Tiga Delapan

404 22 0
                                    

Keano memperhatikan Diana yang tertidur selama perjalanan pulang dari acara resepsi pernikahan. Pada akhirnya, ia tidak membiarkan wanita itu untuk pergi berkencan karena hari sudah mulai larut.

Ibunya pernah berkata, selama seorang pria belum menikahi wanita kekasihnya itu artinya wanita itu masih menjadi miliki dan tanggung jawab ayahnya.

Dengan alasan itu pula Keano menolak ajakan kencan Diana. Apalagi kedua orangtua Diana memberbolehkan mereka pergi bersama asalkan tidak pulang terlalu malam.

Dan sejujurnya sekarang sudah hampir pukul setengah sebelas malam, untuk suatu alasan Keano merasa bersalah karena memulangkan wanita itu terlalu malam.

Jika dingat-ingat lagi, pertemuan antara dia dan Diana sangatlah tidak berkesan. Mereka bertemu dengan keadaan wanita itu melanggar peraturan perpustakaan, sebagai anggota aktif perpustakaan Keano seharusnya menegur perbuatan Diana.

Namun seolah tersihir oleh sesuatu, ia hanya diam memperhatikan sampai wanita itu duluan yang  mengajaknya berbicara.

.

Teen’s Love

Keano membetulkan kacamatanya yang turun. Suasana ruang perpustakan jauh lebih sepi dari biasanya yang memang sudah sepi. Keningnya mengernyit ketika mendengar suara langkah kaki yang berjalan di lorong menuju tempatnya duduk saat ini.

Suara itu menghilang, merasa penasaran Keano bangkit dari duduknya untuk memastikan jika itu bukan hantu.

Seorang remaja perempuan yang sepertinya sepantaran dengannya terduduk di lantai perpustakaan yang dingin. Menggedikkan bahunya, Keano merasa tidak perlu menegurnya selama tidak melanggar peraturan.

Suara seperti plastik yang sedang dibuka membuat remaja laki-laki bertubuh gempal itu berhenti melangkah. Ah, ini melanggar peraturan. Remaja perempuan itu makan di dalam perpustakaan.

“Woy, mbak..” Perkataannya mengapung di udara kala melihat remaja itu meneteskan air matanya.

“Hiks.. mau makan aja susah.” Gumam remaja itu.

Keano mengernyitkan keningnya, apa siswi itu berasal dari keluarga kurang mampu? Memperhatikan dalam diam, tapi rasanya tidak mungkin. Penampilan siswi itu terlihat rapih dan juga modis bahkan ada beberapa aksesoris seperti jepitan dan juga bando di rambutnya.

Kepala siswi itu menoleh ke arah pintu masuk ketika mendengar suara bising dari luar. Keano masih memperhatikan, ketika siswi itu tiba-tiba saja berdiri dan menaruh donat yang baru dimakan setengah itu ke dalam saku roknya.

Memang apa yang salah dengan suara bising itu?

Memundurkan kakinya, Keano terkejut kala siswi itu menoleh ke arahnya. Raut wajah yang tadi terlihat sedih itu kini berubah menjadi ceria seolah kesedihan tadi hanyalah ilusinya saja.

Melangkah mendekat, Keano merasa jantungnya berdegup kencang. Ayolah, ia ketahuan mengintip dan memperhatikan siswi itu.

Siswi itu berjongkok dan mengambil bukunya yang terja— sejak kapan bukunya jatuh?

“Buku kamu jatuh.” Ujarnya sembari memberikan buku yang sedari tadi dibawanya.

“Ma..makasih.” Ujar Keano dengan gugup.

“Kamu liat saya makan kan? Tolong jangan dibilangin ke siapa-siapa ya.” Ujar siswi itu kemudian mengeluarkan sebuah biskuit cokelat dari saku lainnya.

“Ini buat kamu. Bukan sogokan tapi hadiah.” Lanjutnya sembari tersenyum kemudian berjalan keluar dari perpustakaan.

Keano menatap lama biskuit cokelat di tangannya. Mereka ini sudah duduk di bangku sekolah menengah atas, namun mengapa pertemuan ini terasa seperti pertemuan anak sekolah dasar.

Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang