suka ngagetin Mbak." Ujarnya sembari menepuk pelan dadanya.

"Alhamdulillah udah, cuma itu mereka mau ketemu sama pengurus yayasan sebelum ngasih cek ke kita." Jelas Devi.

Diana kembali tersenyum. "Ya bagus dong Mbak, berarti mereka mau ikut liat perkembangan yayasan kita, bukan cuma asal ngasih donasi."

Devi menganggukan kepala. "Bagus sih, cuma masalahnya Mbak kan mau izin hari sabtu sama minggu besok. Kamu mah pasti lupa kalo Mbak mau lamaran besok."

Diana menghela napasnya pelan. "Iya, aku lupa Mbak. Aku ucapin selamat dari sekarang deh. Tapi terus itu mereka ketemu sama siapa? Aku mah kan cuma tenaga pengajar, bukan pengurus."

Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang