Tiga Belas

317 30 0
                                    

Diana bersiul di sepanjang langkah kakinya menuju ruang kerja. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang datang juga, hari ini adalah hari gajian. Tidak berhenti tersenyum, akhirnya hari ini Diana dapat membeli parfum yang menjadi incarannya dari bulan lalu. Membayangkan wangi parfum itu menyentuh hidungnya membuat Diana tanpa sadar melompat kegirangan.

“Hu.. hu.. parfum parfum.” Gumamnya dengan gembira.

Duduk di kursinya, Diana mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Mengerutkan kening tidak suka, Diana tetap membaca satu pesan masuk dari David. Diana merengut ketika David mengiriminya pesan yang mengajaknya bertemu malam ini juga. Entah mengapa walaupun belum pasti juga wanita yang semalam dilihatnya adalah kekasih pria ini, namun Diana sudah merasa ilfeel duluan.

Berdecak pelan. “Gue baru tahu kalo dokter punya banyak waktu luang kek gini.” Meski sambil menggerutu, Diana tetap mengiyakan ajakan itu. Ia akan mengakhiri apa yang belum dimulai ini.

Satu notif masuk kembali membuatnya tersenyum. Dengan cepat Diana kembali membuka room chatnya dengan wolf, pria yang belum juga dia ketahui namanya.

Gimana udah gajian belum?

Diana tertawa kecil. Kemarin saking badmood-nya Diana menceritakan soal dirinya yang sangat tidak sabar menunggu gajinya turun. Dan balasan pria itu membuat Diana sedikit terkejut, mereka tidak saling mengenal namun pria itu tidak mencela ataupun berpikiran buruk sama sekali soal curhatannya. Oh.. Diana bahkan tidak perlu merasa waspada karena mereka sama-sama tidak mengetahui dimana tempat kerjanya.


Udah dong:)

Kamu sendiri gimana udah baikan belum sama temenmu?



Berbanding terbalik sama kamu, saya masih belum baikan sama dia.

Gimana ya dianya gak mau ngomong sama saya:’(


Diana berhenti mengetik, berpikir keras apa yang sebaiknya ia tulis untuk menyemangati lawan chatnya ini. Kemarin setelah Diana bercerita, pria itu juga ikut bercerita mengenai dia yang bertengkar dengan temannya. Kira-kira biasanya bagaimana ya cara sesama pria berbaikan?

“Na, lo udah gajian? Kok gaji gue bulan ini cuma setengah ya?”

Diana menoleh menatap Dika yang datang dengan wajah nelangsa. “Masa sih, Mas? Gue enggak tuh, full sama bonus lemburan juga.”

Duduk di kursi di sebelah kubikel Diana yang masih kosong, Dika menjedukkan pelan kepalanya ke meja. “Iya, setengah doang. Ck. mana gue mau ngirim ke emak gue lagi.”

Menepuk-nepuk pelan punggung Dika, berusaha memberikan semangat. “Coba lo tanya bagian keuangan sana, kali aja mereka salah nginput.”

“Sialan, gue inget.” Dika mengumpat secara tiba-tiba. “Kartu atm gue dipegang sama dia. Pantesan aja gue gak ngerasa megang dari kemaren, tiba-tiba pas gue cek m-banking udah tinggal setengah.”

Diana melongo mendengar Dika yang menurutnya bodoh. Bisa-bisanya benda sepenting itu dia berikan pada seorang wanita yang masih berstatus sebagai pacar. Menggeleng pelan, meski mereka berteman Diana tidak akan ikut campur dalam masalah pribadi Dika dan kekasihnya. Dia cukup memberi saran saja.

“Yaudah, lain kali jangan dikasih, Mas.”

“Ana gimana ini, masa gue makan mie lagi sampe bulan depan.” Keluh Dika.

“Yang sabar, gue mah gak bisa minjemin lo, Mas. Gue mau beli parfum bulan ini, tapi kalo buat beliin maksi sekali-kali mah masih bisa lah.” Hibur Diana.

Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang